Liputan6.com, Jakarta - Tahun 2016 menjadi titik balik bagi sepak bola Indonesia. Diawali dengan pencabutan sanksi FIFA terhadap PSSI pada 13 Mei 2016.
Baca Juga
Sanksi itu resmi dicabut dalam Kongres ke-66 FIFA di Meksiko. Presiden FIFA Gianni Infantino mengatakan bahwa putusan tersebut diambil setelah pihaknya mendapatkan laporan bahwa Pemerintah Indonesia telah mencabut surat pembekuan aktivitas terhadap PSSI.
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi, sebelumnya memang telah menandatangani surat keputusan (SK) pencabutan pembekuan PSSI. Penandatanganan itu dilakukan pada 10 Mei 2016 atau tiga hari sebelum kongres FIFA.
SK pembekuan bernomor 01307 tahun 2015 dari Menpora pada 18 Mei 2015, yang kala itu membuat FIFA akhirnya menjatuhkan sanksi kepada PSSI selama lebih dari setahun. FIFA menilai, PSSI diintervensi oleh pemerintah. FIFA kemudian menjatuhkan sanksi untuk Indonesia per 30 Mei 2015. Indonesia dikucilkan dari sepak bola internasional. Beruntung
FIFA akhirnya mencabut sanksi itu pada 13 Mei 2016. Namun, tak sampai di situ. Pencabutan sanksi dari FIFA juga disertai sejumlah syarat yang harus dijalani PSSI sesuai amanat kongres FIFA di Meksiko. Terdapat lima agenda utama PSSI usai pencabutan sanksi FIFA pada 16 Mei 2016.
Advertisement
Polemik Tempat Penyelenggaraan Kongres Pemilihan PSSI
Salah satu yang paling penting adalah penyelenggaraaan Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI. KLB PSSI sendiri berlangsung pada 3 Agustus 2016 di Jakarta. Dalam KLB PSSI itu, Hinca Panjaitan sebagai pelaksana tugas ketua umum PSSI, menggantikan ketua umum yang lama La Nyalla Mattaliti. La Nyalla digusur dari posisinya, setelah dia menjadi tersangka kasus pencucian uang dalam pengelolaan dana hibah yang diterima Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur tahun 2011 sampai 2014.
Ada pun Hinca Panjaitan sebelumnya menjabat wakil ketua umum pada kepemimpinan PSSI yang lama. Melalui hasil voting Hinca mendapat 82 dari total 105 suara dalam KLB yang digelar di sebuah hotel di Jakarta, Rabu (03/08). KLB kali ini adalah yang pertama sejak FIFA mencabut sanksi penangguhan terhadap Indonesia, pertengahan Mei lalu.
KLB juga memutuskan untuk menggelar Kongres PSSI untuk memilih ketua umum yang baru pada pertengahan Oktober 2016. Namun, terjadi polemik antara PSSI dan Menpora terkait tempat penyelenggaraan kongres pemilihan pengurus PSSI
periode 2016-2020.
Makassar yang lebih dulu mengajukan diri sebagai tempat berlangsungnya kongres pemilihan, tidak direkomendasi Menpora. Politisi Partai Kebangkitan Bangsa itu ingin PSSI menggelar kongres di Yogyakarta.
Tapi, polemik tempat penyelenggaraan Kongres Pemilihan Ketua Umum PSSI 2016-2020 akhirnya selesai. Hal ini menyusul terbitnya surat dari FIFA kepada Kemenpora RI yang menyatakan bahwa PSSI telah mengajukan penundaan pelaksanaan kongres. Surat itu beredar pada Sabtu 15 Oktober 2016 dini hari WIB.
Kongres yang sedianya diselenggarakan di Makassar pada Senin 17 Oktober 2016, dalam surat FIFA yang ditandatangani Sekjen Fatma Samoura itu, disebutkan PSSI meminta ditunda hingga 10 November 2016.
Adapun alasan penundaan karena pelaksanaan Kongres Pemilihan akan dipindah dari Makassar ke Jakarta. Pengajuan penundaan kongres itu berdasarkan surat yang dikirim PSSI, usai menggelar rapat Exco pada Kamis 13 Oktober 2016. FIFA menyampaikan surat kepada Kemenpora sebagai balasan pernyataan yang dikirim oleh Deputi Kemenpora Bidang Peningkatan Prestasi Gatot S Dewa Broto.
Advertisement
Edy Rahmayadi Terpilih sebagai Ketum PSSI
Kongres pemilihan pengurus baru PSSI pun akhirnya digelar pada 10 November 2016 di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta. Edy Rahmayadi secara sah terpilih sebagai Ketua Umum PSSI periode 2016-2020.
Kemenangan Edy terbilang sudah terduga sejak awal. Pasalnya, ia mendapatkan dukungan penuh dari voters yang tergabung dalam Kelompok 85 (K85). Tak heran jika dalam pemungutan suara, Edy menang telak dengan mendulang 76 suara. Sementara Moeldoko hanya meraih 23 suara, Edi Rumpoko mendulang satu suara dan tujuh suara dinyatakan tidak sah.
Letjen Edy Rahmayadi didampingi oleh Joko Driyono dan Iwan Budianto, yang dalam kongres itu terpilih sebagai wakil ketua umum PSSI. Keduanya bukan nama yang asing bagi sepak bola tanah air.
Sedangkan dari 12 anggota komite eksekutif (EXCO) PSSI terpilih, hanya dua nama yang merupakan orang dari kepengurusan lama yaitu Gusti Randa dan Johar Lin Eng. Sebanyak 10 orang lainnya adalah Hidayat, Yunus Nusi, Condro Kirono, Pieter tanuri, Juni Ardianto Rachman, A.S Sukawijaya, Johar Lin Eng, Refrizal, Dirk Soplanit, Verry Muliadi, dan Papat Yunisal.