Liga Super Tiongkok Batasi Gaji Pemain

Kebijakan tersebut bertujuan untuk menghindari investasi yang tidak perlu di Liga Super Tiongkok.

oleh Jonathan Pandapotan Purba diperbarui 20 Okt 2018, 20:30 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2018, 20:30 WIB
Mantan Gelandang Chelsea Dikeroyok di Liga Tiongkok
Liga Super Tiongkok (AFP Photo/Str/China Out)

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Sepak Bola Tiongkok (CFA) mengeluarkan beberapa kebijakan baru, di antaranya mengenai pembatasan gaji para pemain Liga Super Tiongkok.

Pembatasan gaji atau salary cap para pemain yang berlaga di Liga Super Tiongkok (CSL) dan level di bawahnya akan diberlakukan pada musim kompetisi tahun depan.

Menanggapi munculnya kekhawatiran atas kendala mahalnya biaya transfer dan kewajiban membayar gaji para pemain asing, CFA menyatakan bahwa kebijakan pembatasan gaji nanti juga akan mengatur total pengeluaran klub dan gaji setiap pemain.

Kebijakan tersebut bertujuan untuk menghindari investasi yang tidak perlu, menciptakan iklim kompetisi yang sehat, dan membangun liga profesional yang berkesinambungan, demikian pernyataan CFA.

Dalam menentukan besaran gaji nanti, CFA akan merujuk investasi klub dan gaji para pemain yang berlaga di Liga Jepang (J-League) dan Liga Korea (K-League).

Selain itu, CFA juga akan mengeluarkan aturan untuk meninjau dan menyelia kemampuan keuangan klub, menghilangkan biaya ekstra saat tanda tangan kontrak sehingga tidak ada lagi kontrak ganda, termasuk penyempurnaan regulasi agar sesuai dengan sistem kontrak pemain sebagai bagian dari tenaga kerja profesional di negara berpenduduk terbesar di dunia itu.

Diperkirakan semua detail kebijakan baru itu secara resmi akan dikeluarkan CFA setelah berakhirnya musim kompetisi tahun ini.

Kebijakan yang berlaku saat ini adalah klub yang menghabiskan dana lebih dari 45 juta RMB (Rp99 miliar, 1 RMB = Rp2.200) untuk pemain asingnya dan harus membayarkan dengan nilai yang sama untuk dana pengembangan sepak bola nasional.

Kewajiban yang dibayarkan klub bersamaan dengan penandatanganan kontrak pemain tersebut akan berlanjut hingga musim kompetisi 2019.

Dibandingkan dengan cabang olahraga lain di China, sepak bola miskin prestasi, bahkan untuk tingkat Asia, tim nasional China masih tertinggal.

Dalam tiga tahun terakhir, pemerintah China terus membangun fasilitas sepak bola, termasuk ribuan unit sekolah sepak bola mulai usia dini hingga junior.

Sistem pelatihan juga mulai memasuki babak baru dengan menggembleng para pemain junior ala militer seperti yang pernah dijalani pemain tenis meja dan atlet loncat indah China. (Ant)

Saksikan video menarik di bawah ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya