Produksi nikel pig iron (NPI) produksi Indonesia, termasuk PT Indoferro laris manis diserbu sejumlah negara. Bahkan India dan China tergolong negara paling rakus menyerap NPI dari perusahaan tambang tersebut.
Direktur Pengembangan Indoferro, Jonatan Handojo menyebut beberapa negara langganan ekspor NPI perseroan antara lain, China, India, Taiwan, Afrika Selatan, Spanyol, Korea Selatan dan lainnya.
"Permintaan sudah melebihi kapasitas, bahkan NPI produksi dari beberapa perusahaan tambang sekitar 8-10 juta ton per tahun dikuasai oleh China. China dan Taiwan minta NPI dari kami bisa mencapai 125 ribu ton per tahun dan kami baru bisa penuhi permintaan sebesar 60%," ujarnya saat berbincang di pabrik Indoferro, Cilegon, seperti ditulis Minggu (20/10/2013).
Handojo mengaku kewalahan dengan banjir permintaan NPI. Misalnya permintaan ekspor dari India dan Taiwan masing-masing sebesar 20 ribu dan 10 ribu ton per bulan.
"India memang rakus karena mereka kan mau mencoba produksi sendiri stainless steel. Tapi kami baru bisa kirim 2 ribu ton ke Taiwan dan India 2 ribu ton," sambungnya.
Kini, dia mengatakan, Amerika Latin, Jepang dan Thailand sudah melayangkan permintaan ekspor NPI. Sayang harga NPI yang dipatok perusahaan masih terbilang rendah sebesar US$ 600 per ton, sedangkan harga pig iron US$ 400 per ton.
"NPI kami kan kandungan nikelnya masih 8% jadi harganya stabil. Di pasar dunia, harga NPI sebesar US$ 16 ribu per ton dan diprediksi bakal naik menjadi US$ 17 ribu per ton di tahun depan," jelasnya.
Dengan begitu, Handojo berharap, perusahaan swasta pertama yang membangun smelter di Indonesia ini bisa meraup penjualan hingga akhir tahun sekitar US$ 70 juta-US$ 80 juta. (Fik/Igw)
Direktur Pengembangan Indoferro, Jonatan Handojo menyebut beberapa negara langganan ekspor NPI perseroan antara lain, China, India, Taiwan, Afrika Selatan, Spanyol, Korea Selatan dan lainnya.
"Permintaan sudah melebihi kapasitas, bahkan NPI produksi dari beberapa perusahaan tambang sekitar 8-10 juta ton per tahun dikuasai oleh China. China dan Taiwan minta NPI dari kami bisa mencapai 125 ribu ton per tahun dan kami baru bisa penuhi permintaan sebesar 60%," ujarnya saat berbincang di pabrik Indoferro, Cilegon, seperti ditulis Minggu (20/10/2013).
Handojo mengaku kewalahan dengan banjir permintaan NPI. Misalnya permintaan ekspor dari India dan Taiwan masing-masing sebesar 20 ribu dan 10 ribu ton per bulan.
"India memang rakus karena mereka kan mau mencoba produksi sendiri stainless steel. Tapi kami baru bisa kirim 2 ribu ton ke Taiwan dan India 2 ribu ton," sambungnya.
Kini, dia mengatakan, Amerika Latin, Jepang dan Thailand sudah melayangkan permintaan ekspor NPI. Sayang harga NPI yang dipatok perusahaan masih terbilang rendah sebesar US$ 600 per ton, sedangkan harga pig iron US$ 400 per ton.
"NPI kami kan kandungan nikelnya masih 8% jadi harganya stabil. Di pasar dunia, harga NPI sebesar US$ 16 ribu per ton dan diprediksi bakal naik menjadi US$ 17 ribu per ton di tahun depan," jelasnya.
Dengan begitu, Handojo berharap, perusahaan swasta pertama yang membangun smelter di Indonesia ini bisa meraup penjualan hingga akhir tahun sekitar US$ 70 juta-US$ 80 juta. (Fik/Igw)