Liputan6.com, Jakarta - Empat tahun pasca restrukturisasi organisasi dan bisnis pada 2020, aset Pertamina tumbuh signifikan 32 persen menjadi USD 91,1 miliar, atau setara Rp 1.390 triliun pada akhir 2023.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso mengatakan, pertumbuhan aset Pertamina didorong oleh peningkatan aset tetap serta perluasan properti minyak & gas serta panas bumi yang dikelola Pertamina Group.
Baca Juga
"Sejak restrukturisasi organisasi, kinerja keuangan dan operasional di seluruh lini baik holding dan subholding semakin solid dan andal sehingga mendorong pertumbuhan aset Perusahaan," ujar Fadjar, Jumat (27/9/2024).
Advertisement
Berdasarkan Laporan Tahunan Pertamina 2023, aset Pertamina secara historis pada tahun 2020 tercatat USD 69,14 miliar, kemudian bertumbuh menjadi USD 78,05 miliar pada 2021.
Jumlah aset tersebut naik kembali menjadi USD 87,8 miliar pada 2022, dan pada akhir 2023 aset Pertamina telah mencapai USD 91,1 miliar atau setara Rp 1.390 triliun.
"Pertamina akan terus melakukan optimalisasi aset dan operational excellence untuk mendorong kinerja positif Perusahaan secara berkelanjutan," imbuh Fadjar.
Pertamina, sambung Fadjar, akan terus menjalankan program Cost Optimization di seluruh Pertamina Grup untuk menunjukkan kinerja bisnis perusahaan semakin gesit, lincah dan efisien.
"Keberhasilan dalam optimalisasi aset dan efisiensi sangat berperan dalam mendukung peningkatan pendapatan dan laba perusahaan," pungkas Fadjar.
Pertamina Incar Migas di Amerika Latin dan Karibia, Berapa Potensinya?
Sebelummya, PT Pertamina (Persero) terus menjajaki peluang kerja sama pengembangan hulu migas di negara-negara Amerika Latin dan Karibia, atau yang biasa disebut Kawasan LAC.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan, penjajakan peluang kerja sama hulu migas di Kawasan LAC merupakan komitmen Pertamina dalam mendukung ketahanan energi nasional.
"Pertamina terus memperkuat ketahanan energi nasional baik dengan optimalisasi hulu migas domestik maupun pengembangan migas di luar negeri. Untuk memperkuat ketahanan energi ini, Pertamina membuka sinergi dengan berbagai pihak," ujar Fadjar, Jumat (13/9/2024).
Pertamina, imbuh Fadjar, menerapkan strategi ganda dalam menjaga ketahanan energi nasional. Dengan melanjutkan dan memperkuat bisnis eksisting, sekaligus mengembangkan bisnis rendah karbon.
Menurut dia, Kawasan LAC memiliki potensi migas yang cukup besar dan terbuka peluang bagi Pertamina untuk menjajaki kerja sama mengembangkan wilayah kerja migas.
"Pertamina telah memiliki pengalaman mengelola hulu migas di berbagai negara di dunia termasuk di Venezuela yang merupakan salah satu negara di Kawasan Kawasan LAC," imbuh Fadjar.
Â
Advertisement
Negara Lain
Fadjar menambahkan, Pertamina akan fokus menjajaki peluang kerja sama di Suriname, Guyana, dan Brazil karena merupakan wilayah dengan potensi migas yang cukup besar.
Suriname, tambahnya, memiliki cadangan terbukti minyak mentah hingga 89 juta barel dengan perusahaan utamanya yakni Staatsolie, perusahaan minyak negara Suriname. Sedangkan Guyana akan menjadi negara penghasil minyak terbesar keempat di Amerika Latin setelah penemuan blok Stabroek dengan potensi cadangan mencapai 11 miliar setara barel minyak.
"Sementara, Brazil memiliki cadangan produksi minyak cair hingga 21,5 tahun dan cadangan produksi gas 28,7 tahun," pungkas Fadjar.Â