Liputan6.com, Zurich - Sepp Blatter terpilih kembali sebagai presiden FIFA untuk masa jabatan kelima. Dalam proses pemilihan di Zurich, Swiss, Jumat (29/5/2015) waktu setempat, Blatter menyisihkan saingan satu-satunya Pangeran Ali Al Hussein.
Pangeran Ali mengundurkan diri usai putaran pertama pengambilan suara dalam pemilihan presiden yang berlangsung hanya beberapa hari setelah penangkapan sejumlah pejabat FIFA.
Blatter kembali menjadi presiden FIFA untuk periode empat tahun ke depan. Pria berusia 79 tahun ini sudah menjadi orang nomor satu di FIFA selama lima periode berturut-turut. Artinya, dia akan melanggengkan kekuasaannya selama 20 tahun.
Pria bernama lengkap Joseph "Sepp" Blatter lahir di Visp, Valais, Swiss, 10 Maret 1936. Blatter adalah presiden FIFA kedelapan. Ia dilantik pada 8 Juni 1998, menggantikan Joao Havelange asal Brasil.
Lulusan Universitas Lausanne dalam bidang Administrasi dan Ekonomi (Fakultas Hukum) ini, pernah bekerja di Badan Pariwisata Valais, Federasi Hoki Es Swiss, dan Longines S.A.. Blatter yang mampu berbahasa Jerman, Perancis, Inggris, Spanyol, dan Italia, mulai bekerja di FIFA pada tahun 1975, sebagai Direktur Teknis (1975-81), Sekretaris Umum (1981-98), dan kemudian Presiden (sejak 1998).
Blatter terpilih kembali sebagai presiden pada tahun 2002 setelah mengalahkan Issa Hayatou, dan sekali lagi pada tahun 2007.
Kebijakan yang dibuatnya sebagai Presiden FIFA di antaranya adalah ditiadakannya kualifikasi otomoatis bagi juara Piala Dunia bertahan setelah Piala Dunia FIFA 2002, dan berbagai perubahan terkait standar moral, seperti misalnya pemberian kartu kuning bagi pemain yang membuka bajunya setelah merayakan pencetakan gol.
Advertisement
Skandal Suap
Kemenangan Blatter diperoleh di tengah skandal suap yang tengah diselidiki penegak hukum AS dan Swiss. Persoalan ini mendorong lembaga sepakbola dunia tersebut ke dalam krisis terburuk dalam sejarah 111 tahun badan ini.
Akibat skandal ini desakan dari sejumlah pihak agar Blatter mundur dari pencalonannya bermunculan. Bahkan, Perdana Menteri Inggris David Cameron pun ikut meminta Blatter untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
"Dalam pandangan saya, dia harus pergi. Anda tidak dapat menjabat dengan tuduhan korupsi pada level ini dan berpura-pura menjadi orang yang tepat untuk mengarungi masa depan," kata Cameron.
Meski banyak pihak menuntut ia mundur, Blatter dengan percaya diri terus maju dalam pencalonan. Dan, hasilnya Blatter pun berhasil mempertahankan posisinya sebagai pimpinan badan sepak bola dunia.
Dalam pidato kemenangannya, Blatter mengakui bahwa ia memang tidak sempurna. "Tidak ada yang sempurna, [tapi] kami akan melakukan pekerjaan dengan baik bersama-sama. Saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan dan keyakinan," ujarnya.
"Usia bukanlah masalah. Ada orang-orang yang berumur 50 tahun sudah terlihat tua. Saya tidak sempurna, tapi kita akan melakukan pekerjaan bagus bersama-sama. Ayo, FIFA!" pungkasnya.
Baca Juga:
Pangeran Ali Mundur, Blatter Terpilih Lagi Jadi Presiden FIFA
Advertisement