Cek Fakta: Tidak Benar Swab Test Covid-19 Suntikan Vaksin Mengubah DNA Otak

Penelusuran klaim swab test Covid-19 menyuntikan vaksin merusak DNA otak

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 27 Jun 2022, 13:00 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2022, 13:00 WIB
Tangkapan layar klaim swab test Covid-19 menyuntikan vaksin merusak DNA otak
Penelusuran klaim swab test Covid-19 menyuntikan vaksin merusak DNA otak

Liputan6.com, Jakarta- Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim swab test Covid-19 menyuntikan vaksin merusak DNA otak, informasi tersebut diunggah salah satu akin Facebook, pada 23 Mei 2022.

Unggahan klaim swab test Covid-19 menyuntikan vaksin merusak DNA otak berupa video pembahasan sebuah konfirmasi dari Johns Hopkins tentang benda kecil yang diklaim sebagai nanobot dan dimasukan menggunakan alat yang ujungnya terdapat kapas dengan narasi sebagai berikut.

"Direktur John hopskin universitas memimpin tim peneliti dan biomediak dalam tes perangkat ini, cara perangkat ini melekat pada saluran intential organisme

Permukaan logam tipis dan tajam berlapis lilin parafin dan sebesar debu berpotensi mengangkut obat dan melepaskan obat itu secara bertahap ke tubuh, ilmuan mempublikasi hasil studi minggu ini pada jurnal sains."

Video tersebut diberi keterangan sebagai berikut.

"Nanobot ini menyemprotkan vaksin secara berkala ke otak dalam swab, jika vaksin ubah DNA maka swab potensi ubah DNA otak langsung."

Benarkah swab test Covid-19 menyuntikan vaksin merusak DNA otak? Simak hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Penelusuran Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim swab test Covid-19 menyuntikan vaksin merusak DNA otak, dengan menangkap layar video tersebut dan dijadikan bahan penelusuran menggunakan Yandex.

 

<p>Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim swab test Covid-19 menyuntikan vaksin merusak DNA otak</p>

 

Penelusuran mengarah pada artikel berjudul "Фейк: Ті, хто відмовляються вакцинуватися, можуть бути щеплені за допомогою ПЛР-тесту" yang dimuat situs stopfake.org.

Situs stopfake.org menyatakan, Universitas Johns Hopkins benar-benar mengembangkan perangkat kecil berbentuk bintang yang dapat mengirimkan berbagai obat ke usus manusia. Para ilmuwan telah menemukan ide untuk menciptakan alat semacam itu (theragrippers) dengan mengamati cacing parasit yang menempel pada usus inang. Namun, perkembangan teknologi ini dimulai sebelum dimulainya vaksinasi terhadap virus corona dan tidak ada hubungannya dengan itu.

Perkembangan baru dari Hopkins University tidak ada hubungannya dengan tes PCR atau vaksinasi dengan Covid-19.

Penelusuran dilanjutkan menggunakan Google Search dengan kata kunci 'vaccination can be vaccinated with a PCR test'.

Penelusuran mengarah pada artikel berjudul "The claim: Johns Hopkins University confirmed PCR tests can be used to vaccinate against COVID-19" yang dimuat situs usatoday.com, dalam situs usatoday.com Caslon Hatch, juru bicara Johns Hopkins Medicine mengatakan, artikel yang dibuat Center for Research on Globalization tidak akurat, menggunakan siaran pers universitas untuk tujuan disinformasi.

"Perangkat medis yang disebutkan dalam rilis disebut yaitu theragrippers belum diuji atau digunakan untuk pengiriman vaksin sejak dikembangkan pada akhir 2020, kata Hatch.

Theragripper adalah perangkat berbentuk bintang seukuran titik debu. lembaga tersebut mengklaim bahwa perangkat mikro logam benar-benar diberikan dengan kapas mirip dengan tes PCR.

"Tapi itu salah, menurut Hatch.

Rencananya thegripper akan ditempatkan di usus seseorang dengan endoskopi, katanya. Sesampai di sana, thegripper akan menempel ke jaringan dan perlahan-lahan melepaskan obat.

Klaim swab merusak otak sebelumnya telah ditelusuri Cek Fakta Liputan6.com dalam artikel berjudul "Cek Fakta: Tidak Benar Swab Test Akibatkan Kerusakan Kelenjar Pineal".

Juru bicara Public Health England menjelaskan bahwa tidak ada area di saluran pernapasan atau rongga hidung di mana otak dapat diakses.

Lempeng cribriform membentuk atap rongga hidung, dan usapan nasofaring tidak menyentuh pelat cribriform.

Schultz juga menambahkan, seseorang tidak akan tunduk setelah menerima tes Covid-19.

“Dari apa yang kita ketahui tentang amigdala manusia, pasti ada banyak kerusakan untuk menimbulkan pengaruh yang nyata,” jelasnya.

 

Sumber:

https://www.stopfake.org/uk/fejk-ti-hto-vidmovlyayutsya-vaktsinuvatisya-mozhut-buti-shhepleni-za-dopomogoyu-plr-testu/

 https://www.usatoday.com/story/news/factcheck/2022/02/23/fact-check-article-falsely-claims-pcr-tests-vaccinate-against-covid/6832471001/

 

 

 

Kesimpulan

Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim swab test Covid-19 menyuntikan vaksin merusak DNA otak tidak benar.

Johns Hopkins University membantah alat yang diklaim sebagai alat swab test tersebut dapat menyuntikan vaksin. Teknologi yang dibahas dalam klaim muncul sebelum Covid-19 dan tidak ada hubungannya dengan vaksin Covid-19.

Tidak ada area di saluran pernapasan atau rongga hidung dapat mengakses otak.

Banner Cek Fakta: Salah
Banner Cek Fakta: Salah (Liputan6.com/Triyasni)

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya