Cek Fakta: Hoaks Grafik WHO yang Sebut 7 Kebiasaan Buruk Merusak Otak

Grafik yang sebut 7 kebiasaan buruk merusak otak disebutkan keluar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

oleh Cakrayuri Nuralam diperbarui 15 Okt 2020, 15:00 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2020, 15:00 WIB
Hoaks 7 kebiasaan buruk dari WHO bisa merusak otak
Hoaks 7 kebiasaan buruk dari WHO bisa merusak otak. (Facebook/Quest Nawabshah)

Liputan6.com, Jakarta - Cek Fakta Liputan6.com menemukan grafik yang menyebut tujuh kebiasaan buruk dalam kehidupan sehari-hari bisa merusak otak. Grafik itu disebutkan keluar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Ada dua akun yang mengunggah grafik tujuh kebiasaan buruk merusak otak dari WHO. Dua akun itu adalah Quest Nawabshah dan Jamila Umar.

Berikut ini narasi yang ada dalam unggahan mereka:

"7 Kebiasaan merusak otak terbesar.

1. Sarapan tidak ada

2. Tidur larut malam

3. Konsumsi gula tinggi

4. Lebih banyak tidur khususnya di pagi hari

5. Makan sambil nonton TV atau komputer

6. Mengenakan topi / kerudung saat tidur

7. Kebiasaan memblokir / Menghentikan Kencing

Jangan hanya membaca, sebarkan kepada siapa saja. Seperti saya peduli Anda".

Di bawah narasi tersebut ada logo World Health Organization. Lalu, benarkah grafik tujuh kebiasaan buruk bisa merusak otak itu merupakan pernyataan dari WHO?

 

Penelusuran Fakta

CEK FAKTA Liputan6
CEK FAKTA Liputan6 (Liputan6.com/Abdillah)

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri kebenaran informasi tersebut menggunakan Google dengan kata kunci: "WHO graphic circulates online".

Hasil penelusuran mengarahkan ke AFP Fact Check dengan artikel berjudul: "Hoax WHO graphic circulates online in the Philippines warning of 'biggest brain damaging habits'". Artikel itu dipublikasikan pada 13 Oktober 2020.

Dalam artikel tersebut, AFP Fact Check langsung menghubungi WHO melalui pesan elektronik, email. WHO pun menegaskan kalau grafir tersebut bukan tanggung jawab mereka.

"Gambar itu tidak berasal dari Organisasi Kesehatan Dunia," bunyi pernyataan resmi WHO.

Dalam email kepada AFP Fact Check, perwakilan WHO itu menyebut tujuh kebiasaan buruk yang ada di grafik tersebut belum terbukti secara ilmiah bisa merusak otak.

"Tidak sarapan, tidur larut malam, konsumsi gula tinggi, tidur di pagi hari, makan sambil menonton TV atau di komputer, memakai pakaian saat tidur, menahan kencing tidak terbukti menyebabkan kerusakan otak," kata perwakilan WHO itu.

Hasil pencarian Google juga mengarahkan ke situs Rappler dengan judul: "FALSE: WHO infographic on brain-damaging habits". Artikel itu sudah dipublikasikan sejak 6 Oktober 2020.

Situs Rappler juga menghubungi WHO melalui email dan membantah grafik tersebut.

"Tujuh kebiasaan merusak otak terbesar' tidak berasal dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Tidak sarapan, tidur larut malam, konsumsi gula tinggi, tidur pagi, makan sambil menonton TV atau di komputer, memakai pakaian saat tidur. , menahan air seni tidak terbukti menyebabkan kerusakan otak. Sangat bermanfaat bagi kesehatan Anda secara umum untuk menjaga pola makan seimbang, tetap terhidrasi dengan baik, berolahraga secara teratur, dan tidur nyenyak," begitu bunyi pernyataan WHO kepada Rappler.

 

Kesimpulan

banner Hoax
banner Hoax (Liputan6.com/Abdillah)

Informasi yang menyebut ada grafik dari WHO soal tujuh kebiasaan buruk yang bisa merusak otak adalah hoaks. Grafik itu tidak keluar dari WHO dan tujuh kebiasaan buruk itu belum terbukti secara ilmiah bisa merusak otak.

Tentang Cek Fakta

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya