Liputan6.com, Jakarta - Dunia sepak bola memiliki klub eksekutif berisi pemain setia. Namanya adalah one man club.
Dari definisinya sudah bisa ditebak. Para individu yang berada di sini hanya membela satu warna sepanjang karier.
Daftarnya pun berisi sosok terhormat. Mulai legenda masa lalu Giacinto Facchetti, Sandro Mazzola, dan Lev Yashin. Hadir pula dua ikon Spanyol Pichichi dan Jesus Maria Zamora yang kemudian diabadikan menjadi nama penghargaan.
Advertisement
Selanjutnya hadir mulai era 1980 beberapa tahun lalu mencakup Franco Baresi, Giuseppe Bergomi, Tony Adams, Ryan Giggs, Paolo Maldini, Francesco Totti, Jamie Carragher, Paul Scholes, hingga Carles Puyol. Di Indonesia ada juga Choirul Huda.
Namun, dari sekian banyak nama itu, tidak ada yang lebih loyal dari Fred Blankemeijer.
Jalankan Berbagai Peran
Lahir di Rotterdam pada 13 Agustus 1926, Blankemeijer menghabiskan mayoritas hidupnya bersama klub sepak bola terbesar di sana: Feyenoord.
Berawal dari usia belia ketika Blankemeijer menimba ilmu di akademi. Dia kemudian membela tim junior sampai menembus tim utama.
Beroperasi di lini belakang, Blankemeijer tercatat mengawal pertahanan Feyenoord dalam 28 pertandingan pada periode 1949-1953.
Gantung sepatu, dia menetap di De Kuip dan menjalankan berbagai peran. Mulai pelatih tim junior, pemandu bakat, direktur teknik, hingga manajer tim.
Blankemeijer baru mengucapkan selamat tinggal pada 2009 saat berusia 83 tahun. Posisi terakhirnya di Feyenoord adalah sekretaris pers.
Advertisement
Apresiasi dari Kerajaan
Jika dihitung, Blankemeijer bertugas bagi Feyenoord lebih dari 70 tahun. Dia sempat vakum dalam beberapa periode tapi tidak pernah bekerja di tempat lain.
Blankemeijer meninggal akibat pneumonia November 2010.
Kesetiaan Blankenmeijer menarik perhatian Kerajaan Belanda. Dia pupn dianugerahi gelar kebangsaan Orde Orange-Nassau pada 2004.
Tanda kehormatan ini dianugerahkan kepada siapa saja yang telah berjasa khusus kepada masyarakat.