Insiden lumpur Lapindo di Sidoarjo nampaknya masih meninggalkan trauma bagi sebagian besar warga Jawa Timur. Hal itu membuat kegiatan eksplorasi minyak dan gas (migas) sulit dilakukan di wilayah itu.
"Traumatis masyarakat terhadap lumpur Sidoarjo yang menjadi hambatan kegiatan usaha hulu migas di Jawa Timur," ungkap Kepala Humas Satuan Kerja Khusus kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Elan Biantoro di Malang, Jawa Timur, Jumat (15/11/2013).
Elan mengakui, insiden yang terjadi di Sidoarjo merupakan bentuk kelengahan. Dia berharap kejadian itu bisa menjadi pelajaran bagi semua pihak.
"Jadi setiap ada eksplorasi orang takut kejadian seperti Sidoarjo, padahal sumur itu seperti pesawat terbang. Kalau ada yang kecelakaan bukan berarti setelah itu kecelakaan lagi, justru menjadi lebih baik," paparnya.
Sumur yang mengakibatkan bencana di Sidoarjo tersebut hanya satu sumur dari 65 ribu sumur yang dieksplorasi di seluruh Indonesia.
Penolakan masyarakat dalam pengembangan lapangan migas di Tanah Air telah dirasakan perusahaan minyak asal Amerika Serikat, Exxon Mobil. Perusahaan tersebut tidak bisa melakukan kegiatan pengeboran di lapangan Gunting karena diprotes warga.
"Misalnya di Blok Gunting Jombang, itu ada Exxon tapi baru survei dia sudah lempar handuk, karena dihambat penduduk, ya sudah dia pulang," jelas Elan.
Untuk itu, lanjut dia, proses sosialisasi harus lebih digalakkan mengingat produksi hasil migas harus terus ditingkatkan karena kebutuhan yang semakin tahun semakin meningkat.
"Ini mari kita berikan pencerahan kepada masyarakat. Jangan diganggu investor untuk masuk, itu juga demi kita semua," pungkasnya. (Yas/Ndw/*)
"Traumatis masyarakat terhadap lumpur Sidoarjo yang menjadi hambatan kegiatan usaha hulu migas di Jawa Timur," ungkap Kepala Humas Satuan Kerja Khusus kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Elan Biantoro di Malang, Jawa Timur, Jumat (15/11/2013).
Elan mengakui, insiden yang terjadi di Sidoarjo merupakan bentuk kelengahan. Dia berharap kejadian itu bisa menjadi pelajaran bagi semua pihak.
"Jadi setiap ada eksplorasi orang takut kejadian seperti Sidoarjo, padahal sumur itu seperti pesawat terbang. Kalau ada yang kecelakaan bukan berarti setelah itu kecelakaan lagi, justru menjadi lebih baik," paparnya.
Sumur yang mengakibatkan bencana di Sidoarjo tersebut hanya satu sumur dari 65 ribu sumur yang dieksplorasi di seluruh Indonesia.
Penolakan masyarakat dalam pengembangan lapangan migas di Tanah Air telah dirasakan perusahaan minyak asal Amerika Serikat, Exxon Mobil. Perusahaan tersebut tidak bisa melakukan kegiatan pengeboran di lapangan Gunting karena diprotes warga.
"Misalnya di Blok Gunting Jombang, itu ada Exxon tapi baru survei dia sudah lempar handuk, karena dihambat penduduk, ya sudah dia pulang," jelas Elan.
Untuk itu, lanjut dia, proses sosialisasi harus lebih digalakkan mengingat produksi hasil migas harus terus ditingkatkan karena kebutuhan yang semakin tahun semakin meningkat.
"Ini mari kita berikan pencerahan kepada masyarakat. Jangan diganggu investor untuk masuk, itu juga demi kita semua," pungkasnya. (Yas/Ndw/*)