Dongeng Arsene Wenger di Arsenal Tidak Jadi Kenyataan

Arsene Wenger gagal mempersembahkan prestasi internasional selama 22 tahun menangani Arsenal.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 04 Mei 2018, 17:15 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2018, 17:15 WIB
Arsene Wenger
Manajer Arsenal, Arsene Wenger tertunduk lesu melihat timnya melawan Atletico Madrid pada laga leg kedua semifinal Liga Europa di Wanda Metropolitano, Kamis (3/5). Kegagalan Arsenal lolos ke final Liga Europa membuat Wenger bersedih. (AP/Francisco Seco)

Liputan6.com, Jakarta - Arsene Wenger berharap petualangan 22 tahun menangani Arsenal berakhir bak dongeng. Dia dapat menutup buku dengan memenangkan Liga Europa, trofi pertamanya bagi The Gunners di pentas internasional.

Namun itulah masalahnya. Dongeng adalah fiksi. Kenyataannya, Arsenal dipastikan gagal mengangkat trofi pada 2017/2018.

Hasil 0-1 dari Atletico Madrid pada leg kedua semifinal Liga Europa di Wanda Metropolitano, Kamis (3/5/2018) atau Jumat (4/5/2018) WIB, membuat The Gunners kalah agregat 1-2.

Arsenal sebelumnya dipastikan gagal mempertahankan Piala FA usai dibekuk Nottingham Forest 2-4 pada babak ketiga. Klub London Utara tersebut juga tidak berdaya di hadapan Manchester City ketika menyerah 0-3 pada final Piala Liga Inggris.

Sedangkan kampanye di Liga Inggris lebih buruk. Mereka tidak mampu bersaing melawan lima rival, tertinggal 36 poin di belakang sang juara Manchester City, dan dipastikan kembali tidak mengikuti Liga Champions.

Padahal, Arsenal memiliki rekor partisipasi Liga Champions terpanjang di antara klub Inggris dengan ambil bagian 19 musim berturut-turut.

Sepak Bola Itu Kejam

Arsenal
Para pemain Arsenal tertunduk lesu usai disingkirkan Atletico Madrid di semifinal Liga Europa. (AP Photo/Francisco Seco)

Seperti terjadi berkali-kali pada paruh kedua kepelatihan Wenger di Emirates Stadium, Arsenal tidak berdaya di momen sesungguhnya. Mereka hanya melepas enam tembakan ketika membutuhkan setidaknya satu gol di Wanda Metropolitano.

Dari usaha tersebut, hanya satu yang mengarah tepat ke gawang Jan Oblak. "Seperti pemain, saya frustrasi. Saya sangat sedih meninggalkan klub dalam situasi seperti ini. Sepak bola kadang menawarkan kegembiraan. Tapi olahraga ini juga bisa begitu kejam," kata Wenger, dilansir Guardian.

Arsenal era Wenger tidak melulu seperti ini. Mereka pernah memiliki tim yang menjuarai Liga Inggris tanpa terkalahkan. Didukung pemain berkarakter kuat seperti Patrick Vieira, Thierry Henry, Martin Keown, atau Dennis Bergkamp, The Gunners merupakan raksasa pada akhir 1990-an dan awal 2000-an.

Namun, identitas tersebut terkikis. Belakangan Arsenal dikenal sebagai tempat untuk batu loncat ke lokasi lebih baik. Terbukti, mereka tidak mampu mempertahankan bintang.

The Gunners bahkan tidak segan menjual pemain ke rival. Musim ini saja mereka melepas Alexis Sanchez (Manchester United), Alex Oxlade-Chamberlain (Liverpool), dan Olivier Giroud (Chelsea).

Lewatnya Momen

Patut disayangkan jika kebersamaan Wenger di Arsenal dikenang karena kondisi teranyar. Mengingat kontribusinya bagi klub dan sepak bola Inggris secara keseluruhan, sosok berkebangsaan Prancis tersebut patut mendapat kredit ekstra.

Wenger sebelumnya mengakui waktu pengumuman untuk mengundurkan diri bukanlah pilihannya. Terkesan dia ingin meninggalkan Arsenal dalam kondisi lebih baik.

Sayang, momen tersebut sepertinya sudah lewat, atau bahkan tidak akan pernah terjadi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya