Indonesia Bidik Net Zero Emission di 2060, Bagaimana Perhitungan Karbonnya?

Pemerintah Indonesia pun memiliki ambisi besar untuk dapat mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060 sehingga banyak regulasi yang semakin ketat. Hal ini mendesak perusahaan-perusahaan untuk mengadopsi solusi hijau yang efektif.

oleh Septian Deny diperbarui 22 Nov 2024, 18:00 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2024, 21:40 WIB
Pabrik Industri
Pabrik industri menghasilkan libah asap yang akan mencemari udara. (Foto: Freepik/freepik)

Liputan6.com, Jakarta PT Intikom Berlian Mustika (Intikom) dan FPT Information System (FPT IS) telah secara resmi menjalin kemitraan untuk mengembangkan solusi penghitung karbon dan teknologi ramah lingkungan di Indonesia.

Kolaborasi ini merupakan langkah penting dalam mendukung perusahaan Indonesia dalam proses transformasi hijau, memastikan kepatuhan terhadap standar internasional dan pencapaian target emisi nol bersih di negara ini.

Seiring dengan tuntutan dunia terhadap pembangunan hijau, pengendalian emisi gas rumah kaca (GRK) menjadi isu penting, terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia.

Pemerintah Indonesia pun memiliki ambisi besar untuk dapat mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060 sehingga banyak regulasi yang semakin ketat. Hal ini mendesak perusahaan-perusahaan untuk mengadopsi solusi hijau yang efektif.

Menjawab tantangan ini, Intikom dan FPT IS telah menandatangani Nota Kesepahaman atau Momerandum of Understanding (MoU) sebagai fondasi bagi kemitraan yang strategis. Kolaborasi ini diharapkan dapat mempercepat adopsi teknologi hijau dan memperkenalkan solusi penghitungan karbon canggih sesuai dengan kebutuhan perusahaan di Indonesia.

Solusi Penghitungan Karbon Canggih

VertZero merupakan solusi penghitungan karbon FPT IS yang akan menjadi alat penting bagi perusahaan yang ingin mendigitalisasi pengumpulan data lingkungan, penghitungan, pengelolaan, laporan dan pelacakan emisi sesuai dengan standar internasional.

Selain itu, ada juga jasa konsultasi strategis untuk membantu perusahaan merancang peta jalan yang jelas dan berkelanjutan untuk transformasi hijau.

“Kami berharap dapat membuat VertZero menjadi salah satu solusi terdepan di pasar Indonesia, terutama di sektor keuangan, perbankan, dan manufaktur. Kami percaya kerjasama kami dengan Intikom akan menginspirasi bisnis lokal untuk merangkul tren pembangunan berkelanjutan dan memenuhi standar peraturan yang semakin ketat," kata Direktur Asia Tenggara FPT IS, Doan Duy Lam dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (21/11/2024).

 

Pengurangan Emisi

Asap Buangan Pabrik
Salah satu pabrik mengeluarkan asap dari cerobongnya di kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur, Rabu (31/7/2019). Selain gas buang kendaraan, limbah asap pabrik merupakan salah satu sumber polutan yang menambah buruknya kualitas udara di ibu kota. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Kerjasama ini menggabungkan VertZero, keahlian konsultasi, dan keahlian teknologi FPT IS dengan pengalaman Intikom selama 34 tahun di pasar Indonesia. Intikom memiliki pengetahuan yang mendalam tentang pasar lokal dan kemampuan untuk menyediakan layanan Teknologi Informasi yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis di Indonesia.

Hal ini dapat mendorong inovasi dan memberikan solusi yang sesuai kebutuhan pasar Indonesia yang spesifik.

“Ini adalah momen yang tepat untuk kerjasama ini. Sementara pemerintah Indonesia terus memperketat peraturan pengendalian dan pengurangan emisi untuk bisnis, kolaborasi ini dapat membantu memperkuat peran Intikom sebagai penyedia solusi teknologi hijau, memenuhi permintaan yang terus meningkat untuk manajemen emisi dan alat hemat energi di pasar Indonesia," ungkap Wakil Presiden Direktur Intikom Erwin Elias.

Melalui sinergi keahlian, sumber daya, dan data yang dimiliki bersama, Intikom bersama FPT IS siap membangun fondasi untuk proyek-proyek ramah lingkungan di masa depan dan membangun konsensus untuk mengatasi masalah lingkungan.

Intikom dan FPT IS berkomitmen untuk memimpin transformasi hijau di Indonesia sekaligus menghasilkan nilai yang berkelanjutan bagi bisnis dan masyarakat.

KTT G20 Brasil, Prabowo Tegaskan Komitmen Indonesia pada Transisi Energi

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan sejumlah menteri lain mendampingi Presiden Prabowo Subianto di acara KTT G20 Brasil pada 18-19 November 2024. (Dok Kemenko Perekonomian)
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan sejumlah menteri lain mendampingi Presiden Prabowo Subianto di acara KTT G20 Brasil pada 18-19 November 2024. (Dok Kemenko Perekonomian)

Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menghadiri sesi ketiga Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Brasil pada Selasa, 19 November 2024. Prabowo menegaskan pentingnya kolaborasi global untuk mengatasi tantangan kemiskinan, kelaparan, dan perubahan iklim, serta Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan transisi energi hijau.

"Kemarin kita telah membahas masalah kemiskinan dan kelaparan. Kita semua memiliki komitmen yang kuat untuk mengatasi masalah tersebut. Tantangan tersebut memang memengaruhi negara-negara berkembang, pembangunan berkelanjutan mereka, dan agenda transisi energi mereka. G20 harus menghasilkan tindakan nyata untuk membantu mencapai SDGs," jelas Prabowo dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden, Rabu (20/10/2024).

Dia juga menekankan pentingnya tindakan kolektif dari anggota G20 untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, khususnya dalam mengatasi dampak perubahan iklim.

Prabowo menjelaskan bahwa Indonesia merasakan dampak langsung perubahan iklim, termasuk kenaikan permukaan laut di pesisir utara Jawa yang berdampak pada ratusan ribu hektare lahan produktif.

"Ini akan memperburuk kemiskinan dan kelaparan. Oleh karena itu, bagi Indonesia tidak ada alternatif lain. Kami berkomitmen penuh untuk mengambil langkah-langkah besar guna mengurangi suhu iklim untuk menyelamatkan lingkungan dan mengatasi situasi tersebut," tegasnya.

 

 

Transisi Energi Hijau

Prabowo Hadiri KTT G20 di Rio de Janeiro, Langsung Disambut Presiden Brasil
Presiden RI Prabowo Subianto menghadiri KTT G20 di Rio de Janeiro, Brasil, Senin, 18 November 2024. Prabowo didampingi Menko Perekonomian, Menlu, Menkeu, hingga Seskab. (Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Dalam upaya transisi energi hijau, Prabowo menyampaikan visi besar Indonesia untuk mencapai net zero emission sebelum tahun 2050 melalui sejumlah upaya. Salah satunya, peningkatan penggunaan biodiesel dan konversi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ke energi baru terbarukan.

"Kami juga memiliki sumber daya panas bumi yang luar biasa, dan kami berencana untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara dan semua pembangkit listrik tenaga fosil dalam 15 tahun ke depan," kata Prabowo.

"Kami berencana untuk membangun lebih dari 75 gigawatt tenaga terbarukan dalam 15 tahun ke depan," sambungnya.

Sebagai salah satu negara dengan hutan tropis terluas di dunia, Prabowo mengatakan Indonesia berperan signifikan dalam menjaga keseimbangan iklim global. Presiden Prabowo menekankan pentingnya komitmen berkelanjutan untuk mengimbangi peran hutan kita dalam menjaga suhu global.

"Indonesia terbuka untuk mengoptimalkan prospek 557 juta ton kredit karbon Indonesia. Kita juga memiliki kapasitas penyimpanan karbon terbesar, dan kita tawarkan ini kepada dunia," tutur dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya