Liputan6.com, Jakarta - Jose Mourinho mendapat kado pahit menjelang Natal dan Tahun Baru. Selasa (18/12/2018) waktu Inggris posisinya sebagai manajer Manchester United (MU) dicopot manajemen klub berjulukan Setan Merah itu.
Artinya, selesai sudah pengabdian selama dua setengah tahun dirinya bersama MU. Kini, pria berusia 55 tahun, suami dari Matilde "Tami" Faria itu resmi jadi penganggur.
Untung, MU masih bersedia membayar kompensasi. Karena kontrak Jose Mourinho baru berakhir tahun 2020, dia bakal mendapatkan uang pengganti tak kurang dari 24 juta pound sterling atau sekitar Rp 440 miliar.
Advertisement
Namun, tetap saja, bagi seorang pelatih ataupun manajer seperti Mourinho, pemecatan merupakan aib. Apalagi, sebelumnya, Mourinho dikenal sebagai pelatih yang punya rekam jejak gemilang.
Baca Juga
Mourinho pernah dua kali bergelar Liga Champions saat menangani Porto FC dan Inter Milan. Dia juga hampir selalu sukses melabuhkan gelar liga atau piala nasional di setiap klub yang dilatihnya.
Di MU, selama 2,5 tahun kepelatihan, Mourinho juga sempat membawa Setan Merah jadi kampiun Piala Liga Inggris dan Liga Europa di musim 2016/17. Musim lalu, MU pun sukses dibawanya menduduki posisi runner up.
Hanya memang, sentuhan magis tangan dingin Jose Mourinho tak lagi ampuh musim ini. Kekalahan 1-3 dari Liverpool, Minggu (16/12) membuat MU terpuruk di posisi keenam dengan hanya mengoleksi 26 poin dari 16 pertandingan.
Tak hanya prestasi yang tidak meyakinkan, kondisi tim yang carut-marut ikut memberikan andil digusurnya Mourinho dari kursi manajer Setan Merah.
Belakangan, hubungan Mourinho dengan beberapa bintang MU memang tak lagi harmonis. Bahkan, perseteruannya dengan gelandang Paul Pogba kerap menjadi headline di berbagai media massa.
Entah apa alasannya, Mourinho lebih suka menyimpan Pogba di bangku cadangan dan memainkan Nemanja Matic atau Marouane Fellaini.
Padahal, saat ini, Pogba merupakan pemain termahal di MU, usai diboyong kembali dari Juventus seharga lebih dari 100 juta euro. Saat ini di MU dia juga berstatus juara dunia, usai memenangkan Piala Dunia 2018 bersama timnas Prancis.
Ada juga Anthony Martial dan Alexis Sanchez, dua bintang di lini depan MU yang juga bermasalah dengan Jose Mourinho, lantaran jarang dimasukkan dalam starting line up.
Sementara Juan Mata, sudah lama tak cocok dengan Mourinho. Bahkan, sejak keduanya masih sama-sama membela Chelsea. Itu belum termasuk jajaran pemain lain, yang kehilangan tempat sejak hadirnya Mourinho. Sebut saja Eric Bailly, Matteo Darmian, serta Andreas Pereira.
Dianggap Arogan
Â
Gaya melatih Mourinho yang dianggap arogan jadi salah satu penyebab gamangnya para pemain MU. Mourinho juga tak jarang mengkritik pemainnya, jika tampil tak sesuai harapan dia. Mourinho menuduh mereka tak mumpuni, tak punya mental juara, hingga hal-hal buruk lainnya.
Kondisi ini tentu saja membuat manajemen meradang. Mereka khawatir, jika dibiarkan kondisi ini terus merongrong MU, bukan hanya prestasi, tapi juga keharmonisan tim.
Manajemen juga khawatir, bintang-bintang yang jarang dimainkan akan turun harga pasarannya sehingga menyulitkan saat menjualnya. Sementara ada beberapa pemain yang ingin dipertahankan MU namun menunda perpanjangan kotraknya karena belum jelasnya masa depan Mourinho. Sebut saja Martial dan kiper David De Gea.
Tak heran, usai ketua harian MU, Ed Woodward berbicara dengan para pemain, manajemen MU pun membulatkan tekad untuk melangserkan Mourinho.
Advertisement
Tantangan Solskjaer
 Kini, tanpa Mourinho, tentu pasukan MU diharapkan bisa tampil lebih cemerlang. Dan, itu tampaknya disandarkan kepada Ole Gunnar Solskjaer.
Mantan penyerang MU ini memang telah resmi ditunjuk sebagai pelatih sementara MU. Si Muka Bayi, julukan Solskjaer akan mendampingi De Gea dan kawan-kawan hingga akhir musim, sebelum manajemen memikirkan pelatih permanen untuk musim depan.
Jelas bukan sebuah pekerjaan mudah. Pasalnya, Solskjaer harus mampu membangkitkan motivasi para pemain MU yang sempat down di era Mourinho.
Belum lagi, dia juga harus memikirkan trik yang pas untuk bisa membuat Pogba, Martial, Mata, atau pemain-pemain lainnya jarang mendapat menit bermain di era Mourinho, menemukan kembali permainan terbaiknya dengan cepat.
Ya, Solskjaer, 45 tahun, memang tak punya banyak untuk membuat timnya beradaptasi. Sebab, yang dibutuhkan MU saat ini adalah sosok yang bisa membuat kembali permainan mereka cemerlang, secepat mungkin.
Solskjaer bukan tak tahu itu. Pria yang sempat mengabdi selama 11 musim bersama MU ini optimistis bisa kembali membangkitkan performa terbaik pasukannya.
"Manchester United selalu berada di hati saya dan sangat menyenangkan bisa kembali dengan peran (caretaker pelatih) ini," ujar Solskjaer, si pencetak gol MU ke gawang Bayern Munchen di final Liga Champions 1999. "Saya siap bekerja keras bersama pemain-pemain berbakat di tim ini."