Liputan6.com, Jakarta Lewis Hamliton merasa tidak nyaman balapan di Arab Saudi. Padahal seri ini terbilang krusial bagi dalam upaya pembalap asal Inggris itu menjegal rivalnya, Max Verstappen jadi juara F1 musim ini.
Seperti diketahui, Hamilton masih terpaut 8 poin dari pimpinan klasemen sementara F1, Verstappen. Dan bila tampil buruk, bukan tidak mungkin Hamilton kehilangan kesempatan untuk mencegah Verstappen mengunci gelar juara dunia tanpa perlu melewatkan seri terakhir Abu Dhabi.
Baca Juga
Sebagai pimpinan klasemen, ada banyak skenario yang memungkinkan Max Verstappen mengunci gelar juara di Sirkuit Jalan Raya Jedah, Minggu (3/12/2021). Salah satunya dengan finis pertama dan mencatat lap tercepat saat Hamilton tercecer di urutan ketujuh atau di bawahnya.
Advertisement
(Simak skenario lainnya bisa Anda simak pada tautan ini).
Namun bukan persaingan ini yang membuat Lewis Hamilton 'gerah' menghadapi GP Arab Saudi. Seperti dilansir Crash.net, pembalap Mercedes itu justru terganggu dengan masalah di luar balapan.
"Seperti yang saya katakan pada balapan terakhir [di Qatar], saya merasa bahwa olahraga dan kami berkewajiban untuk berusaha membantu meningkatkan kesadaran akan masalah-masalah tertentu yang telah kami lihat, khususnya hak asasi manusia di negara-negara yang akan kami tuju," katanya.
Perduli Masalah HAM
Penunjukan Arab Saudi sebagai tuan rumah balapan Formula 1 sebenarnya sempat menuai kontroversi. Ini disebabkan oleh sejumlah permasalahan HAM dan isu kesetaraan yang terjadi di Negeri Kaya itu.
Namun CEO F1, Stefano Domenicali justru bersikap sebaliknya. Menurut Domenicali, penunjukan Arab Saudi justru memberi kesempatan kepada dunia untuk melihat perubahan yang terjadi di sana.
Hamilton mengaku tidak ingin menghakimi dan menyakiti perasaan siapapun dengan sikapnya tersebut. Hanya saja, dia juga tidak bisa menutup mata dengan ketidakadilan yang dilihatnya.
“Dengan rasa hormat yang sebesar-besarnya kepada semua orang yang ada di sini, sejauh ini saya mendapat sambutan hangat dari semua orang di lapangan," sambung Hamliton.
"Saya tidak bisa berpura-pura sok tahu atau memiliki pemahaman terdalam tentang seseorang yang tumbuh dalam komunitas di sini yang sangat dipengaruhi oleh aturan dan rezim tertentu. Tapi, apakah saya merasa nyaman di sini? Saya tidak akan mengatakan iya," beber pria berusia 36 tahun itu.
Advertisement
Gunakan Helm Seperti di Qatar
Meski demikian, Hamilton tidak punya pilihan. Sebagai pembalap dia tetap harus tampil di Jeddah.
"Di sini bukan pilihan saya. Olahraga telah mengambil pilihan untuk berada di sini. Apakah itu benar atau salah, sementara kita di sini lagi, saya merasa penting bagi kita meningkatkan kesadaran."
Seperti yang sudah dilakukannya di Qatar, Hamilton kembali akan mengenakan helm bertema hak wanita dan LGBT. Karena menurutnya, kondisi komunitas ini di Arab Saudi juga memprihatinkan.