La Masia: Dilema Mesin Pencetak Uang atau Bintang Barcelona

Bukan lagi sebagai tempat menempa pemain untuk kemudian dipromosikan ke tim inti

oleh Rejdo Prahananda diperbarui 22 Agu 2015, 06:42 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2015, 06:42 WIB
Pedro Rodriguez
Pedro Rodriguez ketika selebrasi dengan Messi (JOSEP LAGO / AFP)

Liputan6.com, Barcelona - Berstatus sebagai Akademi tempat melahirkan pemain hebat, nyatanya tidak memberikan para lulusan La Masia mendapatkan tempat di tim inti Barcelona. Ini memang fakta setelah Pedro Rodriguez hengkang dari Barcelona.

Pemain 28 tahun ini menjadi contoh teranyar, Barcelona lebih bergantung pada muka-muka yang sudah jadi dibanding mengedepankan produk sendiri. Masuk La Masia pada 2004, hanya butuh waktu empat tahun bagi pemain bernama asli Pedro Eliezer Rodriguez Ledesma itu menembus tim inti.

Sebelum menembus tim utama, Pedro secara simultan bermain di tim kelompok umur Barcelona C, Barcelona B sampai benar-benar dicantumkan sebagai punggawa inti.

Namun seiring berjalannya waktu, Pedro lama-lama justru karatan di bangku cadangan. Tidak dapat dipungkiri kalau kedatangan Luis Suarez dan Neymar ikut menggerus peluang menjadi pemain reguler. Hingga tiba di bursa transfer musim panas ini, Pedro memutuskan hengkang dari Barcelona ke Chelsea.

La Masia

Langkah Pedro keluar dari Barcelona pun sejatinya telah lebih dulu diambil 'adik kelasnya' di La Masia seperti Bojan Krkic dan Gerrard Deulofeu. Nama-nama pemain binaan La Masia pun semakin bertambah panjang jika ikut mencantumkan Martin Montoya, Thiago Alcantara, dan Cristian Tello. Tentu ini menjadi bukti kuat kalau sebenarnya La Masia hanya seperti sekolah sepakbola bukan lagi penyuplai pemain penting untuk tim utama.

Bahkan, baru-baru ini menyebut La Masia menjadi mesin pencetak uang Barcelona. Bisnis yang menggoda untuk menambah pemasukan.

Pendapatan Barcelona dari uang dari hasil penjualan lulusan La Masia memang cukup menggiurkan. Inside Spanish Football merilis fakta, Barcelona meraup keuntungan yang terbilang spektakuler dari hasil transaksi penjualan jebolan La Masia. Nilainya mencapai 112,7 juta euro atau menyentuh Rp 1,7 triliun.

Bisnis akademi yang menjanjikan, dalam dua musim terakhir, penjualan pemain tim Akademi nilainya melonjak menjadi 60% dengan nominal profit mencapai 65,9 juta euro. Bila dikurs ke rupiah mencapai Rp 1,095 triliun. Terakhir, banderol Pedro ke Chelsea menyentuh angka 30 juta euro (Rp 472 miliar).

La MAsia

Tercatat, hingga bursa transfer musim panas ini, Barcelona masih memiliki 6 pemain binaan La Masia di bawah usia 25 tahun. Mereka adalah Marc Bartra (24 tahun), Sergi Roberto (23 tahun), Rafinha (22 tahun), Sergi Samper (20 tahun), Sandro (20 tahun) dan Munir (19 tahun).

Perlu dicatat, sederet nama pemain di atas hanya sekadar pelapis pemain inti. Bahkan, mereka pun tidak mendapat jaminan bakal terus bertahan di skuat besutan Luis Enrique. Rumor kepergian mereka santer terdengar dari Camp Nou.

Sejatinya, menarik garis jauh ke belakang, Barcelona identik dengan Real Madrid. Lebih gemar membeli pemain dibanding menempa pemain dari nol. Tradisi ini sudah turun-temurun. Mulai dari dekade 1970-an hingga sekarang

Ketika Barcelona merekrut Johan Cruyff. Pada musim 1973, Azulgrana mendatangkan legenda Belanda itu dari Ajax Amsterdam. Begitu pula dengan Patrick Kluivert, Thierry Henry, Zlatan Ibrahimovic hingga Neymar dan Suarez. Baru Lionel Messi seorang, striker jebolan La Masia paling sukses.

Jadi bagaimana nasib La Masia di masa depan? (Rjp/Ary)

Baca Juga:

Pedro Gabung Chelsea, Siapa 5 Pemain Baru Incaran MU?

Curhat Terakhir Coach Suharno: PSSI Harus Tetap Jalan

Wawancara Otamendi: Ambisi Liga Champions dan Kunci Gabung City

Wawancara Pedro: Bicara Gelar, Mourinho dan Sahabatnya di Chelsea

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya