Harga Minyak Mentah Naik, Investor Abaikan Ancaman Trump

Analis Citi menyebutkan harga minyak mentah Brent diperkirakan mencapai rata-rata USD 60 hingga USD 65 per barel pada paruh kedua 2025 karena Trump akan terus bersikukuh dalam keinginannya

oleh Arthur Gideon diperbarui 11 Feb 2025, 08:00 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2025, 08:00 WIB
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Harga minyak mentah Brent naik USD 1,21 atau 1,62%, menjadi USD 75,87 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS juga naik 1,86% atau USD 1,32, menjadi USD 72,32 per barel. Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah naik tipis pada perdagangan hari Senin, bangkit kembali setelah mengalami tekanan besar-besaran pada minggu lalu karena kekhawatiran tentang perang dagang global. Pada perdagangan di hari Senin, investor tampaknya mengabaikan ancaman terbaru Presiden AS Donald Trump soal kenaikan tarif impor baja dan aluminium.

Mengutip CNBC, Selasa (11/2/2025), harga minyak mentah Brent naik USD 1,21 atau 1,62%, menjadi USD 75,87 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS juga naik 1,86% atau USD 1,32, menjadi USD 72,32 per barel.

Pasar minyak membukukan penurunan mingguan ketiga berturut-turut minggu lalu karena kekhawatiran tentang perang dagang global.

"Ketidakpastian tarif adalah inti dari permainan ini. Ini memengaruhi selera risiko secara umum dan memiliki efek limpahan ke minyak," kata Kepala Analis Onyx Capital Harry Tchilinguirian.

Donalf Trump mengatakan akan mengumumkan tarif 25% pada hari Senin untuk semua impor baja dan aluminium ke AS, dalam eskalasi besar lainnya dari perombakan kebijakan perdagangannya.

Seminggu yang lalu, presiden Trump mengumumkan tarif untuk Kanada, Meksiko, dan Tiongkok, tetapi menangguhkan tarif untuk negara-negara tetangga pada hari berikutnya.

Analis IG Sydney Tony Sycamore menjelaskan, ada kekhawatiran bahwa tarif dapat meredam pertumbuhan ekonomi global dan permintaan energi. Namun mengingat penundaan pengenaan tarif yang direncanakan Trump minggu lalu, investor energi tampaknya mengabaikan ancaman tarif baja dan aluminium untuk saat ini.

“Pasar telah menyadari bahwa berita utama tarif kemungkinan akan terus berlanjut dalam beberapa minggu dan bulan mendatang,” katanya.

Ada peluang yang sama bahwa tarif tersebut dapat dikurangi atau bahkan ditingkatkan pada suatu saat dalam waktu dekat. “Jadi mungkin investor sampai pada kesimpulan bahwa bukanlah tindakan terbaik untuk bereaksi terhadap setiap berita utama secara negatif.” tutur dia.

 

Balasan Tiongkok

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)... Selengkapnya

Tarif balasan China atas beberapa barang ekspor dari AS akan mulai berlaku pada hari Senin, tanpa tanda-tanda kemajuan dalam pembicaraan antara Beijing dan Washington. Pedagang minyak dan gas sedang mencari tanda-tanda dari Beijing untuk impor minyak mentah dan gas alam cair AS.

Trump mengatakan pada hari Minggu bahwa AS sedang membuat kemajuan dengan Rusia untuk mengakhiri perang Ukraina, tetapi menolak untuk memberikan rincian tentang komunikasi apa pun yang dilakukannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Sanksi yang dijatuhkan pada perdagangan minyak Rusia pada tanggal 10 Januari mengganggu pasokan Moskow ke klien utamanya, China dan India.

 

Tekanan ke Iran

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)... Selengkapnya

Washington juga meningkatkan tekanan pada Iran minggu lalu, dengan Departemen Keuangan AS menjatuhkan sanksi baru pada beberapa individu dan kapal tanker yang membantu mengirimkan jutaan barel minyak mentah Iran per tahun ke China.

Sanksi terhadap Iran dan kegagalan mencapai kesepakatan nuklir merupakan risiko kenaikan harga minyak meskipun kebijakan Trump ditujukan untuk menekan harga energi, kata analis Citi dalam sebuah catatan.

"Kami melihat minyak kemungkinan diperdagangkan secara menyamping hingga turun selama sekitar satu bulan ke depan, dengan tekanan penurunan fundamental yang meningkat pada minyak mentah dalam skenario dasar kami sepanjang tahun," kata mereka.

Analis Citi menyebutkan harga minyak mentah Brent diperkirakan mencapai rata-rata USD 60 hingga USD 65 per barel pada paruh kedua 2025 karena Trump akan terus bersikukuh dalam keinginannya untuk menurunkan harga energi, dan pada akhirnya ia akan terbukti memberikan pengaruh yang negatif pada pasar minyak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya