Liputan6.com, Jakarta - Sering kali peristiwa hebat meninggalkan kesan negatif. Muncul perasaan sia-sia dan tidak ada gunanya menyaksikan hal serupa di masa depan. Toh yang terjadi nanti tidak akan menandingi yang baru saja disaksikan.
Itulah perasaan mayoritas dari 127 ribu lebih orang yang hadir di Hampden Park pada 18 Mei 1960. Suporter terkagum-kagum menyaksikan tontonan di lapangan.
Baca Juga
Profil Jonathan David, Pemain Internasional Kanada yang Bawa Lille Tahan Imbang Juventus di Liga Champions
Profil Nicolo Zaniolo, Pemain Baru Atalanta yang Cetak Gol Perdana saat Menang Lawan Stuttgart di Liga Champions
Profil Karim Konate, Pahlawan RB Salzburg yang Mencetak "Brace" saat Lawan Feyenoord
Real Madrid menaklukkan Eintracht Frankfurt 7-3 pada final Piala Champions, cikal Liga Champions. Namun, bukan hanya jalan laga yang menarik, melainkan artinya.
Advertisement
Itu adalah gelar kelima beruntun Los Blancos, sebuah pencapaian yang hingga kini belum bisa disamai atau mungkin tidak bakal terulang lagi.
Dengan menghancurkan Eintracht Frankfurt, Real Madrid sudah mempertegas status sebagai raja Eropa dan membungkam mereka yang meragukan.
Saksikan Video Real Madrid Berikut Ini
Larangan Tampil untuk Frankfurt
Rivalitas besar dalam olahraga biasanya memiliki sejarah permusuhan antara keduanya. Final Piala Champions 1960 juga punya.
Partisipasi Eintracht Frankfurt sempat diragukan. Pasalnya, Federasi Sepak Bola Jerman Barat mengeluarkan larangan bertanding menghadapi tim yang berisi Ferenc Puskas. Mereka masih sakit hati dengan tuduhan Puskas yang menyebut timnas Jerman Barat menggunakan doping pada 1950-an.
Pada akhirnya federasi mengeluarkan lampu hijau setelah Puskas menulis surat formal permintaan maaf. Ironisnya, Puskas memainkan peran besar pada hasil pertandingan.
Â
Advertisement
Perjalanan ke Final
Real Madrid bermain sebagai favorit. Usai menaklukkan Stade Reims 2-0 pada final edisi sebelumnya, mereka tanpa kesulitan menaklukkan Jeunesse Esch (agregat 12-2), Nice (6-2), serta rival domestik Barcelona (6-2) untuk kembali mencapai partai puncak.
Di sisi lain bagan kompetisi, Eintracht Frankfurt mengawali debut di Liga Champions dengan impresif. Pasukan Paul Osswald melibas Young Boys (5-2), Wiener Sport-Club (3-2), dan Rangers (12-4).
Catatan impresif lain mengiringi sukses Die Adler. Mereka tidak pernah tertinggal dari lawan, tidak seperti Real Madrid yang sempat kalah di hadapan Nice.
Jalan Pertandingan
Eintracht Frankfurt mempertahankan tren itu pada menit awal final. Mereka hampir memimpin jika Erwin Stein dan Richard Kress menaklukkan kiper Real Madrid Rogelio Dominguez pada situasi satu lawan satu di dua kesempatan berbeda.
Sampai akhirnya Die Adler akhirnya memimpin melalui Kress di menit ke-18. Kans Eintracht Frankfurt menjadi tim pertama yang menghentikan Los Blancos di Eropa semakin terbuka.
Namun, dua gol Alfredo Di Stefano dalam lima menit membuat Real Madrid kembali di atas angin. Eintracht Frankfurt kemudian coba menyamakan kedudukan sebelum jeda mengandalkan umpan panjang. Para pemain belakang pun makin sering membantu serangan.
Pendekatan ini terbukti mengawali keruntuhan mereka. Pada injury time babak pertama, Puskas lolos dari pemain belakang lawan untuk mengejar bola yang dibuang rekan. Dia melepas tendangan kaki kiri yang memperbesar keunggulan Real Madrid.
Puskas mencetak gol kedua lewat penalti setelah dilanggar kapten Eintracht Frankfurt Hans Weilbacher di area terlarang. Selanjutnya dia melengkapi hattrick melalui tandukan, suatu metode yang jarang dilakukannya. Proses gol ini hanya 10 detik menyusul serangan balik Real Madrid usai menghadapi sepak pojok Eintracht Frankfurt.
Tidak berhenti sampai di situ, pemain asal Hungaria itu membuat gol keempat, dianggap terbaik di laga ini, mengandalkan naluri dan teknik tinggi.
Gol tersebut mengawali momen unik di pertandingan. Tercipta empat gol dalam lima menit. Real Madrid mendapat satu angka lagi berkat Di Stefano yang mengggenapi hattrick. Sementara Stein menyumbang dua gol untuk Eintracht Frankfurt.
Tidak ada waktu bagi Eintracht Frankfurt mengejar 4-5 gol untuk melakukan comeback. Real Madrid memenangkan gelar kelima, atau pertama bagi Miguel Munoz sebagai pelatih. Munoz sebelumnya tiga kali memenangkan Piala Champions menjadi kapten Los Blancos.
Penonton menunjukkan apresiasi jauh setelah peluit terakhir dengan bertepuk tangan saat skuat Real Madrid melakukan parade keliling lapangan.
Â
Advertisement
Akhir Sebuah Era
Jumlah suporter di Hampden Park hingga kini masih menjadi rekor terbanyak di final Piala/Liga Champions. Edisi 1960 merupakan episode terakhir kejayaan Real Madrid di Eropa. Mereka tersisih di babak 16 besar pada musim berikutnya dari Barcelona.
Puskas dan Di Stefano semakin menua dan pengaruhnya berkurang. Meski begitu, pemain-pemain bintang lain bergantian hadir demi mempertahankan kehormatan Real Madrid.
Meski sempat paceklik gelar selama tiga dekade lebih, Los Blancos total memenangkan delapan gelar lagi usai periode dominasi pertama untuk mengemban status tim tersukses kompetisi.