Liputan6.com, Jakarta Piala Presiden 2015 akhirnya rampung. Persib Bandung keluar sebagai pemenang usai mengalahkan Sriwijaya FC di final dengan skor 2-0. Partai puncak yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), berlangsung meriah dengan kehadiran puluhan ribu bobotoh--pendukung Maung Bandung dan suporter Sriwijaya, Singa Mania.
Perjalanan Piala Presiden 2015 terbilang mulus. Meski sempat diwarnai aksi WO salah satu kontestan, Bonek FC, secara keseluruhan pertandingan berjalan aman dan tanpa kerusuhan.
Ujian terberat bagi pihak penyelenggara adalah partai final. Sebab salah satu finalisnya adalah klub sepak bola Persib, yang pendukungnya bermusuhan dengan suporter Persija Jakarta, Jakmania. Stadion I Wayan Dipta, Bali sempat disiapkan sebagai alternatif untuk menghindari bentrok antar bobotoh dan Jakmania.
Namun pilihan akhirnya tetap jatuh ke Jakarta. CEO Mahaka Sports and Entertainment Hasani Abdulgani mengatakan, itu bukan keputusan mudah. Namun dengan jaminan dari pihak kepolisian, promotor pun memutuskan final tetap di GBK.
Seperti apa rumitnya mengelola turnamen Piala Presiden 2015? Dalam wawancara eksklusif dengan presenter Liputan6.com, Farhannisa Nasution, pria asal Aceh itupun menjelaskannya suka duka mengelola turnamen sekelas Piala Presiden 2015.
Berikut wawancara lengkapnya:
Â
Advertisement