Menutup akhir 2013, ekonomi Indonesia mulai menunjukan perbaikan. Bank Indonesia (BI) melaporkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) dan neraca transaksi berjalan pada kuartal IV-2013 mencatat kinerja positif. Namun secara tahunan, NPI dan neraca transaksi berjalan Indonesia masih tercatat defisit.
BI dalam keterangan tertulisnya, Jumat (14/2/2014) melaporkan, NPI tiga bulan terakhir 2013 mencatat surplus sebesar US$ 4,4 miliar. Sementara defisit transaksi berjalan Indonesia menurun cukup tajam menjadi US$ 4 miliar atau 1,98% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Defisit ini jauh lebih rendah dari kuartal sebelumnya maupun perkiraan awal BI," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara.
BI mencatat surplus NPI kuartal IV-2013 ditopang oleh peningkatan surplus transaksi modal dan finansial yang mencapai US$ 9,2 miliar, lebih besar dari surplus pada kuartal sebelumnya sebesar US$ 5,6 miliar.
Surplus NPI akhir tahun lalu berhasil mendongkrak cadangan devisa dari US$ 95,7 miliar pada kuartal III-2013 menjadi US$ 99,4 miliar pada Desember 2013, atau setara 5,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
Sementara terkait penurunan defisit transaksi berjalan, faktor utama berasal dari naiknya surplus neraca perdagangan barang, yang bersumber dari bertambahnya surplus neraca perdagangan nonmigas dan menyempitnya defisit neraca perdagangan migas.
Kendati mencetak surplus pada tiga bulan terakhir 2013, NPI sepanjang 2013 masih mencatat defisit US$ 7,3 miliar setelah sebelumnya surplus US$ 0,2 miliar pada 2012.
Pada satu sisi, defisit NPI 2013 dipengaruhi melebarnya defisit transaksi berjalan menjadi US$ 28,5 miliar atau 3,26% dari PDB. Angka ini lebih besar dari defisit 2012 sebesar US$ 24,4 miliar atau 2,78% PDB.
Perkembangan ini dipengaruhi melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia dan turunnya harga komoditas global, yang kemudian berdampak pada penurunan ekspor Indonesia yang banyak berbasis sumber daya alam.
Defisit transaksi berjalan juga dipengaruhi belum kuatnya kapasitas produksi domestik dalam memenuhi kebutuhan bahan baku dan barang modal serta kebijakan energi nasional yang belum optimal. Kondisi ini membuat aktivitas impor masih besar meskipun telah mencatat pertumbuhan negatif di 2013.
Selain itu, neraca jasa dan neraca pendapatan yang masih mencatat defisit juga berpengaruh pada defisit transaksi berjalan.
Defisit NPI 2013 juga berasal dari berkurangnya surplus transaksi modal dan finansial dari sebelumnya US$ 24,9 miliar pada 2012 menjadi US$ 22,7 miliar pada tahun 2013.
Penurunan transaksi modal finansial terutama terjadi pada triwulan II dan triwulan III 2013 selain dipengaruhi turunnya modal masuk ke Indonesia yang dipicu oleh meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global terkait rencana pengurangan stimulus moneter AS (tapering off) juga dipengaruhi persepsi negatif investor asing terhadap inflasi yang sempat meningkat dan defisit transaksi berjalan yang melebar.(Shd)
BI dalam keterangan tertulisnya, Jumat (14/2/2014) melaporkan, NPI tiga bulan terakhir 2013 mencatat surplus sebesar US$ 4,4 miliar. Sementara defisit transaksi berjalan Indonesia menurun cukup tajam menjadi US$ 4 miliar atau 1,98% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Defisit ini jauh lebih rendah dari kuartal sebelumnya maupun perkiraan awal BI," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara.
BI mencatat surplus NPI kuartal IV-2013 ditopang oleh peningkatan surplus transaksi modal dan finansial yang mencapai US$ 9,2 miliar, lebih besar dari surplus pada kuartal sebelumnya sebesar US$ 5,6 miliar.
Surplus NPI akhir tahun lalu berhasil mendongkrak cadangan devisa dari US$ 95,7 miliar pada kuartal III-2013 menjadi US$ 99,4 miliar pada Desember 2013, atau setara 5,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
Sementara terkait penurunan defisit transaksi berjalan, faktor utama berasal dari naiknya surplus neraca perdagangan barang, yang bersumber dari bertambahnya surplus neraca perdagangan nonmigas dan menyempitnya defisit neraca perdagangan migas.
Kendati mencetak surplus pada tiga bulan terakhir 2013, NPI sepanjang 2013 masih mencatat defisit US$ 7,3 miliar setelah sebelumnya surplus US$ 0,2 miliar pada 2012.
Pada satu sisi, defisit NPI 2013 dipengaruhi melebarnya defisit transaksi berjalan menjadi US$ 28,5 miliar atau 3,26% dari PDB. Angka ini lebih besar dari defisit 2012 sebesar US$ 24,4 miliar atau 2,78% PDB.
Perkembangan ini dipengaruhi melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia dan turunnya harga komoditas global, yang kemudian berdampak pada penurunan ekspor Indonesia yang banyak berbasis sumber daya alam.
Defisit transaksi berjalan juga dipengaruhi belum kuatnya kapasitas produksi domestik dalam memenuhi kebutuhan bahan baku dan barang modal serta kebijakan energi nasional yang belum optimal. Kondisi ini membuat aktivitas impor masih besar meskipun telah mencatat pertumbuhan negatif di 2013.
Selain itu, neraca jasa dan neraca pendapatan yang masih mencatat defisit juga berpengaruh pada defisit transaksi berjalan.
Defisit NPI 2013 juga berasal dari berkurangnya surplus transaksi modal dan finansial dari sebelumnya US$ 24,9 miliar pada 2012 menjadi US$ 22,7 miliar pada tahun 2013.
Penurunan transaksi modal finansial terutama terjadi pada triwulan II dan triwulan III 2013 selain dipengaruhi turunnya modal masuk ke Indonesia yang dipicu oleh meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global terkait rencana pengurangan stimulus moneter AS (tapering off) juga dipengaruhi persepsi negatif investor asing terhadap inflasi yang sempat meningkat dan defisit transaksi berjalan yang melebar.(Shd)