Selain Dasoul, Ini 3 Kisah Memilukan Pemain Tewas Tersambar Petir

Denis Dasoul tewas tersambar petir saat tengah belajar berselancar di Bali.

oleh Marco Tampubolon diperbarui 08 Nov 2017, 12:50 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2017, 12:50 WIB
Ilustrasi petir
Petir adalah lecutan yang terjadi ketika ada muatan listrik berkekuatan besar berhimpun dalam awan-awan di langit. (Sumber Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Kejadian tragis menimpa mantan pesepak bola Belgia, Denis Dasoul. Pria berusia 34 tahun tersebut tewas tersambar petir saat tengah belajar berselancar di Bali, Minggu (5/11/2017). 

Seperti dilansir Mirror.co.uk, Dasoul datang ke Bali pekan lalu untuk mewujudkan mimpinya belajar menunggangi ombak. Bersama instrukturnya, Minggu lalu, Dasoul memilih berlatih di kawasan Pantai Batu Bolong. Namun, cuaca mendung dan hujan gerimis mulai turun.  

Pada pukul 14.15 WITA, para pengunjung dikejutkan oleh petir yang tiba-tiba menyambar Dasoul dan instrukturnya yang tengah duduk di atas papan seluncur. Keduanya langsung tenggelam dan warga buru-buru berusaha menyelamatkan kedua korban tersebut. 

Dasoul akhirnya ditemukan, tapi nyawanya tidak tertolong. Dasoul tewas di lokasi kejadian. 

Kabar duka ini tentu saja memukul sepak bola Belgia. Sebab, Dasoul sebelumnya dikenal sebagai pesepak bola profesional. Dia pernah memperkuat klub elite Belgia, Royal Antwerp. 

Ungkapan belasungkawa pun mengalir bagi Dasoul. Lewat Twitter, mantan klubnya, Antwerp, menyampaikan duka yang mendalam atas meninggalnya Dasoul. Begitu juga dengan eks rekan setimnya, Pascal Scime. Menurutnya, Dasoul merupakan sosok yang menyenangkan. 

"Dia merupakan orang yang luar biasa sepanjang hidupnya. Dia selalu tersenyum dan bercanda, orang yang baik. Dia di Bali untuk liburan bersama pacarnya. Ini tragedi untuknya," ujar Scime menanggapi kepergian Dasoul. 

Umur memang tidak bisa ditebak. Kematian bisa datang kapan saja. Dasoul juga bukan satu-satunya insan sepak bola yang tewas tersambar petir. Sebelumnya, sejumlah pemain pernah mengalami hal yang sama, bahkan insiden itu datang saat mereka tengah bermain. 

Berikut ini, tiga insiden memilukan saat pemain tewas tersambar petir:

 

Kiper MU

Stefan Petrovski
Stefan Petrovski, kiper muda Australia yang memperkuat Melaka United. Ia tewas setelah menjalani perawatan intensif akibat tersambar petir. (The Guardian)

Stefan Petrovski tengah berlatih bersama Malaka United saat petir tiba-tiba menyambarnya, 5 April 2016. Saat kejadian, cuaca di tempat latihan memang mendung. Namun tidak disangka, secara tiba-tiba petir datang menyambar ke arah para pemain.

Kilat menghantam Petrovski dan Muhammad Afiq Azuan. Afiq hanya menderita syok berat setelah dilarikan ke rumah sakit. Namun Petrovski harus menjalani perawatan intensif. Setelah koma hampir satu bulan, ia pun dinyatakan meninggal dunia. 

 

Pesepak Bola Rusia

Masih di tahun yang sama, sambaran kilat juga memakan korban di Rusia. Salah seorang pemain yang baru berusia 18 tahun tewas setelah tersambar petir saat bermain di lapangan.

Insiden ini berlangsung saat korban tengah mengikuti kompetisi lokal di kota Siberia Rubtsovsk. Demikian pernyataan otoritas setempat seperti dilansir USA Today, Rabu (21/9/2016). Korban meninggal di tempat, sementara tiga lainnya dilarikan ke rumah sakit.

 

Satu Tim Tewas, Sihir?

Insiden yang jauh mengerikan justru terjadi pada tahun 1998 lalu. Saat itu, satu tim dinyatakan tewas akibat tersambar petir saat bertanding.

Saat laga berlangsung, hujan deras membasahi lapangan dan skor imbang 1-1. Di tengah-tengah pertandingan, petir menyambar lapangan yang terdapat di Provinsi Kasai tersebut.

Harian terkemuka di Republik Demokratik Kongo, L'Avenir, memberitakan ada 11 pemain tim lawan meninggal dunia dan 30 orang mengalami luka bakar serius akibat tersambar petir.

Anehnya, tak ada seorang pun yang mengalami cedera dari tim tuan rumah, Basanga. "Tidak ada pemain Basanga yang mengalami cedera akibat insiden tersebut," tulis L'Avenir.

Warga setempat menyebut kalau kejadian ini diakibatkan oleh sihir. Mereka mencurigai Basanga telah melakukan santet karena tidak ada pemainnya yang terluka. Santet di Afrika Barat dan Tengah memang sudah menjadi hal biasa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya