Liputan6.com, Jakarta - Timnas Indonesia menjalani laga krusial melawan Vietnam pada Grup F kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Kamis (21/3/2024) pukul 20.30 WIB.
Pertandingan ini tidak langsung menentukan nasib Timnas Indonesia pada perjuangan menuju turnamen di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. Namun, kemenangan wajib dipetik demi menjaga kans, sekaligus menunjukkan tekad untuk kembali menjadi kekuatan utama sepak bola Asia Tenggara.
Baca Juga
Dari dua partai yang sudah dilakoni, Indonesia baru memetik satu poin setelah mengimbangi tuan rumah Filipina. Irak menduduki puncak dengan raihan enam angka, disusul Vietnam yang memiliki tiga nilai. Hanya dua tim teratas yang melaju ke fase ketiga kualifikasi.
Advertisement
Selain memperbaiki posisi klasemen, hasil positif atas Vietnam juga bisa membantu Indonesia mengejar takhta ASEAN. Walau berstatus negara terbesar di kawasan itu, Skuad Garuda belum pernah merebut gelar internasional.
Rapor di turnamen regional Piala AFF adalah bukti nyata. Merah Putih tidak mampu menandingi rival tradisional Malaysia, serta mendobrak kehebatan Thailand atau meredam kemajuan Vietnam.
Maka, tidak berlebihan jika pertandingan Indonesia vs Vietnam jadi pertaruhan harga diri Merah Putih. Kemenangan akan membangkitkan keyakinan, plus modal untuk tiga laga sisa Grup F. Termasuk duel tandang ke markas Vietnam pada Selasa (26/3/2024).
Timnas Indonesia Putus Rekor Minor Melawan Vietnam
Indonesia sempat gagal meraih kemenangan dalam enam pertemuan melawan Vietnam sebelum memutus rekor negatif di Piala Asia 2023. Pada ajang di Qatar Januari lalu, Merah Putih berjaya berkat gol penalti kapten Asnawi Mangkualam.
Hasil tersebut sudah menumbuhkan keyakinan dalam skuad Garuda. Asnawi bahkan menilai level timnas sudah di atas Vietnam, meski peringkat FIFA Indonesia (142) jauh tertinggal dari lawan (105).
Kehadiran muka-muka baru dari jalur naturalisasi menambah kepercayaan diri tim. Jay Idzes dan Nathan Tjoe-A-On berpotensi melakoni debut, mengikuti jejak kuartet Justin Hubner, Sandy Walsh, Ivar Jenner, serta Rafael Struick. Sayang Thom Haye dan Ragnar Oratmangoen belum bisa merumput akibat masalah administrasi.
“Ya kita tahu kan banyak pemain tambahan. Tentunya untuk level, mungkin kita sudah berada di atas dan di Piala Asia juga memenangkan pertandingan. Tentunya confidence kita jauh lebih baik di pertandingan yang akan datang,” kata Asnawi Mangkualam saat ditemui media di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa (19/3/2024).
“Tim kita sekarang sangat baik dan punya kekuatan jauh lebih baik dari sebelumnya dan pemain-pemain sekarang juga banyak yang berkualitas. Tentunya ini bisa menambah kekuatan kita di pertandingan ke depannya,” lanjutnya.
Peluang Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Secara realistis, peluang Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026 sangat kecil. Meski kontestan turnamen utama kini bertambah menjadi 48, level Indonesia masih di bawah raksasa-raksasa dari Asia Timur dan Asia Barat, plus Australia.
Terlebih jika melihat sejarah. Tercatat sebagai negara Asia pertama yang mengikuti Piala Dunia, meski masih berstatus jajahan Belanda pada 1938, Indonesia selalu gagal mencapai fase-fase akhir kualifikasi. Rapor pada dua kali terakhir Merah Putih coba mengikuti Piala Dunia bisa jadi contoh.
Pada perjalanan menuju edisi 2014, Indonesia menyisihkan Turkmenistan dengan agregat 5-4 pada putaran kedua kualifikasi zona Asia demi melaju ke fase berikutnya. Sayang, setelahnya Tim Garuda selalu tumbang pada persaingan Grup E melawan Iran, Qatar, dan Bahrain. Timnas bahkan cuma mampu mencetak tiga gol dan kebobolan 26 kali.
Indonesia kemudian tidak memiliki kans berjuang merebut tiket Piala Dunia 2018 karena terjerat sanksi FIFA. Momen berikutnya pun hadir di Piala Dunia 2022.
Kali ini, Indonesia masuk Grup G di putaran kedua kualifikasi bersama Uni Emirat Arab, Vietnam, Malaysia, dan Thailand. Lagi-lagi Indonesia terdampar di urutan buncit karena cuma memetik satu angka. Padahal mayoritas rival saat itu berasal dari Asia Tenggara.
Namun, sejarah tersebut tidak boleh mengecilkan hati Indonesia untuk mewujudkan mimpi besar di masa depan. Dan kemenangan atas Vietnam, Kamis (21/3/2024), bisa jadi titik awal demi mencapainya.
Advertisement
Timnas Indonesia Tidak Perlu Malu Naturalisasi Pemain
Nada sumbang sudah muncul dari perjuangan Indonesia memperbaiki kinerja di panggung sepak bola internasional. Publik dalam negeri masih kurang sreg melihat banyaknya pemain naturalisasi yang datang.
Para rival pun ikut melancarkan kritik. Salah satu pemain Vietnam, Do Duy Manh, menyindir dengan mengaku tidak tahu bakal menghadapi Indonesia atau Belanda melihat sebagian besar pemain naturalisasi Merah Putih berasal dari Negeri Kincir Angin.
Kenyataannya, praktik merekrut pemain naturalisasi juga dilakukan negara-negara besar sepak bola sejak beberapa dekade silam. Termasuk di dalamnya negara-negara dengan nilai patriotisme tinggi, di antaranya Italia dan Jerman.
Italia mendobrak tradisi ketika merekrut Mauro Camoranesi pada 2003. Sedangkan sebelum kehadiran Gerald Asamoah di awal abad ke-21, Jerman ternyata pernah mengandalkan pemain berdarah Afrika Erwin Kostedde dan Jimmy Hartwig di 1970-an.
Pesaing Indonesia di kawasan regional juga menerapkan strategi serupa. Daniel Bennett, Aleksandar Duric, hingga Agu Casmir adalah kunci sukses Singapura menjuarai Piala AFF.
Malaysia kini memiliki Daniel Ting, Endrick, Stuart Wilkin, Nooa Laine, Paulo Josue, Darren Lok, hingga Romel Morales. Thailand juga tidak malu merekrut Elias Dolah, Nicholas Mickelson, Tristan Do, atau Manuel Bihr demi menambah kualitas tim.
Dengan batas-batas geografis semakin memudar, tidak salah jika PSSI coba menemukan pemain berdarah Indonesia di luar negeri sebanyak mungkin.
"Mungkin saya bisa bilang bahwa zaman sekarang sudah merupakan era global. Apalagi kalau melihat Sandy (Walsh) yang ada di sebelah kita, di dalam tubuh dia pun ada darah Indonesia," ucap pelatih Indonesia Shin Tae-yong.
"Saya juga menegaskan bahwa kalau (pemain) tidak ada darah Indonesia, tidak mungkin mereka dinaturalisasi. Jadi jangan ada yang salah sangka soal ini."
"Intinya, semua pemain yang dinaturalisasi sudah punya darah Indonesia. Untuk itu mereka layak dapat paspor Indonesia dan layak mengenakan lambang Garuda di dada," tandas juru taktik asal Korea Selatan itu
Pelatih Vietnam Philippe Troussier nyatanya juga sepaham dengan Shin Tae-yong. Pria berusia 68 tahun itu menilai strategi naturalisasi memang bisa membawa efek positif buat tim nasional.
Troussier bahkan berharap The Golden Star dalam beberapa tahun ke depan dapat mengikuti langkah berani Timnas Indonesia. Pasalnya hingga kini Vietnam masih sepenuhnya mengandalkan pemain lokal saat tampil di panggung internasional.
"Untuk sekarang, strategi (naturalisasi) juga diterapkan oleh Malaysia, Indonesia, dan Thailand. Namun di Vietnam, kami tidak menggunakan potensi (dari pemain keturunan). Makanya kami mulai kehilangan kepemimpinan (dominasi) di Asia Tenggara," ucap Troussier pada konferensi pers pra pertandingan di SUGBK, Rabu (20/3/2024).
"Kami sebenarnya juga sudah mencoba melihat beberapa kandidat (naturalisasi), tetapi kami harus tetap menghormati politik di Vietnam, saya tidak ingin memburu-buru mereka. Saya berharap di masa depan, akan ada satu atau dua pemain (naturalisasi) yang didatangkan ke Vietnam supaya bisa meningkatkan kualitas tim dan memotivasi para pemain lokal," tandas dia.