Madrid - Perang urat saraf merupakan hal bisa di sepak bola. Tak hanya pemain, pelatih juga bisa menjadi sumber awal dari psywar tersebut. Pentas La Liga Spanyol menjadi satu di antara medium yang terbiasa dengan hal-hal berbau saling ejek atau sindiran tersebut.
Nama-nama besar yang pernah dan tengah meniti karier sebagai pelatih di panggung La Liga Spanyol punya ciri khas dalam berkomentar. Ucapan yang keluar dari mulut mereka punya ciri khas, yang terkadang sudah dihafal lawan ataupun kalangan jurnalis.
Baca Juga
Erick Thohir Beruntung Pemain Diaspora Yakin pada Proyek untuk Lolos ke Piala Dunia dan Olimpiade
3 Calon Pelatih Asal Belanda yang Bisa Gantikan Pep Guardiola di Manchester City, Siapa Saja Mereka?
Wawancara Reuters kepada Erick Thohir: Timnas Indonesia perlu berada di 9 besar Asia untuk Lolos ke Piala Dunia 2026
Sepanjang sejarah, La Liga Spanyol punya sederet pelatih dengan 'nuansa' komentar yang tergolong panas dan penuh kritik. Tak menjadi musuh, golongan ini justru terkadang membuat rasa rindu membuncah bagi para fan.
Advertisement
Berikut ini beberapa pelatih legendaris di La Liga Spanyol dan komentar menarik yang menjadi ciri khas :
Alfredo Di Stéfano dan Johan Cruyff
Alfredo Di Stéfano : “Un partido sin goles es como un domingo sin sol”
Legenda Real Madrid ini menyampaikan apa yang diinginkan dalam sebuah pertandingan: “Pertandingan tanpa gol adalah seperti akhir pekan tanpa cuaca yang cerah.”
Johan Cruyff : “La calidad sin resultados es inútil. Los resultados sin calidad aburren”
“Bermain bagus tanpa hasil itu sia-sia. Kemenangan tanpa permainan bagus itu membosankan.” Kata-kata bijak dan filosofi bermain yang sangat sederhana dari Johan Cruyff. Tidak banyak orang yang berhasil merevolusi permainan sepak bola seperti pelatih Belanda ini, yang bermain untuk Barcelona di tahun 1970-an dan meramu “Dream Team” pada medio '90-an.
Advertisement
Luis Aragone dan Rafa Benitez
Luis Aragones : “Ganar, ganar y volver a ganar”
Pelatih yang berhasil membawa timnas Spanyol menjuarai Euro 2008 dan legenda Atlético de Madrid, Luis Aragonés, memberikan pandangannya terhadap permainan sepak bola: “Menang, menang, dan menang, lalu menang lagi. Kemudian menang, menang, menang, dan menang. Itulah sepak bola.”
Rafa Benítez : “Pedí un sofá y me trajeron una lampara”
Mantan pelatih Valencia, Rafa Benítez, pernah meminta klubnya untuk mendatangkan seorang penyerang, tetapi direksi klub malah memberinya seorang pemain sayap, yakni Fabián Canobbio. Ia lalu protes dengan mengatakan “Saya meminta sebuah sofa, tapi mereka memberi saya sebuah lampu.”
Jose Mourinho dan Luis Enrique
Jose Mourinho : “Si no tienes perro para ir a cazar y tienes un gato vas con él”
Jose Mourinho, harus ‘pasrah’ ketika lini depannya hanya memiliki Gonzalo Higuaín dan Karim Benzema ketika melatih Real Madrid. Ia lalu mengeluarkan pernyataan khas. “Ketika Anda tidak memiliki anjing untuk berburu, tapi hanya memiliki kucing, Anda harus membawa kucing itu berburu," katanya.
Luis Enrique : “Me veo en los cromos vestido del Real Madrid y no me reconozco”
Pelatih Timnas Spanyol, Luis Enrique, membuat sebuah kontroversi pada 1996 ketika pindah dari Real Madrid ke Barcelona. Ia lalu menjadi legenda di Camp Nou, dan mengatakan lebih betah bermain di Barcelona dibanding di Madrid. “Ketika saya melihat diri saya mengenakan jersey putih di album stiker, saya tak mengenalinya," ucapnya.
Advertisement
Diego Simeone dan John Toshack
Diego Simeone : “Partido a Partido”
Respons pelatih yang dijuluki El Cholo ini ketika ditanya apakah tim Atlético Madrid akan menjuarai La Liga. Ia hanya memberikan senyum, terutama ketika meraih trofi pada 2013/14: “Kami menjalani pertandingan demi pertandingan.” Kalimat tersebut sekarang telah menjadi sebuah mantra di La Liga," sebutnya.
John Toshack : “El sábado ya pienso que tiene que volver a jugar los once mismos cabrones”
Mantan pelatih Real Madrid asal Wales, John Toshack, menjelaskan opininya setelah pertandingan tandang yang sangat buruk di Rayo Vallecano: “Pada hari Senin ia berpikir mengganti 10 pemain dalam tim. Pada hari Selasa, tujuh atau delapan pemain. Hari Kamis, empat pemain. Jumat, dua pemain, dan hari Sabtu kembali memainkan 11 pemain yang sama. "Sepertinya sepak bola adalah tergantung pada para pemainnya," tegasnya.
Louis Van Gaal dan Joaquin Caparros
Louis van Gaal : “Siempre negativo, nunca positivo”
Mantan Pelatih Barcelona, Louis van Gaal, pernah mengamuk kepada seorang jurnalis yang bertanya dan memberi kritikan dalam sebuah konferensi pers di awal karir sebagai pelatih Blaugrana di tahun 1999.
“Anda sangat buruk, selalu negatif, tak pernah positif," katanya. Ia mengatakan dengan aksen Belanda yang sangat kuat, yang membuat kata ‘positivo’ dan ‘negativo’ terdengar seperti ‘positifo’ dan ‘negatifo’. Sejak sesi konferensi pers itu, Van Gaal selalu dikenal dengan ‘selalu negatif’ selama melatih Barcelona.
Joaquín Caparrós : “Jugar tanto ante el Barcelona es ir tres veces al dentista”
Pelatih Levante ini tak menahan diri ketika timnya harus berhadapan dengan Lionel Messi dan Barcelona tiga kali di bulan Januari 2014, dalam ajang LaLiga dan Copa del Rey: “Untuk bermain melawan Barcelona sesering ini seperti harus pergi ke dokter gigi tiga kali," katanya.
Sumber: La Liga
Disadur dari Bola.com (Penulis / Editor Nurfahmi Budiarto, Published 27/4/2020)
Advertisement