Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dinilai menjadi sektor terpenting dan menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
Selain mampu menyelamatkan negera ini dari keterpurukan krisis ekonomi, sektor UKM juga merupakan penyerap tenaga kerja terbesar di mana sebanyak 97% tenaga kerja Indonesia bekerja pada sektor ini.
Namun sayang, sektor UKM justru kurang mendapatkan perhatian dari dunia perbankan. Terbukti, dari 52 juta rakyat Indonesia yang berusaha di sektor UMKM, baru 25% saja yang bisa mengakses ke lembaga keuangan.
"Selebihnya masih sangat menggantungkan modal sendiri. Bahkan, cukup banyak dari mereka yang menggantungkan modal dari rentenir. Walaupun beban bunganya jauh lebih besar dari bank," ujar Tokoh Muda Muslim Banyuwangi-Bali Romi Basarah di Jakarta seperti ditulis Selasa (11/2/2014).
Dia menilai, sebagai penyumbang terbesar atau sekitar 60% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, sektor UKM hanya menguasai 40% PDB.
Sedangkan sektor usaha besar yang jumlahnya hanya 0,2 % telah menguasai sekitar 60% dari PDB. Padahal sumbangan mereka terhadap PDB tidak lebih dari 40%.
"Struktur ekonomi piramida terbalik ini akan sangat rapuh jika diterjang gelombang tsunami krisis ekonomi terutama dalam menghadapi perubahan ekonomi global. Ketika badai moneter menghantam para konglomerat itu, maka rontoklah bangunan perekonomian nasional," lanjutnya.
Romi mencontohkan, sektor UKM di Bali, yang merupakan wilayah terbuka dan mempunyai potensi besar terhadap pengembangan usaha namun sayangnya tidak didukung oleh lembaga keuangan tidak secara nyata membuka krannya untuk UKM, padahal UKM di Bali adalah motor penggerak perekonomian Bali yang berbasis pariwisata.
"UKM di Bali ini merupakan penghasil sekaligus penghemat devisa, mampu menyerap tenaga kerja secara besar, penyumbang PDRB secra signifikans, dan menyerap bahan baku yang dihasilkan dari lokal," ungkapnya.
Selain itu, menurutnya sektor-sektor ekonomi lain di Bali seperti agribisnis atau pertanian, industri kecil atau kerajinan, dan jasa pariwisata juga belum banyak yang tersentuh oleh perbankan karena dianggap para pelaku usaha ini sulit mendapatkan agunan yang sesuai ketentuan bank.
Oleh sebab itu, jika UKM tidak diberikan peluang untuk memiliki akses ke bank-bank umum, maka seharusnya lembaga keuangan berskala mikro, mulai dari BPR, Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Pasar atau lembaga mikro lainnya memiliki peran yang lebih aktif untuk membiayai sektor UKM ini. (Dny/Nrm)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com
Selain mampu menyelamatkan negera ini dari keterpurukan krisis ekonomi, sektor UKM juga merupakan penyerap tenaga kerja terbesar di mana sebanyak 97% tenaga kerja Indonesia bekerja pada sektor ini.
Namun sayang, sektor UKM justru kurang mendapatkan perhatian dari dunia perbankan. Terbukti, dari 52 juta rakyat Indonesia yang berusaha di sektor UMKM, baru 25% saja yang bisa mengakses ke lembaga keuangan.
"Selebihnya masih sangat menggantungkan modal sendiri. Bahkan, cukup banyak dari mereka yang menggantungkan modal dari rentenir. Walaupun beban bunganya jauh lebih besar dari bank," ujar Tokoh Muda Muslim Banyuwangi-Bali Romi Basarah di Jakarta seperti ditulis Selasa (11/2/2014).
Dia menilai, sebagai penyumbang terbesar atau sekitar 60% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, sektor UKM hanya menguasai 40% PDB.
Sedangkan sektor usaha besar yang jumlahnya hanya 0,2 % telah menguasai sekitar 60% dari PDB. Padahal sumbangan mereka terhadap PDB tidak lebih dari 40%.
"Struktur ekonomi piramida terbalik ini akan sangat rapuh jika diterjang gelombang tsunami krisis ekonomi terutama dalam menghadapi perubahan ekonomi global. Ketika badai moneter menghantam para konglomerat itu, maka rontoklah bangunan perekonomian nasional," lanjutnya.
Romi mencontohkan, sektor UKM di Bali, yang merupakan wilayah terbuka dan mempunyai potensi besar terhadap pengembangan usaha namun sayangnya tidak didukung oleh lembaga keuangan tidak secara nyata membuka krannya untuk UKM, padahal UKM di Bali adalah motor penggerak perekonomian Bali yang berbasis pariwisata.
"UKM di Bali ini merupakan penghasil sekaligus penghemat devisa, mampu menyerap tenaga kerja secara besar, penyumbang PDRB secra signifikans, dan menyerap bahan baku yang dihasilkan dari lokal," ungkapnya.
Selain itu, menurutnya sektor-sektor ekonomi lain di Bali seperti agribisnis atau pertanian, industri kecil atau kerajinan, dan jasa pariwisata juga belum banyak yang tersentuh oleh perbankan karena dianggap para pelaku usaha ini sulit mendapatkan agunan yang sesuai ketentuan bank.
Oleh sebab itu, jika UKM tidak diberikan peluang untuk memiliki akses ke bank-bank umum, maka seharusnya lembaga keuangan berskala mikro, mulai dari BPR, Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Pasar atau lembaga mikro lainnya memiliki peran yang lebih aktif untuk membiayai sektor UKM ini. (Dny/Nrm)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com