Liputan6.com, Jakarta - Kota Kudus, Jawa Tengah menjadi salah satu kota penghasil pemain bulutangkis papan atas Indonesia. Di kota yang dijuluki Kota Kretek ini lah, pemain seperti Lim Swie King dan Hastomo Arbi, Alan Budi Kusuma dan Hariyanto Arbi lahir dan menimba ilmu.
Pada akhir April lalu, Liputan6.com berkesempatan mengunjungi kota yang juga terkenal dengan Menara Masjid Kudus-nya ini. Liputan6.com menyambangi Kudus dalam rangka peluncuran buku legenda bulutangkis Indonesia, Liliyana Natsir dan buku perjalanan 50 tahun PB Djarum.
PB Djarum boleh dibilang adalah salah satu kawah candradimuka atlet bulutangkis nasional. Empat legenda bulutangkis yang disebut di awal menimba ilmu di PB yang resmi berdiri pada 1969 ini.
Advertisement
Kunjungan Liputan6.com ke Kudus kali ini kian terasa spesial. Pasalnya, peluncuran buku ini ternyata juga menjadi ajang reuni para atlet bulutangkis nasional.
Baca Juga
Suasana hangat terasa saat makan siang. Para atlet dari berbagai generasi berbaur dan mengobrol. Tampak Christian Hadinata, salah satu legenda bulutangkis Indonesia juga hadir, meladeni pertanyaan dari para wartawan.
Liputan6.com sendiri berkesempatan mewawancarai Alan Budi Kusuma. Ia mengakui, kehadirannya ke acara ini adalah untuk reuni.
"Nomor satu adalah temu kangen. Ngobrol-ngobrolnya dulu kita di sini. Dulu kan kita tidak seperti ini fasilitasnya. Dulu latihan di gudang," kata Alan yang masuk ke PB Djarum pada 1986.
Selepas makan siang, acara peluncuran buku dimulai. Ada salah satu momen menarik ketika Liliyana berkaca-kaca saat mengenang jasa para senior.
"Sebelumnya saya ingin menambahkan bahwa kita juga jangan melupakan sejarah bahwa di sini ada jasa senior-senior kita," ujar Liliyana.
Banyak Kenangan
Bukan hanya Alan yang bernostalgia. Hariyanto Arbi yang memang asli Kudus pun punya banyak kenangan di PB Djarum. Arbi mengaku saat itu, para siswa begitu fokus untuk menjadi atlet nasional.
"Dulu kita tidak pernah berpikir apa-apa. Mikirnya badminton saja. Dulu kita tahunya latihan karena role modelnya kan Lim Swie King," kata Arbi.
Lebih lanjut, Arbi menuturkan banyak hal yang ia dapat saat menimba ilmu di PB Djarum. Salah satunya adalah nilai kerja keras yang menurutnya bisa mengalahkan bakat.
Selain itu, Arbi juga mengaku kagum dengan semangat kekeluargaan yang diusung sejak awal. "Saya salutnya 50 tahun masih sama aja dengan kekeluargaan," kata Arbi mengakhiri.
Advertisement
Ramah Tamah
Acara peluncuran buku sendiri berakhir sekitar pukul tiga sore. Liputan6.com bersama media lain yang juga meliput terlebih dahulu dipulangkan ke hotel sebelum kembali untuk acara ramah tamah sekitar jam tujuh malam.
Acara ramah tamah menjadi ajang pemberian penghargaan bagi para legenda PB Djarum. Tak lupa, para legenda dan media juga disuguhi menu khas Kudus seperti soto, sate kerbau, dan wedang ronde.
Sajian berbagai menu itu kian menghangatkan suasana ramah tamah. Para legenda seperti Susi Susanti terlihat lahap menikmati semangkuk soto.
Susi sebetulnya bukan lulusan PB Djarum. Namun ia turut datang karena statusnya sebagai legenda dan istri dari Alan Budi Kusuma. "Susi Susanti itu menantunya PB Djarum," kata Yoppy Rosimin selaku Ketua PB Djarum.
Kehangatan ramah tamah itu membuat berputarnya waktu menjadi tak terasa. Jam menunjukkan pukul 10 malam ketika panitia meminta Liputan6.com dan awak media lainnya untuk kembali ke hotel.