Liputan6.com, Jakarta - Shopee Liga 1 2019 resmi bergulir Rabu (15/5/2019). Sorotan utama bakal tertuju kepada Persija Jakarta selaku juara bertahan.
Sepak terjang Macan Kemayoran patut diperhatikan mengingat status mereka sebagai juara bertahan. Wajar, Persija berkesempatan mencetak sejarah di Shopee Liga 1Â 2019.
Advertisement
Baca Juga
Berbeda dari liga domestik lain, kompetisi sepak bola Indonesia menawarkan fenomena unik berupa mustahilnya juara mempertahankan gelar. Simak saja rekor sejak dua sistem kompetisi di Tanah Air, Galatama dan Perserikatan, melebur menjadi satu pada 1994.
Tidak ada tim yang mampu melakukannya. Maksimal tim pemenang hanya menempati posisi dua di kampanye berikutnya. Peristiwa ini terjadi pada enam kesempatan.
Mereka yang hampir merebut gelar beruntun adalah Bandung Raya (1997 usai juara 1996), PSM Makassar (2001), Persipura Jayapura (2010, 2012, 2014), dan Arema (2011).
Kalaupun ada, satu-satunya periode dominasi hanya sekali terlihat. Adalah Persipura Jayapura yang memperlihatkannya. Mutiara Hitam empat kali bertakhta dalam periode delapan tahun, yakni pada 2005, 2009, 2011, dan 2013, plus berstatus runner-up tiga kali.
Mampukah Persija mengakhiri catatan buruk juara bertahan? Yang jelas, tanda tanya pada kemampuan mereka sudah muncul. Macan Kemayoran tidak menunjukkan performa meyakinkan sebelum Shopee Liga 1 dimulai.
Tanda Tanya Menggelayuti
Persija gagal mengulang kinerja tahun lalu di Piala AFC dan Piala Presiden akibat lima kekalahan beruntun. Mereka tidak mampu melangkah ke semifinal Piala AFC seperti 2018. Pada enam pertandingan di Grup G, anak asuh Ivan Kolev cuma meraih dua kemenangan, seluruhnya didapat atas tim juru kunci Shan United.
Macan Kemayoran juga tidak bisa mempertahankan Piala Presiden. Andritany Ardhiyasa dan kawan-kawan disingkirkan tim promosi Kalteng Putra melalui adu penalti di perempat final.
Satu-satunya catatan positif hadir di Piala Indonesia 2018-2019 dengan mencapai semifinal. Namun, Persija tidak melakukannya secara meyakinkan. Mereka membutuhkan gol penalti Ismed Sofyan untuk unggul agregat gol tandang saat menyingkirkan Bali United di delapan besar.
Kolev menyebut kelelahan dan kasus hukum yang menjerat Marko Simic sebagai penyebab di balik performa buruk itu. Namun, dia tidak bisa menggunakan alasan sama ketika Shopee Liga 1 sudah berjalan. Pasalnya, semua tim menghadapi jadwal padat pada kompetisi yang disiarkan Emtek Group ini. Terlebih Persija sudah dapat kembali mengandalkan Simic.
Advertisement
Ronaldo-nya Persija
Tidak berlebihan jika kesuksesan Persija mengarungi Shopee Liga 1 2019 akan tergantung pada kinerja Simic. Juara Indonesia 11 kali itu lebih berbahaya ketika Simic tampil.
Wajar, Simic menyumbang 27 gol pada 2018, 18 di antaranya di Liga 1. "Pemain seperti dia (Marko Simic) memiliki kualitas yang tidak ada di Indonesia. Oleh karena itu, kehadirannya di dalam tim bisa menambah semangat," kata Kolev.
"Sama seperti Cristiano Ronaldo di Real Madrid. Sekarang Anda bisa dilihat seperti apa Real Madrid tanpa kehadiran Ronaldo," lanjut pelatih asal Bulgaria itu.
Strategi Alternatif
Hasrat merebut mahkota dari klub lain turut mempersulit perjuangan Persija. Arema FC, Persebaya Surabaya, Bali United, Persib Bandung, dan PSM Makassar sudah menabuh genderang perang demi menjadi juara. Maka tidak berlebihan jika Persija mengusung misi alternatif. Sadar akan beratnya mempertahankan titel Liga 1, Kolev mengincar gelar Piala Indonesia agar bisa mengikuti kompetisi Asia tahun depan.
Persija tinggal melakoni empat pertandingan untuk mengangkat trofi. Pertama mereka mesti menyisihkan Borneo FC di semifinal. Setelah itu Macan Kemayoran menunggu salah satu di antara PSM Makassar, Persebaya Surabaya, atau Madura United pada final.
"Kami harus memanfaatkan kesepatan yang ada untuk tampil lagi di Piala AFC 2020 melalui Piala Indonesia," kata Kolev.
Advertisement