Persaingan Vaksin Covid-19, Rusia Pajang Foto Hoaks Sudutkan Vaksin Inggris

Persaingan dalam penjualan vaksin covid-19 mulai menggunakan hoaks. Terbaru, Rusia mengeluarkan kampanye hoaks terkait vaksin AstraZeneca yang bekerja sama dengan Oxford University di Inggris.

oleh Adyaksa Vidi diperbarui 16 Okt 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2020, 12:00 WIB
Ilustrasi Hoax
Perang penjualan vaksin covid-19 melibatkan gambar hoaks.. (Liputan6.com/Rita Ayuningtyas)

Liputan6.com, Jakarta - Persaingan dalam penjualan vaksin covid-19 mulai menggunakan hoaks. Terbaru, Rusia mengeluarkan kampanye hoaks terkait vaksin AstraZeneca yang bekerja sama dengan Oxford University di Inggris.

Kampanye negatif tersebut disiarkan Rusia melalui acara berita malamnya bernama Vesti News. Dalam acara tersebut terdapat foto Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson yang diubah wajahnya menjadi bigfoot.

Dalam foto itu Boris Johnson juga sedang membawa map bertuliskan AstraZeneca, serta disertai narasi. "I like my bigfoot vaccine."

Tak hanya satu, gambar lain juga menyudutkan AstraZeneca. Yakni gambar simpanse memakai baju lab bertuliskan AstraZeneca, memegang suntikan dan di belakangnya terdapat foto manusia purba.

Satu gambar lagi juga dipublikasikan Rusia yakni gambar ikonik Paman Sam dengan narasi "Saya ingin Anda mengambil vaksin monyet."

Tentu hal ini membuat AstraZeneca geram. Mereka menilai gambar hoaks itu bisa menganggu program vaksin covid-19 yang segera dimulai.

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Komentar AstraZeneca

Ilustrasi hoax
Ilustrasi hoax. (via: istimewa)

"Ilmuwan di AstraZeneca dan di banyak perusahaan serta institusi lain di seluruh dunia bekerja tanpa lelah untuk mengembangkan vaksin dan perawatan terapeutik untuk mengalahkan virus ini," ujar CEO AstraZeneca, Pascal Soriot seperti dilansir The Times.

"Tetapi para ahli independen dan regulator kesehatan di seluruh dunia yang pada akhirnya memutuskan apakah suatu vaksin aman dan efektif sebelum disetujui untuk digunakan. Informasi yang salah jelas merupakan risiko kesehatan masyarakat. Ini terutama terjadi selama pandemi yang terus merenggut puluhan ribu nyawa, secara signifikan mengganggu cara hidup kita dan merusak perekonomian," ujarnya menambahkan.

"Saya mendorong semua orang untuk menggunakan sumber informasi yang dapat dipercaya, dan mempercayai regulator serta untuk mengingat manfaat besar yang terus diberikan vaksin dan obat-obatan kepada umat manusia."

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya