Liputan6.com, Jakarta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengemukakan, total investasi yang diraup sektor ESDM sepanjang 2024 sebesar USD 32,3 miliar, atau setara Rp 516,8 triliun (kurs Rp 16.000 per dolar AS).
"Realisasi di sektor ESDM pada 2024 sebesar USD 32,3 miliar. Ini sama dengan kurang lebih kalau dirupiahkan hampir Rp 516,8 triliun. Bukan Rp 8.000 seperti yang kemarin ya," ujar Bahlil sembari tertawa kecil, seraya menyinggung valuasi rupiah yang error di Google Finance beberapa waktu lalu, Senin (3/2/2025).
Advertisement
Baca Juga
Capaian investasi ESDM terus mengalami peningkatan dalam 4 tahun terakhir sejak 2020. Secara tren, raupan investasi di 2020 sebesar USD 26,3 miliar, 2021 sekitar USD 27,5 miliar, 2022 sebesar USD 27 miliar, dan 2023 senilai USD 29,9 miliar.
Advertisement
Namun, realisasi investasi di 2024 senilai USD 32,3 miliar lalu masih lebih kecil dibanding era sebelum pandemi. Tepatnya pada 2019, ketika pemasukan investasi di sektor ESDM pada tahun itu sebesar USD 33,2 miliar.
Untuk investasi ESDM di 2024, paling besar berasal dari subsektor minyak dan gas bumi (migas) sebesar USD 17,5 miliar. Disusul dari subsektor mineral dan batu bara (minerba) USD 7,7 miliar, listrik USD 5,3 miliar, serta Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) USD 1,8 miliar.
Bahlil mengatakan, semua angka tersebut sudah termasuk penghitungan pajak. Sehingga, ia meyakini nilai investasi ESDM semustinya lebih besar dari yang ditampilkan.
"Sudah barang tentu, kalau investasi berapa sih sumbangsih ESDM ke dalam pendapatan negara? Ada pendapatan dari PNBP dan pajak. Untuk pajak, PPh badan dan pajak ekspor, PPN, itu di Kementerian Keuangan. Kalau dihitung, itu pasti lebih banyak," ungkapnya.
Â
Â
PNBP Rp 269,5 Triliun
Di luar investasi, Kementerian ESDM juga mencatat pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor energi di 2024 sebesar Rp 269,6 triliun. Bahlil mengatakan, realisasi itu lebih besar dari target ditetapkan Rp 234,2 triliun.
"Artinya terjadi kenaikan yang cukup signifikan. Terdiri dari migas sebesar Rp 110,9 triliun, minerba Rp 140,5 triliun, EBTKE Rp 2,8 triliun, lainnya Rp 15,4 triliun," kata Bahlil.
Kendati begitu, capaian PNBP di 2024 terpantau menurun dibanding 2023 sebesar Rp 299,5 triliun. Bahlil beralasan, itu terjadi lantaran permintaan di sektor minerba merosot, khususnya akibat kenaikan harga batu bara.
"Kenapa terjadi penurunan PNBP di 2024 daripada 2023? Ini terjadi penurunan di sektor mineral dan batu bara. Kenapa turun, karena harga global lagi turun," terang Bahlil.
"Tapi kita bersyukur, sekalipun harga global turun, tapi target PNBP kita dari sektor ini masih bisa tumbuh, tadinya Rp 115 triliun dari Rp 113 triliun, menjadi Rp 140,5 triliun," sambungnya.
Â
Advertisement
Sudah Terpotong Pajak
Sama seperti investasi, realisasi PNBP Rp 269,6 triliun inj juga sudah terpotong pajak. "Ini sebelum PPN, pajak ekspor, PPh badan di sektor pertambangan," imbuh Bahlil.
"Jadi kalau mau kita hitung berapa total pendapatan negara dari sektor ESDM, ini saya yakinkan pasti lebih dari ini. Sekarang aja udah luar biasa sekali," pungkas dia.
Â