Perusahaan minyak dan gas (migas) asal Inggris BP baru-baru ini merilis BP Energy Outlook 2035. Dalam laporannya BP menyebutkan, dari negara-negara importir energi, Amerika Serikat diprediksi bakal mengalami swasembada energi.
Sementara ketergantungan impor di Eropa, Cina dan India justru akan meningkat. BP Group Chief Executive Bob Dudley, mengatakan, Asia diperkirakan akan menjadi kawasan pengimpor energi terbesar.
"Hal ini tidak perlu menjadi masalah apabila pasar diperbolehkan untuk melakukan tugasnya, dengan rantai pasokan baru membuka diri terhadap wilayah-wilayah dengan permintaan yang tinggi ini." Kata Dudley dalam laporan BP Energy Outlook 2035 seperti yang dikutip Liputan6.com, Jumat (17/1/2013).
Dalam hal keberlanjutan, emisi karbon dioksida global diproyeksikan akan meningkat sebesar 29%, dengan semua pertumbuhan berasal dari negara-negara berkembang.
BP mencatat beberapa tanda-tanda positif yaitu, pertumbuhan emisi diperkirakan melambat, selagi gas alam dan energi terbarukan meraih pangsa pasar dari batu bara dan minyak dan emisi diperkirakan akan menurun di Eropa dan Amerika Serikat.
"Bahkan menjelang akhir periode yang dicakup oleh Outlook kami perkirakan akan banyak negara maju yang melihat perekonomian mereka tumbuh sementara penggunaan energi mereka turun," ungkapnya.
BP Chief Economist Christof Rühl menambahkan, proses ini menunjukkan betapa hebatnya kekuatan ekonomi dan kompetisi bebas. Secara sederhana, orang akan menemukan cara-cara baru untuk memanfaatkan energi secara lebih efisien karena hal tersebut menghemat uang.
"Hal ini baik untuk lingkungan hidup – semakin sedikit energi yang kita gunakan, semakin sedikit karbon yang kita keluarkan. Sebagai contoh emisi CO2 di Amerika Serikat telah kembali pada tingkat tahun 1990an,” pungkasnya. (Pew/Ndw)
Sementara ketergantungan impor di Eropa, Cina dan India justru akan meningkat. BP Group Chief Executive Bob Dudley, mengatakan, Asia diperkirakan akan menjadi kawasan pengimpor energi terbesar.
"Hal ini tidak perlu menjadi masalah apabila pasar diperbolehkan untuk melakukan tugasnya, dengan rantai pasokan baru membuka diri terhadap wilayah-wilayah dengan permintaan yang tinggi ini." Kata Dudley dalam laporan BP Energy Outlook 2035 seperti yang dikutip Liputan6.com, Jumat (17/1/2013).
Dalam hal keberlanjutan, emisi karbon dioksida global diproyeksikan akan meningkat sebesar 29%, dengan semua pertumbuhan berasal dari negara-negara berkembang.
BP mencatat beberapa tanda-tanda positif yaitu, pertumbuhan emisi diperkirakan melambat, selagi gas alam dan energi terbarukan meraih pangsa pasar dari batu bara dan minyak dan emisi diperkirakan akan menurun di Eropa dan Amerika Serikat.
"Bahkan menjelang akhir periode yang dicakup oleh Outlook kami perkirakan akan banyak negara maju yang melihat perekonomian mereka tumbuh sementara penggunaan energi mereka turun," ungkapnya.
BP Chief Economist Christof Rühl menambahkan, proses ini menunjukkan betapa hebatnya kekuatan ekonomi dan kompetisi bebas. Secara sederhana, orang akan menemukan cara-cara baru untuk memanfaatkan energi secara lebih efisien karena hal tersebut menghemat uang.
"Hal ini baik untuk lingkungan hidup – semakin sedikit energi yang kita gunakan, semakin sedikit karbon yang kita keluarkan. Sebagai contoh emisi CO2 di Amerika Serikat telah kembali pada tingkat tahun 1990an,” pungkasnya. (Pew/Ndw)