Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha kripto dan mantan CEO Twitter, Jack Dorsey mendorong Signal Messenger untuk integrasikan bitcoin untuk pembayaran peer-to-peer (P2P). Ini sebuah langkah yang dapat mengalihkan strategi kripto platform tersebut dari altcoin.
“Signal harus menggunakan bitcoin untuk pembayaran P2P,” tulis Dorsey di platform X, dahulu bernama Twitter pada 9 April 2025, membalas sebuah unggahan oleh pengembang bitcoin calle yang menyarankan bitcoin cocok untuk Signal, demikian dikutip dari laman Cointelegraph, Jumat (11/4/2025).
Ajakan Dorsey untuk bertindak digaungkan oleh pemimpin industri lainnya termasuk mantan presiden PayPal David Marcus yang menulis semua aplikasi nontransaksional harus terhubung ke bitcoin.
Advertisement
Dukungan itu mencerminkan dorongan yang semakin besar untuk mempromosikan bitcoin sebagai sistem pembayaran fungsional daripada hanya emas digital dan penyimpanan nilai murni, yang menurut Dorsey tidak akan menjamin keberhasilan bitcoin.
Signal menawarkan pembayaran dengan Sentz yang sebelumnya bernama MobileCoin yang didirikan pada 2014. Adapun Signal adalah layanan pengiriman pesan terenkripsi sumber terbuka untuk pengiriman pesan instan, panggilan suara dan video.
Saat ini, layanan pengiriman pesan menawarkan pembayaran dalam aplikasi MobileCoin (MTCN), token ERC-20 yang fokus pada privasi, yang berganti nama menjadi Sentz pada November 2023.
Didukung pelaku industri terkemuka seperti BlockTower Capital dan Coinbase Ventures, Sentz didirikan pada 2017 oleh Josh Goldbard dan Shane Glyn untuk menyediakan kripto yang cepat, pribadi dan mudah digunakan.
Pembayaran P2P
Signal dikecam karena integrasinya dengan MobileCoin pada 2021 dengan banyak pihak yang mengkhawatirkan potensi hubungan antara pendiri Signal dan MTCN, ketidakjelasan seputar penerbitannya dan keuntungan mencurigakan jelang pengumuman kemitraan itu.
Cointelegraph telah menghubungi Signal terkait rencana potensial untuk mengintegrasikan Bitcoin tetapi belum menerima tanggapan hingga berita ini rilis.
Aplikasi media sosial secara historis mendorong altcoinSignal bukanlah satu-satunya yang mendorong pembayaran altcoin alih-alih menawarkan pembayaran kepada penggunanya dalam Bitcoin, yang dirancang untuk pembayaran P2P sebagai kasus penggunaan intinya, menurut pencipta anonimnya, Satoshi Nakamoto.
Meskipun mantan presiden PayPal Marcus sekarang menganjurkan penggunaan Bitcoin oleh semua aplikasi nontransaksional, ia sebelumnya memimpin proyek Meta (sebelumnya Facebook) yang mengembangkan mata uang kripto pembayaran milik perusahaan itu sendiri, yang awalnya dikenal sebagai Libra, yang akhirnya gagal.
Advertisement
Signal Uji Coba Fitur Stories Mirip Instagram, WhatsApp, Facebook dkk
Sebelumnya, Signal bakal menjadi aplikasi pesan terenkripsi terkini yang mengadopsi Stories ke dalam layanan, mengekor Instagram, Facebook, WhatsApp, dan lainnya.
Diketahui, aplikasi perpesanan yang fokus pada privasi ini baru saja uji coba beta untuk sebuah fitur mirip Stories pekan kemarin.
Mengutip Engadget, Senin (10/10/2022), pengguna Signal dapat berbagi video, gambar dan pesan berbasis teks ke lawan bicara.
Sementara itu, fitur Stories di dalam layanan akan hilang dengan sendirinya setelah masa waktu 24 jam berlalu sejak diterima lawan bicara.
Seperti platform lainnya, Stories di Signal sudah mendukung fitur enkripsi end-to-end.
Pengguna dapat memilih untuk membagikan postingan ke pengguna Signal lainnya, baik yang ada di kontak atau siapa pun yang pernah menjadi lawan bicara.
Jika memilih untuk posting story ke grup, maka anggota grup tersebut dapat bereaksi, membalas, dan membagikannya ke grup atau orang lain.
Saat ini, hanya pengguna beta yang bisa melihat dan menggunakan Stories di Signal. Pengguna biasa sayangnya hingga kini belum bisa mengaksesnya.
Apakah dengan fitur baru Signal ini akan menarik jumlah pengguna baru yang pakai aplikasi chat ini? Hal itu akan dijawab dengan berjalannya waktu.
Walau banyak diadopsi oleh penyedia platform, nyatanya tidak semuanya sukses menghadirkan fitur Stories ini ke dalam layanan mereka.
Contoh paling jelas adalah Twitter dan LinkedIn, dimana mereka memutuskan untuk menghapus Stories dari layanan hanya dalam kurun waktu 1 tahun saja.
