Liputan6.com, Jakarta - Sengit dan saling serang bertubi-tubi. Perang dagang tarif impor antara Presiden AS Donald Trump dengan China memanas. Sementara Indonesia mendapat napas lega selama 90 hari penundaan tarif tinggi.
Trump mengejutkan dunia dengan kebijakan tarif impor tinggi bagi barang-barang yang masuk ke AS. Tarif Trump terhadap China semula ditetapkan 10 persen pada 4 Februari 2025. China membalas dengan tarif 15 persen terhadap barang AS.
Advertisement
Baca Juga
Trump dan China kemudian saling berbalasan menaikkan tarif hingga akhirnya mencapai skor China menetapkan angka 125 persen, Trump di angka 145 persen pada 11 April 2025.
Advertisement
Terhadap lebih dari 185 negara dan wilayah, termasuk anggota Uni Eropa, Trump pada 2 April 2025 menetapkan tarif timbal balik di kisaran 10 persen sampai 50 persen.
Indonesia
Untuk barang-barang Indonesia yang masuk AS dikenakan tarif 32 persen. Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemlu RI) menyebut pengenaan tarif resiprokal AS ini akan memberikan dampak signifikan terhadap daya saing ekspor Indonesia ke AS.
Tercatat produk-produk ekspor utama Indonesia di pasar AS antara lain elektronik, tekstil dan produk tekstil, alas kaki, palm oil, karet, furnitur, udang dan produk-produk perikanan laut.
Namun pada 9 April 2025, Trump menunda tarif tinggi ke 57 negara selama 90 hari, termasuk Indonesia. Tarif sementara turun ke angka 10 persen. Trump menyebut sudah ada 75 negara yang melakukan negosiasi, namun tidak semuanya mendapat napas lega 90 hari penundaan tarif tinggi. Masa penundaan juga bisa digunakan untuk negosiasi.
Seperti apa saling serang dalam perang panas tarif Trump vs China? Bagaimana napas lega Indonesia mendapat penundaan 90 hari dan apa yang akan dilakukan Indonesia? Simak selengkapnya dalam rangkaian Infografis berikut ini:
Infografis Perang Panas Tarif Trump vs China
Advertisement
Infografis Napas Lega 90 Hari Trump Tunda Tarif Tinggi
