Cara Zidane Redam Ego Bintang-Bintang Real Madrid

Zidane akan memimpin Real Madrid melawan Liverpool di final Liga Champions musim ini.

oleh Windi Wicaksono diperbarui 24 Mei 2018, 13:30 WIB
Diterbitkan 24 Mei 2018, 13:30 WIB
Real Madrid, Liga Champions
Pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane memberikan arahan kepada timnya saat sesi uji lapangan di Allianz Arena, Munich, (24/4/2018). Real Madrid (AFP/dpa/Andreas Gebert/Germany OUT)

Liputan6.com, Madrid - Real Madrid tim yang memiliki sederet pemain bintang dengan ego masing-masing. Tidak banyak pelatih yang mampu menangani ruang ganti Los Blancos.

Ketika pertama kali ditunjuk menukangi Real Madrid, banyak yang meragukan Zinedine Zidane. Namun, pelatih asal Prancis itu menjawab keraguan dari berbagai pihak dengan rentetan gelar yang diraihnya.

Zidane mengakui dia bukan salah satu juru taktik terbaik. Namun, kemampuannya mengelola ruang ganti Real Madrid menjadi kekuatannya.

Real Madrid akan berhadapan dengan Liverpool di final Liga Champions musim ini. Jika Los Blancos menang, Zidane akan jadi satu-satunya pelatih yang mampu memenangi tiga trofi Liga Champions secara beruntun.

Sekarang, Zidane sudah menyamai torehan sejumlah pelatih top seperti Arrigo Sacchi, Alex Ferguson, Pep Guardiola, dan Jose Mourinho, yang memenangi dua gelar Liga Champions. Sejak menangani El Real pada Januari 2016, pelatih yang akrab disapa Zizou ini telah memenangkan delapan trofi.

Permainan Level Tertinggi

Mengintip Sesi Latihan Real Madrid Jelang Hadapi PSG
Ekspresi pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane (AP Photo/Paul White)

"Saya merupakan seorang pemain selama 18 tahun. Saya telah berurusan dengan banyak pelatih, banyak pemain yang sangat bagus, banyak ego," kata Zidane, seperti dilansir ESPN.

"Saya mengetahui ruang ganti dengan sangat baik dan saya tahu pasti apa yang melintas di kepala para pesepak bola," ujarnya.

Zidane memang minim soal pengalaman dan strategi, tapi dia mengompensasinya dengan senyum hangat dan pengetahuan luas soal permainan level tertinggi. Zidane pun berpotensi meraih gelar kesembilannya.

Filosofi

"Itu sangat penting bagi saya, namun itu bukan satu-satunya hal. Ada banyak pekerjaan dan filosofi di belakang ini. Saya bukan pelatih terbaik, saya bukan juru taktik terbaik, tapi saya memiliki sesuatu yang lain, hasrat dan harapan. Itu lebih bernilai," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya