Konglomerat Cuma Mau Sumbangkan Sedikit Uangnya

Orang-orang kaya berpendapatan US$ 200 ribu (Rp 2,2 miliar) atau lebih hanya mendonasikan 2,8% dari kekayaan mereka.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 12 Okt 2013, 17:15 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2013, 17:15 WIB
konglomerat-sumbang-131012b.jpg
Perusahaan media online dan cetak non-profit terbesar AS yang bergerak di bidang amal, The Chronicle of Philanthropy menunjukkan hasil analisa, di mana orang-orang kaya berpendapatan US$ 200 ribu (Rp 2,2 miliar) atau lebih hanya mendonasikan 2,8% dari kekayaan mereka.

Sementara itu, studi dari Internal Revenue di AS, jumlah pajak penghasilan yang harus dibayarkan hanya berjumlah 7,5% dari seluruh harta. Artinya, orang-orang super kaya sebenarnya bisa menyumbang lebih banyak dari hartanya, tapi kenapa yang terjadi justru kebalikannya?.

Seperti melansir CNBC, Sabtu (12/10/2013), biasanya para orang kaya enggan untuk mendonasikan hartanya karena dipicu kecemasan finansial, atau kebutuhan keluarga. Kekhawatiran semacam itu dapat menjadi lebih akut saat krisis finansial tiba.

Namun faktanya, survei terkini menunjukkan beberapa alasan berbeda. Berdasarkan survei yang dilakukan U.S Trust dan Phoenix Marketing Internasional, alasan utama orang kaya tidak mau menyumbangkan hartanya adalah karena takut donasinya tidak tersalurkan dengan benar.

Alasan kedua yang membuat orang kaya tak mau menyumbangkan uangnya adalah karena kurangnya informasi atau koneksi dengan badan amal yang banyak tersedia.

Faktor berikutnya adalah para orang kaya mencemaskan lebih banyak orang yang meminta sumbagannya. Hal ini mengingat para orang kaya yang pernah memberi sumbangan biasanya menerima banyak permintaan dana lewat telepon, email, dan surat dari beberapa lembaga donasi lain. Jadi, lebih baik tidak memberi terlalu banyak.

Tentu saja, banyak perbedaan antara perkataan dan perbuatan para orang kaya. Survei yang sama juga meminta para konsultan keuangan menjawab pertanyaan tentang alasan para orang kaya tidak mau memberi sumbangan dalam jumlah besar.

Alasan utama yang muncul adalah kebanyakan kliennya merasa belum punya cukup banyak uang untuk memberikan sumbangan.

U.S Trust mengatakan para penasehat keuangan tersebut juga tidak memahami pola pikir `memberi` yang dimiliki para kliennya.

Sebanyak 40% dari seluruh penasehat keuangan yang mengikut survei mengatakan, para konglomerat justru akan memberi lebih sedikit lagi jika kewajiban membayar pajak dihilangkan.

Tentu saja, ini cara lain untuk mengatakan, para klien super kayanya enggan untuk mendonasikan hartanya pada yang membutuhkan.(Sis/Nur)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya