Liputan6.com, Jakarta China telah memasukkan pemilik Calvin Klein dan Tommy Hilfiger ke dalam daftar hitam pelaku usaha di negara tersebut, menyusul ketegangan dagang dengan Amerika Serikat.
Daftar tersebut muncul beberapa hari setelah Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif 10% atas impor dari China, disertai dengan serangkaian tindakan pembalasan lainnya terhadap AS, termasuk bea baru atas impor energi dan peralatan pertanian.
Advertisement
Baca Juga
Melansir CNBC International, Sabtu (8/2/2025) China menambahkan PVH Corp ke dalam daftar “entitas tidak dapat diandalkan" yang memungkinkan pemberlakuan denda dan melarang kegiatan impor dan ekspor.
Advertisement
Penempatan PVH dalam daftar hitam China terjadi setelah negara itu menyelidiki dugaan perusahaan tersebut menolak untuk menggunakan kapas hasil produksi wilayah Xinjiang.
"Ada perang dagang yang saling balas, dan (China) ingin menunjukkan kepada Amerika Serikat bahwa mereka akan mengambil tindakan untuk merugikan perusahaan-perusahaan besar AS atau perusahaan-perusahaan yang memiliki kepentingan signifikan di AS," kata Michael Kaye, mitra di Squire Patton Boggs, yang telah mempraktikkan hukum perdagangan internasional selama lebih dari 30 tahun.
Kaye menyebut, setelah PVH masuk dalam daftar entitas yang tidak dapat diandalkan di China, perusahaan itu akan terpaksa menutup lusinan toko yang dioperasikannya di negara tersebut.
Akses perdagangan secara online juga berisiko tutup. Adapun staf PVH juga berisiko menghadapi deportasi dan dipulangkan secara efektif
Sementara itu, belum diketahui jelas apakah China juga akan memasuksi PVH dalam daftar hitam di wilayah otonom Hong Kong, yang merupakan lokasi kantor pusat perusahaan di Asia-Pasifik.
Respon PVH
Dalam tanggapannya, PVH mengaku terkejut dan kecewa mengetahui keputusan dari Kementerian Perdagangan China.
"Dalam 20 tahun beroperasi di China dan dengan bangga melayani konsumen kami, sebagai suatu kebijakan, PVH mempertahankan kepatuhan yang ketat terhadap semua hukum dan peraturan yang relevan dan beroperasi sesuai dengan standar dan praktik industri yang ditetapkan,” ungkap PVH dalam pernyataan resmi.
“Kami akan melanjutkan kerja sama dengan otoritas terkait dan menantikan penyelesaian yang positif,” terangnya.
Advertisement
China Sumbang 6% dari Penjualan PVH
Diketahui, China menyumbang 6% dari penjualan PVH dan 16% dari laba sebelum bunga dan pajak perusahaan pada tahun 2023, tetapi perusahaan tersebut lebih bergantung pada manufaktur China, yang merupakan risiko terbesar bagi bisnisnya.
PVH sendiri juga memiliki lebih banyak pabrik dan pemasok di China daripada negara lain, yang menyumbang sekitar 18% dari produksi, menurut pengungkapan yang dikeluarkannya pada Desember 2024.
“Hal ini berpotensi sangat, sangat mengganggu bagi PVH,” kata direktur pelaksana GlobalData dan analis ritel Neil Saunders.
“Mereka tentu harus berjuang keras untuk menemukan kapasitas baru. Mereka tentu dapat melakukannya tepat waktu, tetapi dua hal yang menjadi masalah adalah, karena banyak rantai pasokan yang tepat waktu, mereka mungkin akan menemukan bahwa mereka kekurangan persediaan saat melakukan transisi. Masalah lainnya, tentu saja, adalah kualitas,” paparnya.
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)