Liputan6.com, Jakarta - AC Milan berbenah. AC Milan ingin bangkit dari keterpurukan setelah sekian lama tak terdengar di kancah sepak bola Eropa. Satu tiket ke Liga Europa musim depan jadi jalan menuju ke sana.
AC Milan sebenarnya nyaris gagal ke Eropa musim ini. Namun karena Lazio yang berada di peringkat 5 sudah dapatkan jatah Liga Europa lewat jalur Coppa Italia, Milan pun mendapatkan durian runtuh tampil di kasta kedua sepak bola Eropa itu.
Milan terakhir kali tampil di kancah sepak bola Eropa pada Liga Champions 2013/14. Langkah mereka terhenti di 16 besar Liga Champions karena kalah agregat 1-5 dari Atletico Madrid. Saat itu, masih ada nama-nama beken di AC Milan seperti Michael Essien, Kaka, Adel Rami dan Mario Balotelli.
Baca Juga
Advertisement
Setelah itu, Milan seakan tenggelam. Jangankan tampil di Liga Champions, Milan sangat sulit untuk konsisten rebut posisi 5 besar. Itulah mengapa Milan begitu rentan penggantian pelatih.
Setelah era Massimiliano Allegri yang hengkang di 2014, Milan tak kurang sudah enam kali gonta ganti pelatih. Dimulai dari Mauro Tassotti, Clarence Seedorf, Filippo Inzaghi, Sinisa Mihaljovic, Cristian Brocchi hingga akhirnya Vincenzo Montella.
Di era Montella inilah, Milan temui kebangkitan. Meski bukan Liga Champions, tapi AC Milan sedang menggantang asa untuk kembali bangkit dan bersaing di kancah sepak bola Eropa.
Milan jelas bukan tim kacangan.Klub yang lahir pada 1899 ini sudah tujuh kali menjadi juara Liga Champions. Selain itu, Milan juga torehkan 5 kali juara Piala Super Eropa dan dua kali Piala Winner.
Milan yang kini dimiliki Rossonerri Sport Investment Lux asal Tiongkok ini pun membidik asa berjaya di Eropa. Montella diberi kepercayaan dengan diberi perpanjangan kontrak hingga 2019.
"Saya gembira bisa terus melatih Milan. Saya tegaskan antusiasme saya untuk petualangan ini dan terimakasih atas kepercayaan yang diberikan," ujarnya.
Tidak Main-main
Milan menunjukkan keseriusannya dalam membangun tim. Hingga Rabu (31/5/2017) hari ini, setidaknya sudah ada tiga pemain yang berhasil diboyong Milan. Mereka adalah Mateo Musacchio, Franck Kessie dan Ricardo Rodriguez.
Yang paling ambisius, rencana Milan untuk memboyong dua striker berkualitas Alvaro Morata dan Pierre Emerick Aubameyang. Morata secara khusus menjadi bidikan utama Milan.
Rossoneri dikabarkan sudah menyiapkan 50 juta euro atau Rp 710 Miliar untuk mendapatkan striker Real Madrid itu. Milan harus bersaing dengan tiga klub Inggris seperti MU, Manchester City dan Chelsea untuk dapatkan Morata.
Langkah Milan ini cukup menjanjikan. Bagaimanapun, Milan memang harus banyak berinvestasi seperti masa lalu jika ingin kembali sukses. Di era-era akhir pemilik lama Silvio Berlusconi, dia memang lebih banyak mengandalkan pemain lokal asal Italia yang masih muda tampil di AC Milan.
Namun hasilnya tidak maksimal, jika tak ingin disebut buruk. Berlusconi seakan tak mau berinvestasi sama sekali. Bukan hanya di tiga musim terakhir, tapi di enam musim terakhir itu kerap terjadi. Milan lebih suka meminjam pemain atau menunggu pemain gratisan sehingga tidak mengeluarkan biaya.
Pemain muda semacam Hachim Mastour, Gabriel Paletta, Michaelangelo Albertazzi dan Salvatore Bocchetti belum cukup angkat prestasi Milan. Begitupun dengan pemain pinjaman seperti Marco van Ginkel, Fernando Torres atau Adil Rami yang tak bersinar di Milan.
Dana transfer memang menjadi kendala bagi Berlusconi yang bisnisnya tidak berjalan lancar dalam 10 tahun terakhir. Maka itu, ini berdampak langsung kepada kondisi Milan.
Jika ingin mengembalikan 'roh' Milan, maka Rossonerri memang harus berinvestasi lagi seperti di era kejayaan mereka sejak 1980-an sampai 1990-an. Saat itu, Milan berani pecahkan rekor transfer untuk membeli pemain seperti Ronaldo Luis Da Lima atau Cristian Vieri. Milan juga tidak ragu mendatangkan pemain mahal yang sedang naik daun seperti Andre Shevchenko atau Kaka.
Publik sepak bola tentu masih ingat bagaimana Milan mendominasi Eropa dengan trio Belanda Ruud Gullit, Frank Rijkaard dan Marco van Basten. Atau saat masih dihuni pemain-pemain berbakat Brasil seperti Kaka dan Alexandre Plato. Fans Milan ingin melihat kejayaan itu lagi. Investasi jadi solusi yang paling mungkin.
Kombinasi Tua dan Muda
Milan juga kerap berjaya dengan mengandalkan kombinasi pemain tua dan muda. Di era Paolo Maldini, Milan kerap mempertahankan pemain-pemain gaek mereka seperti Clarence Seedorf, Mark van Bommel dan Gennaro Gattuso.
Mereka digabung dengan pemain-pemain muda penuh harapan seperti Ignazio Abate, Urby Emanuelson, Alexander Merkel dan Kevin Prince Boateng. Formula ini terbukti cukup berhasil sehingga membawa Milan ke era kejayaan.
Kini di era Montella, Milan pun bisa teruskan formula kombinasi pemain tua dan muda. Milan masih punya Abate, Gabriel Paletta, Bonaventura dan Ricardo Montolivo sebagai pemain senior yang pantas dipertahankan.
Sedangkan untuk pemain muda, Milan punya banyak pemain prospektif. Sebut saja kiper Gianluigi Donnarumma, Gerard Deulofeu, Mattia De Sciglio, Suso dan Gianluca Lapadula.
Ditambah pemain-pemain anyar seperti Mateo Musacchio, Frank Kessie dan Ricardo Rodriguez, Milan diyakini bakal bertambah kuat. Apalagi jika AC Milan datangkan pemain berkelas seperti Morata dan Aubameyang. Bisakah?