Liputan6.com, Jakarta - El Clasico. Di kalender sepak bola, ini adalah perhelatan akbar. Inilah match of the year. Sebuah laga yang dinantikan semua pencinta sepak bola. Meski tersuguh setidaknya dua kali dalam semusim, El Clasico selalu menjanjikan pertarungan istimewa. Selalu ada sisi menarik yang mengiringi El Clasico.
Baca Juga
- Pemain Ini Bakal Gantikan Peran Messi di Barcelona
- [KOLOM] Sukses Bayern Lumat Juve, Sebuah Keberuntungan?
- [KOLOM] Pizarro, Legenda Baru Setara Maradona
Laga di Camp Nou, Sabtu (2/4/2016) juga demikian. El Clasico nanti menjadi persembahan bagi Johan Cruyff, sang pengubah wajah Barcelona dan sepak bola dunia, yang berpulang pada pekan silam. Rencananya, mosaik besar “Gracies Johan” dan No 14, nomor ikonik Cruyff, akan disuguhkan sebelum kick off. Lalu, tepat pada menit ke-14 akan ada standing applause untuk sang legenda.
Laga nanti pun akan dihadiri tujuh mantan Presiden Barcelona yang masih hidup. Di antaranya adalah Joan Laporta dan Sandro Rosell yang dikenal berseteru. Sang presiden saat ini, Josep Maria Bartomeu, tentu saja tak akan absen menemani ketujuh pendahulunya itu.
Sebagai sebuah persembahan terakhir bagi sosok yang begitu luar biasa, Lionel Messi cs dipastikan tak akan rela merusaknya dengan kekalahan. "Penghormatan terbaik bagi Cruyff sepertinya adalah dengan memenangi El Clasico," kata Andres Iniesta.
Tambahan faktor Cruyff ini membuat tantangan yang dihadapi Real Madrid di Camp Nou nanti jauh lebih berat. Bagi Zinedine Zidane, El Clasico pertamanya sebagai entrenador itu tak ubahnya sebuah misi mustahil.
Memang benar, Zidane tak kehilangan optimisme. Langkahnya menuju Camp Nou diiringi bekal lebih baik dibanding saat Rafael Benitez menjamu Blaugrana pada November silam yang berakhir kekalahan 0-4.
Kala itu Madrid memasuki El Clasico dengan bekal kekalahan 2-3 dari Sevilla. Kini mereka melangkah ke Camp Nou bermodalkan lima kemenangan beruntun di semua ajang. Di antaranya menang 2-0 atas AS Roma dan 4-0 atas Sevilla.
"El Clasico selalu istimewa. Kami harus terus meningkatkan diri dan sangat penting menghadapi El Clasico dengan kemenangan. Kami siap. Itu akan jadi pertandingan yang hebat," ucap Coach Zizou usai kemenangan atas Sevilla, 20 Maret lalu.
Advertisement
Gusur Atletico
Kemenangan itu mengandung dua makna besar. Selain menunjukkan perbaikan mentalitas saat menghadapi klub-klub kuat, itu juga membuktikan Los Blancos sedang dalam performa apik.
Akan tetapi, mengingat motivasi Iniesta dkk yang dipastikan berlipat-lipat, itu tak lagi jadi modal bagus. Zidane yang semasa aktif bermain sempat 11 kali menghadapi Barcelona sebagai punggawa Madrid tentu tahu persis betapa besar pengaruh faktor yang satu ini di El Clasico.
Sebenarnya hasil apa pun yang diraih di El Clasico nanti tak akan berdampak signifikan terhadap perjalanan Madrid di Divisi Primera. Kekalahan akan membuat mereka tertinggal 13 poin, sementara kemenangan hanya memperpendek ketertinggalan dari Barcelona menjadi tujuh angka saja.
Dalam persaingan dengan Barcelona, tertinggal 7 dan 13 angka sama saja. Itu tetap selisih yang terlalu jauh. Sungguh sulit berharap Lionel Messi cs mengalami tiga hingga lima kekalahan dalam tujuh laga sisa setelah El Clasico. Patut dicatat, sejak ditaklukkan Sevilla pada jornada ke-7, Blaugrana tak tersentuh kekalahan dalam 39 partai secara beruntun di semua ajang.
Zidane memahami hal itu. Makanya, dia tak sesumbar untuk membuat keajaiban untuk Madrid. Baginya, fokus saat ini adalah memperbaiki peringkat alias menggusur Atletico Madrid dari posisi kedua.
Ini penting untuk memastikan dua besar di Spanyol tetaplah Barcelona dan Madrid. Di samping itu, tentu penting menegaskan bahwa Los Blancos tetaplah número uno di Kota Madrid. Tiga poin di Camp Nou adalah salah satu syaratnya.
Selain itu, kemenangan di El Clasico bisa berimbas positif terhadap perjalanan Madrid di Liga Champions. Optimisme mereka akan sangat terkerek. Bagaimana pun, Barcelona adalah the team to beat di Liga Champions. Kemenangan di Divisi Primera akan membuat Los Blancos tak minder bila harus kembali bersua Blaugrana di ajang antarklub terakbar di Eropa tersebut.
Debut Buruk
Debut Buruk
Hal yang membuat misi Zidane kian berat di Camp Nou nanti adalah catatan buruk para pendahulunya saat melakoni El Clasico perdana. Sejak Bernd Schuster pada 2007-08, tak satu pun entrenador Los Blancos yang sanggup memetik kemenangan saat menjalani El Clasico untuk kali pertama.
Tak terkecuali dua pelatih papan atas, Carlo Ancelotti dan Jose Mourinho. Bahkan, Mourinho yang datang dengan bekal unbeaten dalam 19 laga di semua ajang sejak awal musim 2010-11 justru mengalami hal memalukan. Los Blancos kalah 0-5. Itu menyamai rekor kekalahan saat menjalani El Clasico pertama kalinya yang diderita Luis Molowny pada 17 Februari 1974.
Bila ditelusuri, sejak Miguel Munoz pada April 1960, tercatat ada 26 pelatih yang menangani Madrid dan melakoni El Clasico. Dari jumlah itu, hanya sembilan atau sekitar 35% yang meraup kemenangan saat melakoni El Clasico untuk pertama kalinya. Adapun pelatih yang mengalami kekalahan berjumlah 14 orang atau mendekati 54%.
Di kandang Barcelona, tingkat kesulitannya berlipat-lipat. Dari selusin pelatih yang menjalani debut El Clasico di Camp Nou sejak 1960, hanya dua yang berhasil mencuri kemenangan. Sisanya, sembilan menderita kekalahan dan satu meraih hasil imbang. Artinya, kans Zidane untuk menang di Camp Nou nanti hanya sekitar 17%, sementara peluang kalahnya mencapai 75%.
Pelbagai faktor yang tidak memihak Madrid itu pula yang sepertinya membuat Florentino Perez, Presiden Madrid, cukup realistis. Menurut Diario Gol, Perez akan menganggap hasil imbang sebagai kemenangan. Bahkan, bila kalah pun, dia masih bisa memaafkan andai skornya tipis dan Madrid menunjukkan perlawanan keras.
Satu-satunya yang tak boleh terjadi adalah kekalahan memalukan seperti November lalu. Bila itu yang terjadi, sangat mungkin El Clasico kali ini merupakan yang pertama sekaligus terakhir bagi Coach Zizou.
*Asep Ginanjar, pengamat sepakbola, komentator dan jurnalis. Komentari kolom ini di akun @seppginz.
Advertisement