Jelang RDG `Khusus` BI, Kurs Rupiah Akhiri Pelemahannya

Rupiah di pasar Non Delivery Forward (NDF) menguat 0,8% ke level 11.460 per dolar AS.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 29 Agu 2013, 11:55 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2013, 11:55 WIB
rupiah-melemah-130530b.jpg
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akhirnya bisa bergerak menguat untuk pertama kalinya minggu ini akibat spekulasi adanya rencana Bank Indonesia (BI) menaikkan borrowing cost sebagai antisipasi dari kondisi ekonomi saat ini. Sementara itu obligasi pemerintah masih tercatat stabil.

Seperti dilansir dari Bloomberg, Kamis (29/8/2013), Wakil Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, BI akan menggelar pertemuan dewan gubernur guna mengkaji sejumlah kebijakan termasuk tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah. Menurut prediksi Goldman Sachs Inc., otoritas moneter nasional ini dimungkinkan akan meningkatkan suku bunganya  pada pertemuan tersebut, setelah sebelumnya menambahkan 75 basis poin menjadi 6,5%. Sementara itu, Nomura Holdings Inc memprediksi BI akan menaikkan angka fasilitas pinjaman BI (FASBI) yang saat ini berada di level 4,75%.

"Pasar memprediksi adanya kebijakan pengetatan moneter untuk menunjukkan BI tengah berupaya menguatkan kepercayaan dirinya, " ujar Head of Treasury Research and Strategy di PT Bank CIMB Niaga, Jakarta, Mika Martumpal.

Rupiah di sejumlah bank lokal di tanah air tercatat naik 0,2% ke level 10.919 per dolar AS pada pukul 9:34 waktu Jakarta. Sementara nilai tukar rupiah di pasar spot mencapai 10.955 pada perdagangan Rabu (28/8/2013). Berdasarkan data yang dihimpun Bloomberg, angka tersebut merupakan yang terlemah sejak April 2009 dan diperdagangkan di level premium 4,8% di pasar NDF yang naik 0,8% ke level 11.460.

Prediksi Inflasi

Gubernur BI Agus Marowardojo mengatakan, sementara itu, indeks harga konsumen kemungkinan bakal dari 8,6% menjadi 9,2% tahun ini setelah mencapai angka tertingginya pada Juli sebesar 8,6%. Sementara Perry mengungkapkan, pertemuah hari ini diagendakan untuk membahas inflasi, nilai tukar rupiah, dan defisit transaksi berjalan yang membengkak menjadi US$ 9,8 miliar pada kuartal kedua.

Sementara harga dari nter Dealer Market Association  menunjukkan, yield obligasi pemerintah yang jatuh tempo pada Mei 2023 sedikit berubah di 8,86%  dan menjadi level tertinggi sejak Februari 2011. (Sis/Shd)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya