Bola.com, Jakarta - Menjadi manajer tim sepak bola di Premier League adalah pekerjaan yang sangat menantang dan penuh tekanan. Beberapa manajer berhasil meninggalkan jejak positif, sementara yang lain meninggalkan klub dalam kondisi yang kacau.
Sejarah Premier League mencatat banyak pelatih yang mendapatkan reputasi besar berkat kesuksesan atau dedikasi mereka kepada klub yang mereka pimpin.
Advertisement
Baca Juga
Nama-nama seperti Sir Alex Ferguson, Arsene Wenger, Pep Guardiola, dan Jurgen Klopp adalah contoh manajer yang terkenal setelah memimpin klub Premier League.
Advertisement
Di sisi lain, ada banyak manajer yang harus berusaha keras untuk meningkatkan performa tim mereka di Premier League.
Menariknya, baik manajer yang sukses maupun yang berjuang keras sering kali meninggalkan klub dengan masalah dan kekacauan. Siapa saja mereka?
Erik ten Hag
Erik ten Hag menjadi pusat perhatian setelah meninggalkan Manchester United (MU) dalam kondisi yang menantang. Walaupun ia berhasil meraih piala domestik selama dua musim penuh, tim yang ditinggalkannya dianggap berada dalam situasi terburuk sepanjang sejarah Premier League. Kondisi tim ini menjadi perbincangan hangat di kalangan penggemar dan analis sepak bola.
Pemain seperti Antony, Mason Mount, dan Casemiro tidak mampu memenuhi harapan, sementara pemain baru seperti Joshua Zirkzee dan Mathijs De Ligy masih diragukan kemampuannya. Kinerja mereka belum menunjukkan hasil yang memuaskan, membuat banyak pihak mempertanyakan keputusan transfer yang dilakukan. Keberhasilan di masa depan sangat bergantung pada bagaimana mereka dapat beradaptasi dan meningkatkan performa.
Pernyataan Ralf Rangnick pada 2022 bahwa skuat memerlukan "operasi besar" tampaknya semakin relevan. Situasi ini menunjukkan bahwa perombakan besar-besaran mungkin diperlukan untuk mengembalikan kejayaan klub. Upaya untuk memperbaiki keadaan tim menjadi tantangan besar bagi manajemen klub saat ini.
Advertisement
Roy Hodgson
Pada tahun 2011, saat Roy Hodgson berpisah dengan Liverpool, klub tersebut sedang menghadapi masa-masa yang menantang. Walaupun tidak semua masalah dapat dibebankan padanya, sejumlah transfer yang kurang berhasil, seperti pembelian Christian Poulsen dan Paul Konchesky, semakin memperburuk situasi yang ada. "Transfer buruk seperti Christian Poulsen dan Paul Konchesky memperburuk keadaan." Kondisi ini menuntut adanya perubahan untuk mengembalikan klub ke jalur yang lebih baik.
Beruntung bagi Liverpool, Kenny Dalglish yang menggantikan Hodgson mulai melakukan perbaikan dengan mendatangkan pemain-pemain baru yang potensial. Salah satu langkah awalnya adalah menggaet Jordan Henderson, yang diharapkan dapat membawa angin segar bagi tim. Dengan strategi rekrutan yang lebih bijaksana, Dalglish berusaha membangun kembali fondasi tim. Langkah-langkah ini menjadi awal dari upaya untuk mengangkat kembali performa Liverpool ke posisi yang lebih kompetitif di liga.
Brendan Rodgers
Brendan Rodgers harus meninggalkan Liverpool setelah tidak berhasil menemukan pengganti Luis Suarez yang sepadan. Walaupun ia berhasil merekrut Roberto Firmino, Rodgers tidak mampu memaksimalkan potensi pemain tersebut sepenuhnya. Hal ini menjadi salah satu alasan utama mengapa posisinya sebagai pelatih tidak bertahan lama di klub tersebut. Ketidakmampuan dalam menyusun strategi yang efektif membuat Liverpool mengalami penurunan performa yang signifikan. Tentu saja, ini merupakan tantangan besar bagi klub yang memiliki sejarah panjang dalam dunia sepak bola.
"Jurgen Klopp akhirnya harus melakukan perombakan besar-besaran untuk membuat Liverpool kompetitif lagi." Klopp, yang dikenal dengan pendekatan taktis dan semangatnya, mengambil alih kendali dan mulai membangun kembali tim dengan visi yang jelas. Ia melakukan berbagai perubahan, baik dari segi pemain maupun strategi permainan, untuk mengembalikan kejayaan Liverpool. Dengan dedikasi dan kerja keras, Klopp berhasil mengubah Liverpool menjadi salah satu tim paling ditakuti di Eropa. Transformasi ini tidak hanya mengembalikan daya saing klub, tetapi juga memperkuat identitas Liverpool sebagai tim yang selalu berjuang untuk meraih kemenangan.
Advertisement
Ronald Koeman
Ronald Koeman pergi dari Everton tanpa membawa perubahan signifikan dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Saat menjabat, ia berhasil membawa masuk pemain seperti Jordan Pickford dan Dominic Calvert-Lewin, namun pembelian mahal seperti Gylfi Sigurdsson dan Davy Klaassen justru menjadi masalah bagi klub. Everton hingga kini masih berusaha untuk bangkit dari dampak keputusan transfer yang diambil selama masa kepemimpinan Koeman.
Keberangkatan Koeman meninggalkan jejak yang tidak sepenuhnya positif bagi Everton. Meskipun ada beberapa pemain yang memberikan kontribusi, keputusan transfer yang tidak tepat terus menjadi beban. Klub ini masih merasakan dampak dari strategi rekrutmen yang kurang efektif di bawah manajemen Koeman.
Sir Alex Ferguson
Kepergian Sir Alex Ferguson dari klub sepak bola Manchester United meninggalkan sebuah warisan yang tidak sederhana. "Kepergian Sir Alex Ferguson dari Manchester United meninggalkan warisan yang kompleks." Warisan ini mencakup banyak hal, termasuk prestasi dan tantangan yang harus dihadapi oleh penerusnya. Ferguson berhasil membawa timnya meraih gelar juara di musim terakhirnya, yang menunjukkan betapa hebatnya pencapaian yang telah diraihnya selama bertahun-tahun. Namun, di balik kesuksesan tersebut, ada sebuah tantangan besar yang menanti klub tersebut.
Meskipun berhasil memenangkan gelar Premier League pada musim terakhirnya, tim yang ditinggalkan oleh Ferguson sebagian besar terdiri dari pemain yang sudah melewati masa kejayaan mereka. "Meskipun ia memenangkan gelar Premier League di musim terakhirnya, skuad yang ditinggalkan sebagian besar terdiri dari pemain yang sudah melewati masa puncak mereka."
Hal ini menandakan bahwa tim tersebut membutuhkan penyegaran untuk dapat terus bersaing di level tertinggi. Para pemain yang lebih muda dan berpotensi perlu didatangkan untuk menggantikan para pemain senior yang sudah mulai menurun performanya.
David Moyes, yang mengambil alih posisi Ferguson, menghadapi tantangan besar dalam upayanya untuk membangun kembali tim yang kompetitif. "David Moyes, penerusnya, menghadapi tugas berat untuk membangun kembali skuat yang kompetitif."
Tantangan ini tidak hanya melibatkan pembelian pemain baru, tetapi juga mencakup penyesuaian strategi dan filosofi permainan yang sesuai dengan dinamika tim yang ada. Moyes harus bekerja keras untuk menjaga tradisi kemenangan yang telah lama menjadi ciri khas Manchester United, sambil menghadapi tekanan dari para penggemar dan media.
Advertisement
Arsene Wenger
Setelah 22 tahun memimpin Arsenal, Arsene Wenger mengakhiri masa jabatannya dengan meninggalkan tim yang kurang bersaing di level tertinggi. Tim yang ia tinggalkan tidak mampu bersaing dengan klub-klub elit lainnya, menandakan perlunya pembenahan serius. "Arsene Wenger mengakhiri 22 tahun masa jabatannya di Arsenal dengan skuad yang tidak kompetitif di level tertinggi," yang menunjukkan betapa pentingnya perubahan bagi masa depan klub.
Masalah dalam tim terlihat jelas dengan adanya pemain seperti Laurent Koscielny yang mulai menua, serta pembelian pemain seperti Shkodran Mustafi dan Henrikh Mkhitaryan yang belum memberikan dampak signifikan. Kondisi ini memperlihatkan betapa perlunya strategi transfer yang lebih efektif dan perencanaan jangka panjang. "Pemain seperti Laurent Koscielny yang menua dan rekrutan seperti Shkodran Mustafi dan Henrikh Mkhitaryan mencerminkan masalah skuat," merupakan gambaran dari tantangan yang dihadapi oleh klub.
Untuk membawa Arsenal kembali ke posisi puncak, Mikel Arteta dihadapkan pada tugas besar untuk melakukan perubahan menyeluruh. Dia harus merombak tim secara signifikan agar dapat bersaing di papan atas liga. "Mikel Arteta harus melakukan perombakan besar-besaran untuk mengembalikan Arsenal ke papan atas," menegaskan bahwa ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengembalikan kejayaan klub. Perubahan ini tidak hanya melibatkan pemain, tetapi juga strategi dan budaya tim secara keseluruhan.
Manuel Pellegrini
Manuel Pellegrini mengeluarkan dana sekitar 155 juta pound dalam kurun waktu 18 bulan selama masa jabatannya di West Ham. Namun, investasi besar ini tidak membuahkan hasil yang memuaskan bagi klub.
Pemain yang direkrut seperti Felipe Anderson dan Sebastien Haller gagal memberikan pengaruh signifikan yang diharapkan tim. Kegagalan ini membuat banyak pihak merasa kecewa dengan hasil yang dicapai.
Periode tersebut diingat sebagai salah satu babak paling tidak berhasil dalam sejarah panjang klub ini. Keputusan transfer yang dilakukan tidak membuahkan hasil sesuai ekspektasi.
Â
Advertisement