Mogok, Perajin Tempe: Biar Konsumen Tak Cerewet Tawar Harga

Aksi mogok produksi tahu tempe pada 9-11 September 2013 supaya masyarakat mengerti jika harga tempe dan tahu memang semestinya naik.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 05 Sep 2013, 16:30 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2013, 16:30 WIB
perajin-tempe-130905b.jpg
Rencana stop produksi dan penjualan yang bakal dilakukan perajin tahu tempe selama tiga hari ke depan semata-mata hanya untuk mencapai sebuah harapan bagi kesejahteraan 115 ribu pengrajin.

Ketua II Gabungan Koperasi Perajin Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo), Sutaryo mengatakan, aksi mogok produksi tahu tempe pada 9-11 September 2013 supaya masyarakat mengerti jika harga tempe dan tahu memang semestinya naik.

"Kalau para perajin tahu tempe kompak mogok produksi dan penjualan tahu tempe selama tiga hari, harapannya mudah-mudahan konsumen juga tidak cerewet dalam menawar tahu tempe. Karena kami perlu dihargai," tegas dia usai RDP Permasalahan Impor Kedelai di Kantor KPPU, Jakarta, Kamis (5/9/2013).

Menurut Sutaryo, hal ini ditempuh karena perajin merasakan kesulitan untuk menentukan harga jual tahu tempe paska kenaikan harga kedelai dalam waktu singkat. Saat ini, harga kedelai mencapai Rp 10 ribu per kilogram (kg) dari sebelumnya Rp 7.500 setiap kilo.

Meski belum dapat menaksir kerugian yang ditimbulkan dari aksi mogok massal pengrajin, dia mengaku rata-rata keuntungan per hari yang dikantongi perajin sekitar Rp 100 ribu- Rp 300 ribu.

"Saya harap tidak lama dalam mogok produksi supaya produsen dan konsumen dapat menyambungkan pemahaman soal harga tahu tempe yang harus mengalami kenaikan. Sebab produsen akan memproduksi tahu tempe bila ada keuntungan, tapi kalau keuntungannya buat konsumen saja, maka pengrajin tidak nyaman," jelas Sutaryo.

Jika tidak ada marjin, dia menambahkan, perajin akan menjajal strategi produksi dan penjualan yang bagus yakni dengan menaikkan harga tahu tempe atau mengecilkan ukuran produk.

Setelah melakukan rencana mogok massalnya, Sutaryo menerangkan, pemerintah harus mampu menjelaskan kepada seluruh masyarakat dan perajin bawah mekanisme perdagangan kedelai dilakukan dengan cara impor.

"Jadi supaya perajin tidak salah tafsir dengan keadaan global saat ini, jelaskan keadaan rupiah dan kedelai diperoleh dengan impor. Supaya jangan ada anggapan seakan-akan ada permainan harga dari importir ataupun kartel," tegas Sutaryo. (Fik/Nur)

Baca juga:

Perajin Tahu Tempe Tuding Harga Kedelai Mahal Akibat Spekulan

Perajin Tahu Tempe Kumpulkan Pasukan untuk Bahas Kedelai



Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya