Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia menghadapi tekanan jual yang signifikan pada hari Jumat pekan lalu dan mendekati level USD 2.700 per ons. Penurunan ini terjadi setelah aksi profit-taking menyusul reli tiga hari sebelumnya.
Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, tekanan jual harga emas ini turut dipicu oleh pernyataan mengejutkan dari Gubernur Federal Reserve (The Fed), Christopher Waller. Pada hari Kamis, Waller mengindikasikan bahwa penurunan suku bunga pada bulan Maret tidak dapat dikesampingkan.
Advertisement
Baca Juga
"Pernyataan ini menciptakan ketidakpastian di kalangan pedagang, mengingat pasar sebelumnya tidak memprediksi adanya penurunan suku bunga dalam waktu dekat," jelas Andy dalam keterangan tertulis, Senin (20/1/2025).
Advertisement
Berdasarkan analisis kombinasi candlestick dan indikator Moving Average, tren bullish harga emas mulai menunjukkan tanda-tanda melemah. Proyeksi hari ini memperkirakan potensi kenaikan harga emas hingga USD 2.702. Namun, jika terjadi reversal, harga dapat turun hingga target terdekat di USD 2.677.
Pada sesi Asia awal hari Senin 20 Januari 2025, harga emas melanjutkan penurunannya ke level USD 2.695 per ons. Dolar AS yang menguat secara luas menjelang pelantikan Presiden terpilih Donald Trump menjadi salah satu faktor utama yang memberikan tekanan pada logam mulia.
Selain itu, kekhawatiran mengenai potensi kebijakan perdagangan Trump turut menambah volatilitas pasar. Beberapa analis memprediksi bahwa serangkaian perintah eksekutif yang akan dikeluarkan oleh pemerintahan Trump dapat memicu lonjakan inflasi, yang pada akhirnya dapat memengaruhi pergerakan harga emas.
Masih Ada Potensi Kenaikan
Selama tahun lalu, emas mencatatkan rekor tertinggi, didorong oleh kebijakan penurunan suku bunga The Fed, pembelian logam mulia oleh bank sentral, dan meningkatnya ketegangan geopolitik.
Para analis memperkirakan bahwa emas masih memiliki potensi untuk mencapai level puncak baru tahun ini, seiring dengan meningkatnya ketidakpastian perdagangan dan geopolitik global.
Imbal hasil obligasi 10-tahun AS saat ini diperdagangkan di sekitar 4,568%, turun lebih dari 5,0% dari puncak mingguan sebelumnya di 4,807%. Penurunan imbal hasil ini memberikan sedikit dukungan bagi harga emas.
Namun, pernyataan Gubernur Waller mengenai kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan Maret kembali menambah kompleksitas sentimen pasar. Komentar Waller mencerminkan kekhawatiran The Fed terhadap potensi masalah ekonomi AS yang mungkin belum sepenuhnya dipahami oleh para pedagang.
Â
Advertisement
Jangka Pendek
Dalam jangka pendek, harga emas diperkirakan akan menghadapi volatilitas tinggi. Pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS menjadi salah satu faktor utama yang diawasi oleh para pedagang.
Kebijakan perdagangan potensial, terutama jika Trump mengambil sikap agresif dengan menggunakan tarif untuk mendukung sektor manufaktur AS, dapat memperkuat dolar AS. Hal ini, pada gilirannya, dapat memberikan tekanan lebih lanjut pada harga emas yang berdenominasi dolar.
Namun demikian, data inflasi AS yang lebih lemah dari perkiraan pekan lalu memberikan harapan bagi logam mulia. Data ini membuka peluang spekulasi pemotongan suku bunga tambahan dari The Fed, yang dapat mendukung harga emas di masa mendatang