Serba-serbi Wayang Kulit, Dibuat dari Kulit Kerbau yang Dilukis

Saat ini wayang kulit masih terus dilestarikan sebagai kekayaan budaya dan kesenian Indonesia.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 09 Jul 2024, 05:00 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2024, 05:00 WIB
Ilustrasi wayang kulit, Jawa
Ilustrasi wayang kulit, Jawa. (Photo by Lighten Up on Unsplash)

Liputan6.com, Yogyakarta - Wayang kulit merupakan salah satu kesenian dan kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia. Kesenian yang sudah ada sejak dulu ini ternyata dibuat dari kulit kerbau yang dilukis.

Tak hanya sebagai kekayaan budaya, wayang kulit juga telah diakui dunia melalui UNESCO, badan dunia yang mengurus pelestarian kebudayaan. Wayang kulit telah ditetapkan sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity pada 7 November 2003.

Mengutip dari indonesiakaya.com, pemilihan kulit kerbau sebagai bahan pembuatan wayang dianggap mampu menghasilkan wayang kulit yang kuat dan tidak mudah melengkung. Sebelumnya, percobaan dengan kulit sapi sebagai bahan pembuatan wayang kulit pernah dilakukan, tetapi hasilnya tidak kuat dan cepat melengkung.

Umumnya, kulit kerbau yang akan digunakan sebagai bahan pembuatan wayang kulit didatangkan dari Nusa Tenggara Barat. Adapun proses pembuatannya dimulai dari perendaman selama satu malam.

Selanjutnya, kulit dikerok hingga halus pada pagi harinya. Proses dilanjutkan dengan menjemur kulit kerbau hingga menjadi kulit kering.

Setelah bahan kering, barulah dimulai proses membuat pola. Setelah itu, dilanjutkan proses nyungging atau pewarnaan. Kemudian, wayang diberi tangkai yang terbuat dari tanduk kerbau.

Umumnya, proses pembuatan satu tokoh wayang memerlukan waktu sekitar satu minggu sampai empat bulan. Lamanya proses pembuatan dipengaruhi oleh ukuran dan karakter atau tokoh wayang yang dibuat.

Dari beberapa jenis wayang, proses pembuatan yang memerlukan waktu paling lama adalah Gunungan. Hal ini dikarenskan Gunungan membutuhkan detail gambar yang sangat rumit dengan ukuran yang lebih besar dari wayang pada umumnya.

Sementara itu, terdapat empat jenis wayang kulit yang dikenal di Jawa, yakni wayang purwa, wayang madya, wayang gedog, dan wayang klithik. Wayang purwa membawakan cerita Ramayana dan Mahabarata.

Selanjutnya, wayang madya diciptakan oleh Mangkunegara IV sebagai penyambung wayang purwa dengan wayang gedog, begitu pula dengan cerita yang dibawakan. Salah satu cerita yang terkenal adalah Anglingdarma.

 


Wayang Gedog

Kemudian, wayang gedog diperkirakan sudah ada sejak zaman Majapahit dengan membawakan cerita serat Panji. Sementara itu, wayang klithik diciptakan oleh Adipati Surabaya, Pangeran Pekik, yang kerap membawakan cerita dari Panji dan Damarwulan.

Terkait penamaan wayang, terdapat dua pendapat berbeda. Pendapat pertama beranggapan bahwa nama ini berasal dari ma hyang yang berarti menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa.

Adapun pendapat kedua menganggap wayang berasal dari bahasa Jawa yang merujuk pada bayangan. Arti tersebut diambil dari bentuk pertunjukan wayang yang berupa bayangan wayang yang dimainkan dalang. Terlepas dari perbedaan tersebut, saat ini wayang kulit masih terus dilestarikan sebagai kekayaan budaya dan kesenian Indonesia.

(Resla)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya