Hilang Fokus, Ihsan Gagal Ciptakan All Indonesia Final

Ihsan Maulana Mustofa merasa keputusan hakim garis beberapa kali merugikannya.

oleh Bogi Triyadi diperbarui 17 Okt 2015, 16:25 WIB
Diterbitkan 17 Okt 2015, 16:25 WIB
Chinese Taipei Open Grand Prix 2015
Tunggal putra Indonesia Ihsan Maulana Mustofa gagal menembus final Chinese Taipei Open Grand Prix 2015, Sabtu (17/10/2015). (Liputan6.com/Humas PP PBSI)

Liputan6.com, Taipei - Ihsan Maulana Mustofa gagal menciptakan All Indonesia Final tunggal putra di Chinese Taipei Open Grand Prix 2015. Ihsan ditaklukkan jagoan tuan rumah, Wang Tzu Wei, lewat rubber game 10-21, 21-8, dan 15-21 di Hsing Chuang Gymnasium, Sabtu (17/10/2015).

Kekuatan Ihsan dan Wang sebetulnya cukup imbang. Dilihat dari peringkat dunia, selisihnya tak jauh. Ihsan kini menduduki peringkat 43 dunia, sedangkan Wang ada di rangking 49 dunia. Tak heran jika partai semifinal turnamen berhadiah total US$ 50 ribu berlangsung hingga tiga game.

Tunggal putra Indonesia Ihsan Maulana Mustofa gagal menembus final Chinese Taipei Open Grand Prix 2015, Sabtu (17/10/2015). (Liputan6.com/Humas PP PBSI)

"Saya merasa kurang fokus di pertandingan ini, permainan net saya kurang bagus, banyak ragu-ragu. Sedangkan Wang terkenal dengan permainan net yang rapi. Soal stamina, sebetulnya Wang sudah habis dan saya masih lebih kuat, tapi saya merasa permainan saya kurang greget," kata Ihsan usai pertandingan.

Saat kedudukan 8-13 di game penentuan, Ihsan melayangkan protes atas keputusan hakim garis yang menyatakan bola pengembalian Wang di sudut belakang lapangan masuk. Padahal, menurut Ihsan bola jatuhnya jauh di luar garis.

"Saya kecewa sekali dengan keputusan hakim garis, sudah beberapa kali terjadi di pertandingan ini. Namun, yang digame ketiga paling parah, sejak saat itu saya merasa kesal dan kehilangan fokus," gerutu Ihsan.

Ihsan Maulana Mustofa gagal menciptakan all Indonesia final tunggal putra Chinese Taipei Open Grand Prix 2015. (Liputan6.com/Humas PP PBSI)

"Sebetulnya, Ihsan banyak mendapat pelajaran dari pertandingan ini. Kalau dia bisa menjaga emosi saat game ketiga, mungkin ada peluang ke final. Namun, sebagai pemain muda, Ihsan masih belum bisa mengontrol emosi saat merasa dicurangi hakim garis, padahal tadi bisa meraih berapa poin sekaligus," tutur Marlev Mainaky, pelatih tunggal putra yang mendampingi Ihsan.

Walau Ihsan gagal menembus partai puncak, Indonesia tetap berpeluang untuk membawa pulang gelar juara dari tunggal putrra. Pada laga semifinal di pool atas, dua pemain senior Indonesia akan bertemu. Sony Dwi Kuncoro dan Simon Santoso saling berhadapan memperebutkan tiket final. Ini adalah pertemuan ketiga buat keduanya setelah terakhir berjumpa di Japan Open Super Series 2009. (Bog/Rco) 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya