Akhir Drama Liga 1, Bhayangkara FC Juara

Liga 1 akhirnya tuntas. Kompetisi sepak bola kasta tertinggi di Tanah Air ini resmi berakhir, Minggu (12/11/2017)

oleh Dewi DiviantaMarco TampubolonLuthfie Febrianto diperbarui 13 Nov 2017, 19:00 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2017, 19:00 WIB
Bhayangkara FC, Juara Liga 1 2017, Liga 1 2017
Pemain muda Bhayangkara FC berfoto bersama trofi juara Liga 1 2017 di Stadion Patriot Bekasi, Sabtu (12/11/2017). Bhayangkara kalah 1-2 lawan Persija. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Liputan6.com, Jakarta Liga 1 akhirnya tuntas juga. Kompetisi sepak bola kasta tertinggi di Tanah Air ini resmi berakhir, Minggu (12/11/2017). Bhayangkara FC pun akhirnya resmi dinobatkan jadi juara.

The Guardian mengangkat trofi juara setelah mengunci posisi pemuncak klasemen akhir Liga 1 dengan koleksi 68 poin dari 34 pertandingan. 

Sayang gelar ini terasa kurang lengkap karena pada pertandingan terakhir Bhayangkara justru gagal memetik kemenangan. Pada laga pamungkas yang berlangsung di Stadion Patriot, Bekasi, Minggu (12/11/2017) Bhayangkara FC kalah 1-2 dari Persija Jakarta. 

Di posisi kedua bercokol Bali United dengan mengemas poin yang sama. Serdadu Tridatu harus puas jadi runner up setelah kalah head to head dari Bhayangkara FC. Sementara posisi ketiga dan keempat oleh PSM Makassar dan Persija Jakarta. Sedangkan Madura United yang sempat mencuri perhatian di awal musim berada di peringkat kelima. 

Manajer Bhayangkara FC, Sumardji, dalam rilis yang diterima Liputan6.com, menyampaikan bahwa pihaknya sejak awal sebenarnya tidak menargetkan finis sebagai juara. Sebab sejak awal para pemain hanya dibebani target finis di posisi kelima klasemen akhir Liga 1 2017. 

"Yang mengherankan, seiring perjalanan waktu, ternyata BFC yang tidak diperhitungkan justru menuai hasil positif dengan lebih banyak menang daripada kalah ataupun seri. Kesuksesan ini tentu karena kerja keras semua elemen," kata Sumardji. 

"Hasilnya, kerja keras tidak pernah menkhinati hasil. Di pekan ke-33 BFC (Bhayangkara FC) akhirnya menjadi juara setelah diumumkan oleh PSSI," ujar Sumardji menambahkan. 

Bhayangkara FC memang jadi kuda hitam di Liga 1. Sebab sejak awal musim, tidak ada yang menjagokan pasukan Simon McMenemy bakal keluar sebagai juara. Persib yang mendatangkan pemain-pemain sekelas Michael Essien dan Carlton Cole justru digadang-gadang yang bakal merajai musim ini. Tapi Persib justru terpuruk di posisi 13.  

"Ini pencapaian yang luar biasa. Dari target 5 besar, justru jadi juara," kata Sumardji.  

 

Sisakan 'Dendam'

Bali United
Bali United (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Sebagai tim kuda hitam, langkah BFC menuju podium juara memang tidak mulus. Bhayangkara juara dengan jumlah kekalahan 10 kali. Angka yang terbanyak jika dibandingkan dengan para juara Liga Indonesia format satu wilayah sejak musim 2010/11.

Pada musim 2010/11, Persipura juara dengan jumlah kekalahan dua kali. Satu musim setelahnya, Sriwijaya FC juara dengan lima kekalahan. Persipura kembali juara dengan dua kekalahan di musim 2013.

Keberhasilan BFC menjuara Liga 1 musim ini tidak lepas dari kemengan WO yang diraih dari Mitra Kukar. Duel yang sebelumnya berkesudahan seri itu, akhirnya jadi milik Bhayangkara FC. Komisi Disiplin PSSI menyatakan Mitra Kukar bersalah telah menurunkan pemain yang tengah menjalani hukuman akumulasi kartu, Mohamed Sissoko, saat bertemu Bhayangkara. 

Keputusan ini menuai protes. Para pemain berlomba-lomba mengolok-olok Liga 1, termasuk, striker Bali United yang jadi top scorer Liga 1, Syilvano Comvalius. Lewat akun Instgram-nya, pemain asal Belanda tersebut menyebut Liga 1 sebagai Indonesian Sirkus League. 

Tidak hanya Bali United yang marah. Madura United juga sempat berkomentar pedas terkait keputusan ini yang belakangan menyinggung institusi Polri. Belakangan, perselisihan akhirnya bisa ditengahi melalui mediasi yang akhirnya difasilitasi oleh PSSI. 

Kekecewaan kembali mencuat saat Bali United berhasil memenangkan duel terakhir melawan Gresik United dengan skor 3-0. Selama pertandingan ini, ribuan pendukung Bali United kompak mengenakan pakaian serba hitam sebagai bentuk protes terhadap Liga 1. 

"Saya apresiasi terhadap suporter yang pakai baju hitam-hitam,” ujar Pelatih Bali United, Widodo C Putro menanggapi aksi para suporter tersebut.

Kekecewaan Bali United bertambah karena di laga terakhir, BFC ternyata kalah dari Persija Jakarta. Sehingga bila sebelumnya BFC tidak dinyatakan menang WO atas Mitra Kukar, tentulah para pemain Serdadu Tridatu yang mengangkat trofi juara Liga 1 musim ini.

Karena itu, wajar bila pemain-pemain Bali United bersedih saat menyudahi laga. Apalagi peluang mereka sangat terbuka lebar setelah menang dramatis di kandang PSM Makassar. 

"Kami yang paling pertama sedih. Bagaimana kita bermain di Makassar taruhannya nyawa. Lemparannya bukan botol plastik lagi, tapi kursi, besi dilempar. Kita juga turut prihatin, tapi pemain harus bangkit. Harus all out, kerja keras untuk ke depannya,” tuturnya.

Meski demikian, Widodo menegaskan bahwa pihaknya tidak larut dalam kesedihan terlalu lama. Sebab ke depan, tantangan yang lebih besar justru sudah mengadang mereka. 

"Pemain tidak boleh bersedih larut-larut. Kita harus menatap Piala AFC ke depan," kata Widodo.

Hal senada juga disampaikan oleh bintang Bali United, Irfan Bachdim. Pemain timnas Indonesia ini bahkan sudah tidak sabar menghadapi musim depan. Lewat akun Instagram-nya, Irfan pun menyampaikan pendapatnya musim ini dan harapannya musim depan. 

"Kita mungkin tidak mendapat piala tapi saya percaya bahwa semua orang di Indonesia tahu siapa juara sebenarnya. Bali United FC! Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman pemain, pelatih, official, manajemen dan semua pendukung Bali United. Saya sudah tidak sabar untuk memulai kompetisi musim depan. Saya siap untuk pembalasan! Dan disini saya ingin menyatakan bahwa saya masih akan bermain di Bali United musim depan!"

 

Klasemen Akhir Liga 1

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya