Minyak tetap menjadi bahan bakar dominan untuk memenuhi kebutuhan energi Indonesia. Sekitar 45% dari total konsumsi Indonesia, minyak masih menjadi andalan Indonesia.
Menurut Statical Review of World Energy 2013 yang dirilis BP Indonesia, Selasa (3/9/2013), konsumsi energi di Indonesia hampir tidak berubah naik 0,2% pada 2012, tumbuh secara signifikan di bawah rata-rata pertumbuhan dalam satu dekade.
Hal ini disebabkan melambatnya laju ekonomi sehingga konsumsi energi primer mencapai 48% lebih tinggi dari satu dekade lalu.
Sedangkan batu bara 32% telah lebih menguatkan posisinya sebagai bahan bakar terbesar kedua melampaui gas alam pada tahun 2006.
"Sementara gas saat ini turun menjadi 20% sedangkan bahan fosil 3% di urutan terakhir," kata BP Group Chief Executive Bob Dudley, di Hotel Sangrila Jakarta, Selasa (3/9/2013).
Dari sisi volume, pemintaan pasar meningkat terutama pada batu bara sekitar 1,5 juta ton setara minyak (mtoe) dan minyak 0,5% mtoe, diikuti oleh biofuel 0,1% mtoe, hidro 0,1% dan energi terbarukan 0,1%. Sedangkan konsumsi gas mengalami penurunan 1,3 mtoe.
Selama beberapa dekade trakhir, permintaan batu bara meningkat 180%, energi daur ulang sebesar 56%, hidro sebesar 28%, minyak pada kisaran 27% dan gas meningkat 9%.
Sedangkan Emisi CO2 dari penggunaan energi meningkat sebesar 0,6% lebih rendah dari rata-rata satu dekade lalu tetapi lebih dari total konsumsi energi, hal ini mencerminkan perubahan dalam pembaruan energi Indonesia.
"Kenaikan ini adalah hasil dari meningkatnya pangsa batubara dan penurunan pangsa gas pada pembangkit listrik, didukung oleh peningkatan kecil dalam energi terbarukan dan tenaga air," pungkasnya. (Pew/Ndw)
Menurut Statical Review of World Energy 2013 yang dirilis BP Indonesia, Selasa (3/9/2013), konsumsi energi di Indonesia hampir tidak berubah naik 0,2% pada 2012, tumbuh secara signifikan di bawah rata-rata pertumbuhan dalam satu dekade.
Hal ini disebabkan melambatnya laju ekonomi sehingga konsumsi energi primer mencapai 48% lebih tinggi dari satu dekade lalu.
Sedangkan batu bara 32% telah lebih menguatkan posisinya sebagai bahan bakar terbesar kedua melampaui gas alam pada tahun 2006.
"Sementara gas saat ini turun menjadi 20% sedangkan bahan fosil 3% di urutan terakhir," kata BP Group Chief Executive Bob Dudley, di Hotel Sangrila Jakarta, Selasa (3/9/2013).
Dari sisi volume, pemintaan pasar meningkat terutama pada batu bara sekitar 1,5 juta ton setara minyak (mtoe) dan minyak 0,5% mtoe, diikuti oleh biofuel 0,1% mtoe, hidro 0,1% dan energi terbarukan 0,1%. Sedangkan konsumsi gas mengalami penurunan 1,3 mtoe.
Selama beberapa dekade trakhir, permintaan batu bara meningkat 180%, energi daur ulang sebesar 56%, hidro sebesar 28%, minyak pada kisaran 27% dan gas meningkat 9%.
Sedangkan Emisi CO2 dari penggunaan energi meningkat sebesar 0,6% lebih rendah dari rata-rata satu dekade lalu tetapi lebih dari total konsumsi energi, hal ini mencerminkan perubahan dalam pembaruan energi Indonesia.
"Kenaikan ini adalah hasil dari meningkatnya pangsa batubara dan penurunan pangsa gas pada pembangkit listrik, didukung oleh peningkatan kecil dalam energi terbarukan dan tenaga air," pungkasnya. (Pew/Ndw)