Liputan6.com, Jakarta Dalam sepak bola, peran gelandang memang tidak sepopuler penyerang yang mencetak banyak gol atau melakukan penyelamatan heroik seperti yang dilakukan oleh penjaga gawang ataupun pemain belakang.
Peran seorang gelandang memang lebih rumit.Hiburan yang diberikan oleh seorang gelandang adalah ketika dirinya menjadi memimpin orkestrasi permainan. Seorang gelandang tidak hanya membangun serangan tetapi juga dalam kondisi lain akan ikut turun membantu lini pertahanan. Gelandang adalah pusat permainan sebuah tim.
Mulai dari era Perserikatan-Galatama hingga Liga Super Indonesia (ISL), Sepakbola Indonesia juga memunculkan gelandang-gelandang hebat.Prestasi para gelandang tersebut tidak hanya di sepak bola nasional saja, tetapi juga berhasil menembus level Internasional.
Nama-nama seperti Iswadi Idris, Junaedi Abdillah, Yusuf Bachtiar, Rully Nere, Bima Sakti, Ponaryo Astaman, Firman Utina, hingga Ahmad Bustomi dikenal sebagai gelandang dengan kemampuan di atas rata-rata pemain tengah Indonesia lainnya.
Baca Juga
Pasca peleburan kompetisi Perserikatan dan Galatama menjadi Liga Indonesia dan mulai diperbolehkannya penggunaan pemain asing, sejak saat itu pula muncul gelandang dari luar negeri yang memegang peranan kunci dalam kesuksesan tim, mulai dari Carlos De Melo, Ronald Fagundez hingga terbaru pemain asing terbaik LSI 2014 versi Labbola, Makan Konate.
Advertisement
Siapa saja calon gelandang serang terbaik? Berikut ulasannya>>
Bayu Gatra Sanggiawan (Bali United Pusam)
1. Bayu Gatra Sanggiawan (Bali United Pusam)
Pemain kelahiran Jember pada 12 November 1991 ini termasuk sedikit dari pemain muda yang terhitung loyal terhadap klubnya. Empat tahun sudah Bayu berkostum Bali United Pusam (dulu bernama Putra Samarinda).
Tawaran demi tawaran datang, tetapi pemain yang baru mencetak 1 penampilan bersama tim nasional senior Indonesia ini memutuskan untuk tetap bertahan. Terakhir tawaran yang ditampiknya adalah berasal dari juara bertahan ISL, Persib Bandung.
Kecepatan adalah kekuatan utama dari pemain yang memulai karir profesionalnya di Persekap Pasuruan ini, ditambah kemampuan olah bola yang ciamik membuat lawan terpaksa harus menghentikannya dengan sebuah pelanggaran.
Pada gelaran musim lalu, satu dari empat pelanggaran terhadap Pusam ditujukan kepada Bayu Gatra. Musim lalu dia bermain dalam 20 pertandingan dan menghasilkan tiga gol. Wajar jika dia sempat diincar banyak klub.
Advertisement
Kim Jeffrey Kurniawan (Pelita Bandung Raya)
2. Kim Jeffrey Kurniawan (Pelita Bandung Raya)
Pesepak bola keturunan yang dinaturalisasi untuk menjadi punggawa skuat Garuda, yang diawali dengan naturalisasi Christian Gonzales. Kim sendiri memilik darah Jerman dari Ibunya. Pemain yang juga merupakan cucu eks-pemain Persija Jakarta era 50-an Kwee Hong Sing ini mendapatkan kewarganegaraan Indonesia pada Desember 2010.
Terlahir kembali bersama Pelita Bandung Raya, Kim Jeffrey Kurniawan secara mengejutkan bermain cukup impresif pada musim lalu sekaligus membawa timnya ke semifinal LSI 2014. Hal ini tidak terlepas dari peran pelatih PBR Dejan Antonic yang yang menempatkan Kim di posisi yang sesuai dengan gaya bermainnya.
Dejan juga memberi kepercayaan penuh bagi Kim. Sepanjang musim lalu dia bermain dalam 26 pertandingan dengan dua gol yang dicetak. Hanya ketika terkena akumulasi kartu, Kim tak bisa tampil.
Jika tidak ada hukuman atau cedera, Kim selalu jadi pemain penting di PBR. Rata-rata drible sukses adik ipar Irfan Bachdim ini pun cukup tinggi yaitu 75% pada ISL musim lalu.Fakta bahwa dirinya pernah menimba ilmu di sepak bola Eropa merupakan nilai lebih lain.
Makan Konate (Persib Bandung)
3. Makan Konate (Persib Bandung)
Jika muncul sebuah pertanyaan siapakah pemain yang menjadi kunci permainan Persib ketika menjuarai Liga Indonesia musim lalu. Bobotoh atau bahkan seluruh penikmat sepak bola Indonesia dipastikan akan sepakat menyebut satu nama yaitu, Makan Konate.
Gelandang asal Mali ini menjadi roh permainan Maung Bandung pada musim lalu, Tidak hanya menjadi pencetak gol kedua terbanyak Persib pada musim lalu dibelakang Ferdinand Sinaga dengan 13 gol, Konate juga memainkan perannya sebagai otak permainan dengan menciptakan 5 assist. Dia bermain dalam 28 pertandingan bersama Pangeran Biru musim lalu, itu berarti dirinya tak pernah absen.
Peran vital Konate yang membuat dirinya diganjar perpanjangan kontrak 2 musim oleh manajemen.Tidak hanya karena agresivitasnya dalam penyerangan saja, Konate juga bermain baik ketika dirinya harus turun membantu lini pertahanan.
Konate mencatatkan kesuksesan tekel sebesar 61 persen pada musim lalu, dengan rincian angka tekel sukses per pertandingannya adalah 1.43, menjadi yang terbaik kedua musim lalu, di bawah Dias Angga Putra (2.13).
Advertisement
Erick Weeks Lewis (Mitra Kukar)
4. Erick Weeks Lewis (Mitra Kukar)
Meskipun tubuhnya relatif mungil jika dibandingkan dengan legiun asing asal Afrika lain yang bermain di LSI, kemampuannya tidak bisa dipandang sebelah mata. Umpan mendatar terukur dan tendangan keras dari luar kotak penalti merupakan ciri khasnya.
Kemampuanya yang istimewa ini membuat arsitek Mitra Kukar Stefan Hansson memutuskan untuk mengangkutnya dari Sriwijaya FC sepaket dengan penyerang raksasa asal Kamerun, Herman Dzumafo.
Diantara banyak pemain asing yang berkiprah di sepak bola Indonesia Erick Weeks merupakan salah satu yang spesial, pemain yang lama merumput di Persiwa Wamena ini terkenal dengan kehandalannya dalam mengeksekusi bola mati.
Musim lalu saja 5 dari 8 gol yang diciptaknnya berasal dari tendangan bebas. Akurasi tembakannya pun cukup tinggi yaitu sebesar 58 persen. Total dia mencetak delapan gol dari 25 pertandingan.
Esteban Vizcarra (Semen Padang)
5. Esteban Vizcarra (Semen Padang)
Setelah memulai karirnya di sepak bola Indonesia bersama Pelita Jaya pada 2009. Pemain bernama lengkap Esteban Gabriel Vizcarra ini mencoba peruntunganya dengan melamar ke Persib Bandung. Sayang dirinya tidak berhasil lolos tahap seleksi.
Dia lantas di kontrak Semen Padang, Justru di tim asal Sumatra Barat ini Esteban menunjukan permainan impresif bahkan menjadi Idola publik Padang, yang selalu membuat bobotoh mempertanyakan kenapa dahulu Esteban tidak lolos tahap seleksi.
Pemain kelahiran Belen de Escobar 28 tahun lalu ini terkenal dengan peran uniknya sebagai wide playmaker, dimana Esteban tidak hanya bergerak untuk menjadi otak serangan di lapangan tengah, tetapi juga dalam situasi tertentu dirinya akan bergerak melebar untuk kemudian mengirimkan umpang silang sekaligus membuka ruang bagi pemain lain untuk merangsek masuk ke jantung pertahanan lawan.
Tidak hanya menjadi pusat permainan, Esteban juga produktif. Dia mencetak sepuluh gol dalam 26 penampilannya bersama Kabau Sirah, itu berarti seperempat dari 40 gol yang dicetak Semen Padang pada musim lalu merupakan hasil kontribusi pemain yang pernah mengungkapkan keinginannya untuk menjadi WNI ini, dengan tambahan catatan akurasi tembakan sebesar 60 persen.
Advertisement
Infografis
Berikut Infografis Labbola
(Aun Rahman - Labbola)