Ramai Spanduk Tolak Fasilitas Avtur Pertamina untuk Asing

Presiden Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) memasang banyak spanduk mengenai keadilan dalam berbisnis avtur

oleh Arief Rahman H diperbarui 06 Okt 2024, 13:00 WIB
Diterbitkan 06 Okt 2024, 13:00 WIB
Ramai spanduk berisi tulisan yang meminta sarana dan fasilitas bahan bakar minyak (BBM) PT Pertamina (Persero) tak digunakan pihak swasta atau asing.
Ramai spanduk berisi tulisan yang meminta sarana dan fasilitas bahan bakar minyak (BBM) PT Pertamina (Persero) tak digunakan pihak swasta atau asing. (dok: Arief)

Liputan6.com, Jakarta Baru-baru ini, spanduk dengan tulisan yang menolak penggunaan sarana dan fasilitas (sarfas) bahan bakar minyak (BBM) PT Pertamina (Persero) oleh pihak swasta atau asing ramai tersebar. Spanduk ini terutama menyoroti penjualan dan penyaluran avtur.

Beberapa spanduk tersebut dipasang di sejumlah depo BBM Pertamina, dengan tulisan seperti "Tolak pemaksaan penggunaan sarfas avtur Pertamina untuk dipakai jualan asing/swasta" dan "Kami tidak takut bersaing selama perlakuan sama dengan asing."

Presiden Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB), Arie Gumilar, mengonfirmasi bahwa pihaknya yang memasang spanduk tersebut di berbagai depo BBM Pertamina.

Menurut Arie, spanduk tersebut bukanlah bentuk penolakan terhadap penjualan avtur oleh pihak swasta atau asing, mengingat praktik tersebut sudah terbuka. Namun, ia menegaskan perlunya persaingan yang adil.

"Kami menegaskan bahwa jika ingin berbisnis avtur, lakukan secara fair. Jangan menggunakan pemerintah atau kekuasaan, seperti Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dan pejabat negara lainnya, untuk menyudutkan Pertamina dengan tuduhan monopoli. Apalagi, jika ada pemain swasta atau asing, Pertamina dipaksa meminjamkan sarfas di Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) yang ramai," jelas Arie kepada Liputan6.com, Minggu (6/10/2024).

Harus Adil

Arie menegaskan, jika pihak swasta atau asing ingin menjual avtur, harus dilakukan di berbagai bandara, tidak hanya di bandara-bandara besar seperti Bandara Soekarno-Hatta, Bandara Juanda Surabaya, Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, dan Bandara Kualanamu Medan.

"Jangan hanya mau berjualan di bandara-bandara besar seperti Soekarno-Hatta, Juanda, Ngurah Rai, dan Kualanamu. Harus mau juga berjualan di bandara remote di seluruh Indonesia," tambahnya.

 

Bantahan Terkait Avtur sebagai Penyebab Tiket Pesawat Mahal

Ramai spanduk berisi tulisan yang meminta sarana dan fasilitas bahan bakar minyak (BBM) PT Pertamina (Persero) tak digunakan pihak swasta atau asing.
Ramai spanduk berisi tulisan yang meminta sarana dan fasilitas bahan bakar minyak (BBM) PT Pertamina (Persero) tak digunakan pihak swasta atau asing. (dok: Arief)

Arie juga membantah anggapan bahwa avtur yang dijual Pertamina menjadi penyebab mahalnya tiket penerbangan domestik.

Menurutnya, pemasangan spanduk ini merupakan bagian dari inisiatif FSPPB untuk memperjuangkan kedaulatan energi nasional.

"Avtur Pertamina dianggap sebagai penyebab utama mahalnya tiket domestik. Ini adalah pembodohan kepada rakyat," tegasnya.

"FSPPB memiliki misi memperjuangkan kedaulatan energi nasional demi kepentingan bangsa, negara, dan rakyat Indonesia. Kami tidak bertindak atas perintah manajemen," tutup Arie.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya