FIFA Ingin Kasus Rasisme Dikenakan Sanksi Lebih Berat

"Para pembuat masalah harus dihukum dan itu jelas bagi saya bahwa klub bertanggung jawab terhadap suporter mereka," kata Blatter.

oleh Ulul Azmi diperbarui 18 Apr 2014, 21:57 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2014, 21:57 WIB
Sepp Blatter (© AFP 2009)
Konferensi pers Presiden FIFA, Joseph Blatter di Borg El-Arab Military Stadium, 220 km utara Kairo jelang upacara pembuka Piala Dunia U-20 di Mesir. AFP PHOTO/CRIS BOURONCLE

Liputan6.com, Zurich: Presiden Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) Sepp Blatter menginginkan diterapkannya sanksi keras yang lebih nyata terhadap kasus rasisme yang terjadi di sepakbola.

Pria berusia 78 tahun tersebut berpendapat, kalau sanksi pengurangan poin akan lebih efektif ketimbang larangan menggelar pertandingan tanpa penonton.

"Sanksi pengurangan poin akan menjadi hukuman yang paling efektif. Jika sanksi tersebut diterapkan, maka akan sangat merugikan klub apabila tidak ada perubahan," kata Blatter seperti dilansir BBC Sport, Jumat (18/4/2014).
 
"Para pembuat masalah harus dihukum dan itu jelas bagi saya bahwa klub bertanggung jawab terhadap suporter mereka," sambungnya.

Ukraina menjadi salah satu negara yang pernah mendapat sanksi FIFA terkait tindakan rasisme yang dilakukan suporter mereka. Akibatnya, mereka dilarang menggelar pertandingan tanpa penonton saat melawan Polandia dalam babak kualifikasi Piala Dunia 2014.

Bahkan sanksi tersebut berlanjut hingga pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2018, setelah banding yang diajukan Federasi Sepakbola Ukraina ditolak FIFA.

Menurut Blatter, larangan laga tanpa penonton hanya akan merugikan tim lawan yang tidak bersalah. "Oleh karena itu, sanksi seharusnya diterima oleh klub yang telah melakukan tindakan rasisme," ucap Blatter.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya