Liputan6.com, Jakarta - Para atlet One Championship boleh saja tampil sangar dan tanpa ampun di dalam ring, namun mereka menyadari bahwa beladiri bukan hanya perkara menang atau kalah.
Tiap atlet mengetahui bahwa seni beladiri yang mereka tekuni lebih mengarah kepada rasa hormat terhadap lawan, seperti yang akan ditampilkan dalam ajang One: Enter The Dragon di Singapura tanggal 17 Mei nanti.
Nilai kerendahan hati dan menghormati lawan adalah resep sukses bagi para atlet One Championship, termasuk dua atlet andalan asal Indonesia Priscilla “Thathie” Hertati Lumban Gaol dan “The Terminator” Sunoto.
Advertisement
Bagi mereka, keberhasilan dicapai saat ini tidak terlepas dari peran para pesaing mereka, yang secara tidak langsung memaksa tiap individu untuk tetap meningkatkan kemampuan.
Berkata kasar, merendahkan atau bahkan memaki lawan demi menarik perhatian atau memanaskan tensi pertandingan tidak pernah terbesit dalam kamus mereka.
Baca Juga
Salah satu contoh adalah bagaimana Priscilla dan Sunoto langsung memeluk dan mengapresiasi penampilan lawannya saat ajang One: For Honor di Jakarta, sebagai simbol rasa hormat mereka.
Priscilla memeluk petarung Kamboja Nou Srey Pov setelah beradu kemampuan selama tiga ronde. Hal ini juga dilakukan Sunoto, yang langsung memeluk dan mengangkat rival dan rekan senegaranya, Paul Lumihi.
Kemenangan petarung wanita andalan Indonesia dalam divisi atomweight ini adalah yang kelima dari total tujuh laga yang ia jalani sejak tahun lalu.
Meski mengakui bahwa hal ini didasari oleh keuletannya berlatih, Priscilla mengapresiasi lawannya yang memiliki peranan besar dalam perkembangannya.
“Respek itu penting. Kalau bukan karena lawan kita tidak akan bisa sampai seperti sekarang ini,” ujar wanita yang baru saja merayakan ulang tahunnya ke-31 tersebut.
“Kita harus selalu berusaha menghormati lawan, karena kita bertanding bukan semata untuk memuaskan ego.”
Sunoto Enggan Remehkan Lawan
Sementara itu, Sunoto juga memiliki pendapat tentang nilai-nilai yang diusung oleh organisasi tempat ia bernaung ini, terutama setelah ia meraih kemenangan. Ia tidak lantas menyombongkan diri atau meremehkan lawannya.
“Bagaimanapun, warisan terbesar dari olahraga adalah rasa saling menghormati dan persahabatan,” ujar Sunoto singkat.
“Bagi Paul sekarang mungkin saatnya kalah, tapi kedepan dia harus bangkit.”
Sunoto dan Paul memang sudah berteman sejak lama. Keduanya menjalin persahabatan selama lebih dari lima tahun dan sering terlibat dalam latihan bersama.
“Tetapi, ketika ada kesempatan untuk fight, kita profesional dan mengesampingkan hubungan pribadi kita,” tegas pria berusia 33 tahun ini.
Kemenangan atas Paul ini memang penting bagi Sunoto untuk mempersembahkan gelar bagi Indonesia dari divisi featherweight. Saat ini, ia membukukan 11 kemenangan sejak terjun ke ajang MMA professional – dan delapan diantaranya diraih melalui penyelesaian.
Bagi kedua atlet ini, nilai-nilai penghormatan, kerendahan hati, kehormatan, keberanian, integritas dan disiplin telah tertanam dan diterapkan dalam organisasi tempat mereka bernaung, yaitu One Championship.
Misi yang diemban untuk menyebarluaskan nilai-nilai ini, menurut Priscilla, telah membantunya dalam mengatasi tantangan yang ada, sekaligus memberikan motivasi untuk meraih kesuksesan dimasa depan.
Bagi perempuan andalan Indonesia ini, seluruh nilai tersebut menjadi bagian tak terpsisahkan dari kehidupan sehari-harinya. Hal inilah yang menjadi dorongan motivasi baik saat ia menang atau kalah. “Semua nilai tersebut telah memotivasi saya dan itu semua memiliki tujuan yang baik,” tutupnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement