Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mengantongi sejumlah perusahaan antre di pipeline penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Saat ini terdapat 11 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa dengan dana dihimpun sebesar Rp 5,92 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, hingga 10 April 2025, terdapat 32 perusahaan yang siap debut di Bursa. Dari sisi asetnya, didominasi perusahaan skala besar. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor konsumer non-siklikal.
Baca Juga
“Hingga saat ini, terdapat 32 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, Sabtu (12/4/2025).
Advertisement
Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 12 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 17 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar. Serta 3 perusahaan dari aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.
Adapun rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 1 Perusahaan dari sektor basic materials
• 4 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 7 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 3 Perusahaan dari sektor energy
• 3 Perusahaan dari sektor financials
• 5 Perusahaan dari sektor healthcare
• 4 Perusahaan dari sektor industrials
• 1 Perusahaan dari sektor infrastructures• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 1 Perusahaan dari sektor technology• 3 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Pipeline Obligasi-Rights Issue
Obligasi
Hingga saat ini, telah diterbitkan 37 emisi dari 27 penerbit EBUS dengan dana yang dihimpun sebesar Rp 50,1 triliun. Sampai dengan 10 April 2025 terdapat 47 emisi dari 36 penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline dengan klasifikasi sektor sebagai berikut:
• 4 Perusahaan dari sektor basic materials
• 1 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 3 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 6 Perusahaan dari sektor energy
• 19 Perusahaan dari sektor financials
• 0 Perusahaan dari sektor healthcare
• 2 Perusahaan dari sektor industrials
• 1 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 0 Perusahaan dari sektor technology
• 0 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Pipeline Rights Issue
Per 10 April 2025, telah terdapat 2 perusahaan tercatat yang telah menerbitkan rights issue dengan total nilai Rp 0,47 Triliun. Serta terdapat 4 perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue BEI dengan rincian sektor sebagai berikut:
• 2 Perusahaan dari sektor basic materials
• 0 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 0 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 0 Perusahaan dari sektor energy
• 0 Perusahaan dari sektor financials
• 1 Perusahaan dari sektor healthcare
• 0 Perusahaan dari sektor industrials
• 0 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 0 Perusahaan dari sektor technology
• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Advertisement
IHSG Sepekan
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok usai libur panjang Lebaran tepatnya pada 8-11 April 2025. Sentimen perang dagang membayangi IHSG sepekan.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG merosot 3,82 persen ke posisi 6.262,22 selama sepekan. Kondisi ini berbeda dari sebelum libur panjang Lebaran 2025. IHSG naik 4,03 persen pada 24-27 Maret 2025.
Selain itu, kapitalisasi pasar BEI terpangkas 3,88 persen menjadi Rp 10.695 triliun dari pekan lalu Rp 11.126 triliun.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG turun 3,82 persen didorong perang dagang. Pada 2 April 2025, AS telah menetapkan tarif resiprokal atau timbal balik bagi beberapa negara termasuk China.
“Hal tersebut berdampak negatif bagi pelaku pasar, sehingga cukup banyak outflow dari pasar saham ke instrument investasi yang lebih minim risiko seperti emas,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com
Herditya mengatakan, pergerakan pasar saham juga cenderung volatile akibat adanya “tarik ulur” dari tarif impor ini yang saat ini sedang mengalami penundaan selama 90 hari bagi beberapa negara kecuali China.
Pada pekan depan, Herditya prediksi IHSG masih lesu. IHSG akan bergerak di level support 6.090 dan level resistance 6.320.
"(IHSG-red) yang akan dipengaruhi oleh masih dari perang dagang, kemudian akan ada rilis data cadangan devisa Indonesia dan GDP China serta penjualan ritel AS,” kata dia.
Aksi Jual Saham
Di sisi lain, rata-rata nilai transaksi harian BEI anjlok 20,38 persen menjadi Rp 14,81 triliun dari Rp 18,60 triliun pada pekan sebelumnya. Sementara itu, rata-rata frekuensi transaksi harian melompat 16,16 persen menjadi 1,18 juta kali transaksi dari 1,02 juta kali transaksi pada pekan lalu.
Peningkatan juga terjadi pada rata-rata volume transaksi harian bursa sebesar 0,71 persen menjadi 18,90 miliar saham dari 18,88 miliar saham pada pekan lalu.
Selama sepekan sesudah libur panjang Lebaran, investor asing lepas saham Rp 5,93 triliun. Kondisi ini berbeda dari pekan sebelumnya terjadi aksi beli oleh investor asing yang mencapai Rp 3,25 triliun. Sepanjang 2025, investor asing lepas saham Rp 35,86 triliun.
Seluruh sektor saham kompak tertekan. Sektor saham teknologi catat koreksi terbesar dengan merosot 7,08%. Sektor saham consumer siklikal terpangkas 6,05% dan sektor saham industri melemah 4,68%.
Sementara itu, sektor saham energi susut 3,82% sektor saham basc material melemah 4,2%, sektor saham consumer nonsiklikal terperosok 2,06%. Lalu sektor saham perawatan kesehatan susut 1,46%, sektor saham keuangan tergelincir 2,18%, dan sektor saham properti melemah 3,88%. Selanjutnya sektor saham infrastruktur susut 2,76% dan sektor saham transportasi dan logistic terpangkas 2,31%.
Advertisement
