Pemerintah membantah Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) merupakan rapat dadakan akibat faktor eksternal yang terjadi akhir-akhir ini, termasuk soal berakhirnya shutdown Amerika Serikat (AS).
"Hari ini kami mengadakan rapat rutin tiga bulanan. Ini bukan rapat yang dibuat secara mendadak karena hal-hal tertentu, sebab tiga bulan lalu tepatnya di Agustus 2013 juga melakukan rapat yang sama," papar Menteri Keuangan Chatib Basri saat ditemui usar rapat FKSSK di kantornya, Jakarta, Jumat (18/10/2013).
Dalam rapat tersebut, dia menjelaskan, ada indikator yang menandakan terjadinya perbaikan dan stabilisasi dari sisi makro ekonomi, pasar keuangan dan perbankan. Indikator tersebut tercermin dari stabilisasi perbandingan situasi saat ini dengan tiga pekan lalu.
Chatib beralasan, tanda-tanda stabilisasi tersebut karena respons yang dikeluarkan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) sangat positif.
"Tapi kita perlu melihat risiko ke depan yang masih harus dimonitor secara hati-hati terkait risiko global. Upaya mengendalikan defisit transaksi berjalan masih menjadi konsen dalam rapat ini," papar dia.
Di tempat yang sama, Gubernur BI Agus Martowardojo mengakui, pasar keuangan dan kondisi ekonomi di bulan ini lebih stabil walaupun tetap ada risiko ekternal maupun internal yang perlu menjadi perhatian.
"Terkait eksternal, terjadi pergeseran landscape ekonomi dunia, di mana perekonomian negara-negara maju pulih tapi ekonomi negara berkembang mengalami penurunan," ujarnya.
Kondisi ini, sambung dia, akan berdampak terhadap pola aliran dana global yang dapat berpengaruh terhadap tekanan nilai tukar rupiah.
Sementara dari sisi defisit transaksi berjalan, Agus menambahkan, Indonesia harus mensikapi laju defisit transaksi berjalan yang masih akan berada di atas 3%. Sedangkan pada tahun depan bakal menurun di bawah 3% dan di kisaran 2% pada 2015.
"Inflasi secara month on month (MoM) sudah mulai normal, tapi secara keseluruhan sampai akhir tahun ini masih diperkirakan sekitar 9%-9,8%. Nilai tukar rupiah juga stabil meski devisiasi dari awal hingga Oktober ini berkisar 15%-16%," pungkas dia.(Fik/Nur)
"Hari ini kami mengadakan rapat rutin tiga bulanan. Ini bukan rapat yang dibuat secara mendadak karena hal-hal tertentu, sebab tiga bulan lalu tepatnya di Agustus 2013 juga melakukan rapat yang sama," papar Menteri Keuangan Chatib Basri saat ditemui usar rapat FKSSK di kantornya, Jakarta, Jumat (18/10/2013).
Dalam rapat tersebut, dia menjelaskan, ada indikator yang menandakan terjadinya perbaikan dan stabilisasi dari sisi makro ekonomi, pasar keuangan dan perbankan. Indikator tersebut tercermin dari stabilisasi perbandingan situasi saat ini dengan tiga pekan lalu.
Chatib beralasan, tanda-tanda stabilisasi tersebut karena respons yang dikeluarkan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) sangat positif.
"Tapi kita perlu melihat risiko ke depan yang masih harus dimonitor secara hati-hati terkait risiko global. Upaya mengendalikan defisit transaksi berjalan masih menjadi konsen dalam rapat ini," papar dia.
Di tempat yang sama, Gubernur BI Agus Martowardojo mengakui, pasar keuangan dan kondisi ekonomi di bulan ini lebih stabil walaupun tetap ada risiko ekternal maupun internal yang perlu menjadi perhatian.
"Terkait eksternal, terjadi pergeseran landscape ekonomi dunia, di mana perekonomian negara-negara maju pulih tapi ekonomi negara berkembang mengalami penurunan," ujarnya.
Kondisi ini, sambung dia, akan berdampak terhadap pola aliran dana global yang dapat berpengaruh terhadap tekanan nilai tukar rupiah.
Sementara dari sisi defisit transaksi berjalan, Agus menambahkan, Indonesia harus mensikapi laju defisit transaksi berjalan yang masih akan berada di atas 3%. Sedangkan pada tahun depan bakal menurun di bawah 3% dan di kisaran 2% pada 2015.
"Inflasi secara month on month (MoM) sudah mulai normal, tapi secara keseluruhan sampai akhir tahun ini masih diperkirakan sekitar 9%-9,8%. Nilai tukar rupiah juga stabil meski devisiasi dari awal hingga Oktober ini berkisar 15%-16%," pungkas dia.(Fik/Nur)