Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Perusahaan Harus Apa?

Sebagai upaya untuk menangani perubahan iklim, perusahaan diminta komitmen dalam penerapan Environmental, Social, and Governance (ESG)

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 14 Sep 2024, 16:00 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2024, 16:00 WIB
Ilustrasi melindungi bumi
Hari Bumi menjadi momen untuk melakukan kegiatan-kegiatan berbasis lingkungan. (Foto: Pexels/ Porapak Apichodilok)

 

Liputan6.com, Jakarta Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Septian Hario Seto, menekankan bahwa penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) kini menjadi kebutuhan bagi perusahaan.

Seto yakin bahwa dengan menerapkan ESG, perusahaan atau bisnis tidak hanya mendapatkan nilai tambah di mata investor, tetapi juga di mata masyarakat.

"Perusahaan perlu mengelola dampak lingkungan dari kegiatan bisnis mereka. Setiap program harus berkelanjutan dan terukur dampaknya. Misalnya, perusahaan nikel, tembaga, atau bauksit yang produknya digunakan untuk kendaraan listrik. Produsen mobil listrik ini sangat memperhatikan bagaimana mineral kritis diproduksi dan diperoleh, serta apakah proses tersebut sesuai dengan prinsip ESG yang benar," ujar Seto dalam ESG Summit 2024 bertema 'ESG Ala Indonesia', bagian dari kampanye ESG 'Sehati untuk Bumi' yang digelar di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, ditulis Sabtu (14/9/2024).

Seto menjelaskan bahwa produk yang dihasilkan melalui penerapan ESG tidak dimaksudkan untuk meningkatkan harga jual di pasar.

Menurutnya, produk dengan standar ESG yang baik tidak harus menjadi produk premium. Seto juga menegaskan bahwa penerapan ESG dipengaruhi oleh pasar, terutama di Eropa dan Amerika.

"Ini bukan soal harga, tetapi soal apakah produk kita akan dibeli atau tidak. Jika tidak sesuai standar ESG, kita akan kesulitan menjualnya," tambahnya.

Jadi Faktor Penting

Lebih lanjut, Seto menegaskan bahwa ESG kini menjadi faktor penting dalam pasar global. PBB baru saja merilis laporan tentang bagaimana tata kelola mineral kritis harus mencakup semua aspek ESG, termasuk hak asasi manusia, isu sosial, lingkungan, serta tata kelola yang baik dan antikorupsi.

"ESG akan menentukan apakah perusahaan dapat bertahan atau tidak. Di Asia, kesadaran akan produk yang diproduksi dengan standar ESG masih lebih rendah dibandingkan dengan konsumen di Eropa dan Amerika. Namun, generasi muda seperti milenial dan Gen Z di Asia semakin peduli terhadap isu lingkungan," jelas Seto.

 

Pelaporan ESG

ESG Summit 2024 bertema 'ESG Ala Indonesia', bagian dari kampanye ESG 'Sehati untuk Bumi' yang digelar di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, ditulis Sabtu (14/9/2024)
ESG Summit 2024 bertema 'ESG Ala Indonesia', bagian dari kampanye ESG 'Sehati untuk Bumi' yang digelar di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, ditulis Sabtu (14/9/2024)

Kwok Fook Seng, Duta Besar Singapura untuk Indonesia, juga menyoroti pentingnya pelaporan ESG dalam bisnis global.

Menurutnya, pelaporan ESG menjadi alat yang esensial bagi perusahaan yang ingin menarik investasi dan menunjukkan komitmen mereka terhadap keberlanjutan.

"Pelaporan ESG adalah instrumen penting bagi perusahaan saat ini," ujar Kwok.

Sementara itu, Direktur Republika, Nur Hasan Murtiaji, menekankan bahwa prinsip ESG kini menjadi elemen krusial dalam operasi bisnis dan industri. Menghadapi krisis iklim, seluruh pelaku usaha global harus beralih ke praktik bisnis berkelanjutan.

"ESG telah menjadi isu global dan Indonesia juga turut serta mengadaptasinya. Berbagai pihak di Indonesia sudah mulai berkontribusi dalam menggaungkan konsep ESG ini," kata Nur Hasan dalam pembukaan acara ESG Summit 2024 'ESG Ala Indonesia' di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI).

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya