Liputan6.com, Jakarta Pertunjukan MotoGP tidak hanya dianggap sebagai ajang persaingan perebutan gelar juara dunia saja. Para pembalap juga diwajibkan untuk memberikan hiburan menarik kepada penggemar di setiap akhir pekannya.
Dalam kurun beberapa tahun terakhir nama Valentino Rossi selalu dielu-elukan oleh penikmat balap motor di kelas elit. Sehingga tak jarang penggemar rela terjaga alias begadang demi menyaksikan idolanya mengaspal di arena pacuan kuda besi.
Baca Juga
Rossi memang memiliki magis kuat untuk menarik perhatian jutaan penonton di seluruh dunia. Tidak hanya ketampanannya saja yang mampu melelehkan hati para wanita, tapi di luar itu ia mampu menunjukkan kelihaiannya dalam menunggangi motor.
Advertisement
Sembilan gelar juara dunia merupakan bukti nyata bahwa dia mampu mendongkrak pasar balap MotoGP paling populer ketimbang kejuaraan balap lainnya.
Tapi bagaimana dengan usia Rossi yang mulai menua. Apakah penggemar masih doyan untuk menyaksikan para sirkus MotoGP mengaspal?
Pertanyaan itu mungkin tepat diajukan mengingat kontrak Rossi bersama tim Yamaha hanya bertahan selama dua tahun (akhir 2018), dan belum ada konfirmasi lebih jauh apakah The Doctor akan melanjutkan kariernya atau pensiun.
Dengan menuanya Rossi, secara perlahan ajang balap MotoGP bisa kehilangan gairah dan rasa cinta dari para penggemarnya.
Pembalap Hebat
Andai Rossi pensiun, Dorna Sports selaku otoritas tertinggi di kejuaraan grand prix balap motor tak perlu merasa khawarir. Karena ajang ini tak pernah berhenti menelurkan pembalap hebat, sebut saja Maverick Vinales.
Keberadaan Vinales di level tertinggi dianggap Kevin Schwantz, sebagai momentum yang tepat untuk menambah persaingan. Bahkan legenda balap 500cc itu menyebut persaingan antara juara bertahan Marc Marquez dan pembalap anyar Yamaha adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh MotoGP.
“Maverick saat ini berusia 22 tahun dan Marc berusia 24, keduanya adalah pembalap Spanyol, kami pasti bisa melihat bahwa ada kemungkinan mereka menjadi rival besar seperti Schwantz vs Rainey. Rivalitas itu bisa berlangsung selama enam atau delapan musim," ujarnya.
"Jika mereka dapat bersaing seperti beberapa pembalap kuat lainnya, maka itulah yang dibutuhkan olahraga ini," terang Schwantz seperti dikutip dari Autosport, Kamis (30/3/2017). (David Permana)
Advertisement